Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Kapan Kau Mau Menikah?



Kapan Kau Mau Menikah?

0Therius mencium kening gadis itu dan meremas tangannya. "Baiklah.. aku akan kembali ke ibukota dan bekerja. Aku akan meninggalkan kalian di sini untuk bertukar berita dan menghabiskan waktu sebagai keluarga."     

Emma mengangguk. Therius pamit kepada Putri Lilia dan Aran lalu berjalan keluar kamar Emma. Ia segera berangkat ke istana raja di ibukota dan mengurusi berbagai hal yang berhubungan dengan kenegaraan.     

Emma menghabiskan waktu seharian berbincang-bincang dengan adik dan bibinya. Mereka semua dipenuhi keharuan mendalam karena pertemuan ini sangat tidak diduga-duga. Walaupun terjadi setelah kematian Kaoshin dan Arreya, setidaknya kini Aran dan Emma dapat bertemu.     

***     

Pemakaman agung dilaksanakan untuk Raja Cassius, Jenderal Kaoshin dan Putri Arreya. Therius membuat pengumuman ke seluruh negeri bahwa keluarga Stardust tidak lagi menjadi musuh negara. Ia juga membersihkan nama mereka dan membuat pernyataan bahwa ia akan menikah dengan Emma Stardust, putri Jenderal Kaoshin dan Putri Arreya.     

Pengumuman itu membuat heboh seluruh negeri. Banyak tanggapan positif dan negatif dari rakyat Akkadia dan para pejabat. Namun, Therius sama sekali tidak mempedulikan pendapat mereka. Sebagai raja, kekuasaannya adalah absolut dan perkataannya menjadi hukum.     

Tidak ada yang dapat berbuat apa pun untuk menentang Therius. Setelah acara pemakaman agung, ia kemudian dilantik sebagai raja. Dalam waktu tidak terlalu lama ia telah membuat kabinet baru dan menunjuk orang-orang yang setia kepadanya.     

Semua pejabat dan keluarga bangsawan yang setia kepada neneknya dan sepupu-sepupunya disingkirkan dari jabatan yang berpengaruh. Tindakan Therius sangat cepat dan efisien, sehingga lawan-lawan politiknya belum sempat bereaksi, mereka telah disingkirkan.     

Heron dan Ratu Ygrit diadili atas tindakan pemberontakan dan mendapatkan hukuman berbeda. Heron dihukum mati, bersama para anak buahnya yang ikut menyerang Therius di Daneria. Ratu Ygrit dihukum dikurung di Menara Merah seumur hidupnya.     

Yared yang belum sempat melakukan apa pun untuk memberontak, merasa beruntung karena tidak ada tuduhan yang dapat dibuktikan kepadanya. Namun demikian, Therius membatasi aksesnya ke ibukota. Putri Yldwyn dikembalikan ke Kerajaan Terren dengan peringatan keras. Terren diberi denda besar atas perbuatannya dan hal ini membuat rakyat Terren sangat marah kepada Yldwyn.     

Therius mulai membuat komite untuk memberikan kemerdekaan kepada semua koloninya setelah ia dan Emma menikah. Ia ingin prosesnya berjalan damai dan tidak merugikan Akkadia. Sangat banyak pejabat yang terkejut mendengar niatnya ini, tetapi lebih banyak lagi yang mendukungnya.     

Reputasi Therius sebagai raja baru Akkadia segera melesat. Rakyatnya dan juga rakyat di kerajaan-kerajaan jajahan menyukainya karena pandangannya yang dianggap revolusioner. Penjajahan yang dilakukan Akkadia selama ratusan tahun telah berlangsung terlalu lama dan dianggap tidak sesuai lagi dengan semangat di zaman modern.     

Mereka menganggap bahwa sumber daya di luar angkasa jauh lebih besar dan pantas menjadi sasaran eksplorasi mereka selanjutnya. Tiga bulan kemudian, semua pekerjaan berat yang dimulai Therius untuk menegakkan pemerintahannya akhirnya selesai.     

"Aku lelah sekali..." keluh Therius sambil menaruh kepalanya di pangkuan Emma. Mereka sedang menikmati pemandangan lembah yang indah dari balkon kamar Emma. Saat ini, Emma memang lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah peristirahatan Therius di pinggir kotaraja.     

Pikirannya perlahan-lahan mulai menjadi tenang. Dan akhir-akhir ini, ia mulai kembali tersenyum.     

"Apakah pekerjaanmu sudah selesai?" tanya Emma dengan penuh perhatian.     

"Belum. Aku masih harus bertemu kelima raja dari koloni Akkadia besok. Setelah itu kita akan membahas tentang teknis hubungan keenam kerajaan di masa depan," jawab Therius.     

"Hmm... tapi setelah itu, beres?" tanya Emma lagi.     

Theris memejamkan matanya dan mengangguk. "Beres. Tinggal satu hal lagi."     

"Apa itu?" tanya Emma.     

Therius tersenyum tanpa membuka matanya. Suaranya terdengar bahagia sekali saat ia menjawab pertanyaan Emma. "Setelah itu kita menikah."     

Emma tersenyum mendengar kata-kata Therius. Ahh.. benar juga. Sudah cukup lama mereka bersama, sudah hampir setahun sejak mereka bertemu pertama kali. Dan sejak saat itu pula mereka telah menghabiskan sangat banyak waktu bersama.     

Ia sudah sangat mengenal Therius di titik ini dan ia tahu betapa pemuda itu sangat mencintainya. Bahkan, ia tidak keberatan untuk bolak-balik kotaraja dan rumah peristirahatannya ini setiap hari karena Emma memilih tinggal di sini untuk menenangkan diri.     

Emma juga merasa bahwa menikah dengan Therius akan menjadi hal yang menyenangkan. Ia akan mempunyai keluarga baru yang akan dapat mengisi hidupnya.     

"Kapan kau ingin menikah?" tanya Emma dengan lembut.     

Therius membuka matanya saat mendengar kata-kata Emma. Ia tersenyum lebih lebar hingga menunjukkan lesung pipinya.     

"Terserahmu. Aku bisa menikah kapan saja," katanya dengan gembira. "Aku hanya menunggumu."     

Memang beberapa bulan yang lalu Emma mengatakan ia ingin agar Therius menunggu ia selesai berkabung sebelum mereka menjadi suami istri. Tetapi, kalau dipikir-pikir lagi, ia sebenarnya tidak keberatan menikah lebih cepat dengan Therius untuk memuluskan rencana mereka saat itu.     

Ia hanya meminta pengertian Therius agar mereka tidak tidur bersama setelah menikah, hingga Emma selesai berkabung. Kalau memang sekarang Therius masih tidak keberatan menunggu, Emma bersedia segera menikah dengannya.     

Lagipula, ia merasa tidak enak karena menjalani hubungan yang ambigu dengan pemuda itu. Mereka sudah tinggal bersama dan menghabiskan sangat banyak waktu berdua. Ia merasa orang-orang di luar sana juga sudah mulai menduga-duga tentang hubungan mereka. Jadi, memang lebih baik jika diresmikan saja.     

"Hmmm... kita bisa menikah bulan depan?" tanya Emma. "Setelah ulang tahunku yang ke-19. Kurasa kita bisa menikah."     

Di bumi, mungkin saja usia 19 tahun masih terlalu muda untuk menikah. Bahkan di Akkadia sekalipun usia seperti itu masih dianggap muda. Tetapi, kehidupan Emma yang keras telah membuatnya menjadi jauh lebih dewasa daripada umurnya. Ia telah menghadapi begitu banyak masalah, kehilangan, dan tragedi yang membuatnya memiliki pemikiran yang jauh lebih matang.     

Dalam hal ini, ia pun sudah memiliki hubungan batin yang erat dengan Therius karena menghabiskan sangat banyak waktu bersamanya. Rasanya, menikah dengan pemuda itu, tidak buruk.     

Wajah Therius seketika tampak berbinar-binar mendengar ucapan Emma. Ia segera bangun dari tidurnya dan memegang kedua bahu Emma dengan penuh semangat.     

"Kau serius?" Suaranya terdengar serak dan dipenuhi keharuan.     

Akhirnya... setelah lebih dari dua puluh tahun... ia akan dapat menikahi gadis cinta pertamanya.     

Emma.. Emma Stardust akan benar-benar menjadi istrinya.     

Therius hampir menitikkan air mata saat melihat Emma mengangguk pelan. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu dan mencium bibirnya.     

Ciuman itu sangat mesra dan berlangsung cukup lama. Rasanya... Therius tidak akan pernah puas untuk menyatakan cinta, mencium, dan mencurahkan kasih sayangnya kepada Emma.     

"Aku.. akan membahagiakanmu," bisiknya setelah ia melepaskan bibirnya dari bibir gadis itu. Sepasang mata topaznya menatap lekat-lekat ke mata indah Emma. "Seluruh hidupku.. hanya untuk membahagiakanmu dan anak-anak kita."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.