Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Kembali Ke Masa Depan



Kembali Ke Masa Depan

0Kaoshin menatap Arreya dengan pandangan penuh cinta. Ia ingin sekali memeluk dan mencium gadis itu dan memuaskan kerinduannya selama ini. Ia hanya dapat melihat Arreya dari jauh dan bercakap-cakap dengannya secara diam-diam saat Arreya menggunakan telemancy.     

Semuanya dilakukan secara rahasia dan tersembunyi. Seandainya saja Arreya bukanlah Arreya, tentu Kaoshin akan dengan bangga mengumumkan cintanya kepada gadis itu. Ahh.. seandainya saja Arreya adalah gadis biasa, semuanya akan menjadi lebih mudah.     

Kaoshin sendiri berasal dari keluarga Stardust yang cukup terpandang di ibukota. Ayahnya merupakan salah seorang penasihat raja Cassius. Dari semua sisi, ia adalah seorang lelaki idaman. Sangat banyak gadis yang ingin menjadi kekasihnya.     

Selain berasal dari keluarga berada, Kaoshin juga sangat tampan, cerdas, dan terkenal baik hati. Walaupun ia sangat pendiam, semua orang yang mengenalnya tahu bahwa lelaki itu memiliki sifat yang baik.     

Ketika ia masuk ke akademi, semua gadis seangkatannya langsung mengidolakan pemuda itu. Namun, hanya satu orang gadis yang menarik hatinya. Gadis cantik itu adalah teman sekelasnya yang sangat pandai dan periang.     

Sejak pertama bertemu Arreya, Kaoshin langsung jatuh cinta. Sikap Arreya yang periang, selalu gembira, dan membawa kehangatan kemana pun ia pergi, sungguh mampu membuatnya terpesona. Arreya adalah bagaikan matahari yang hangat bagi Kaoshin yang terbiasa menyendiri dan tidak banyak bicara.     

Arreya pun sangat terkesan dengan kepandaian Kaoshin dan sifatnya yang sangat berbeda dengan laki-laki lain di sekitarnya. Sayangnya, hubungan cinta itu tidak dapat berlanjut karena... walaupun Kaoshin adalah lelaki sempurna dan berasal dari keluarga terpandang... ternyata itu tidak cukup untuk mendapatkan Arreya.     

Gadis itu telah ditunangkan sejak kecil dengan lelaki yang akan segera menjadi raja Akkadia. Raja mereka. Apa pun yang dilakukan Kaoshin, sekeras apa pun ia mencoba, tidak ada yang dapat mengalahkan hak kelahiran.     

Ia tak akan dapat bersaing mengalahkan Pangeran Darius, yang merupakan calon penguasa kerajaan Akkadia, yang bisa dibilang juga akan menjadi penguasa planet mereka, mengingat Akkadia adalah kerajaan terbesar yang membawahi lima kerajaan lainnya.     

Bagi Arreya, pilihan untuk menikah dengan Darius sama sekali bukan karena Darius adalah orang yang berkuasa dan akan menjadi raja. Ini semata-mata hanya alasan politik demi menjaga perdamaian antara Akkadia dan negara-negara koloninya. Selain itu, Darius juga adalah sahabatnya sejak kecil.     

Sehingga, walaupun sesungguhnya Arreya mencintai Kaoshin, ia harus pasrah dan melanjutkan pernikahan dengan Darius.     

Semuanya telah ia dan Kaoshin bicarakan baik-baik dan mereka mengambil keputusan itu setelah bertahun-tahun berpikir.     

Namun, malam ini.. Arreya dengan mudah membuang itu semua demi anak perempuannya. Bagi Arreya, di dunia ini tidak ada yang lebih penting daripada anak perempuan yang belum ia lahirkan itu.     

Ia menganggap kedatangan gadis itu sebagai pertanda bahwa ia dan Kaoshin telah mengambil keputusann yang salah dan harus segera memperbaikinya.     

Lalu.. bagaimana dengan politik di planet Akkadia? Bagaimana dengan nasibnya dan Kaoshin yang pasti akan menjadi pelarian karena membuat marah keluarga kerajaan Akkadia?     

Semua itu menjadi sama sekali tidak penting.     

'Kau... yakin?' tanya pria tampan itu kepada wanita kekasih hatinya. Ia menatap Arreya dengan mata berkaca-kaca.     

Saat yang sedari dulu diimpikannya, tiba-tiba saja datang, namun demikian, ia siap. Arreya memutuskan untuk memilihnya di saat terakhir. Hari ini adalah hari paling membahagiakan untuk Kaoshin.     

Tetapi, ia menguatirkan Arreya. Bagaimana mungkin ia tega membawa gadis itu hidup susah bersamanya? Kalau mereka melarikan diri dari Akkadia, seumur hidupnya mereka akan menjadi buronan dan musuh negara. Ia tak ingin Arreya hidup menderita.     

'Aku tak pernah seyakin ini seumur hidupku,' Arreya mengigit bibirnya dan tersenyum lemah. Di benaknya kembali menari-nari bayangan gadis misterius tadi... anaknya dan Kaoshin.     

'Rombongan Profesor Daneria akan melakukan ekspedisi penjelajahan dunia baru minggu ini. Mereka punya kapal yang siap berangkat,' kata Kaoshin tiba-tiba. 'Apakah kau mau meninggalkan Akkadia bersamaku? Kita dapat mencari dunia baru untuk kita. Aku tak ingin kau dikejar-kejar seumur hidupmu...'     

Arreya membulatkan matanya dan segera mengangguk cepat. 'Aku akan pergi kemana pun bersamamu.'     

Arreya mengerling ke sebelah kiri mereka. Ia ingin sekali memeluk Kaoshin, tetapi ada banyak orang di gudang itu bersama mereka.     

Tubuh Kaoshin juga terlihat tegang. Ia merasakan gejolak yang sama di dadanya. Ia sangat ingin memeluk Arreya dan menggendongnya ke udara. Sayangnya... ada terlalu banyak saksi.     

Sesuatu kemudian tercetus di benak Arreya. Gadis itu tersenyum tipis lalu mengusap air matanya. Saat senyumnya menjadi semakin lebar, ia melambaikan tangannya.     

Seketika orang-orang yang ada di gudang jatuh tertidur.     

"Aku mencintaimu," bisik Arreya. "Aku ingin bersamamu, walaupun kita harus pergi ke ujung dunia."     

Kaoshin menatap Arreya dengan pandangan penuh cinta. Ia tidak membalas ucapan Arreya, karena gadis itu tahu isi hatinya. Sepasang mata biru-hijau lelaki itu tampak dipenuhi air mata saat ia mencium Arreya dan memeluk tubuhnya erat sekali.     

Akhirnya semua telah diputuskan. Kaoshin dan Arreya melarikan diri dari Akkadia, meninggalkan semuanya demi anak mereka.     

***     

Di masa depan, Xion yang tiba bersama Emma buru-buru menghampiri Therius yang sedang duduk menunggu mereka di kursi. Ketika pemuda itu melihat darah dan tubuh Emma yang terluka, ia segera bangkit dan mengulurkan tangannya untuk menerima tubuh Emma dari Xion.     

Wajahnya tampak sangat cemas. Therius ingat bahwa dulu Emma terluka saat menolongnya, tetapi tetap saja, melihat sendiri keadaan gadis itu sekarang membuat hatinya sangat sedih.     

"Biarkan aku yang menggendongnya," kata Therius. Ia menggendong tubuh Emma dan berjalan cepat ke tempat tidur. Dengan sangat hati-hati ia menaruh tubuh gadis itu di atas ranjang.     

"Kenapa kau tidak memperingatkanku bahwa ia akan terluka?" kecam Xion. "Sudah jelas ternyata kau bertemu dengannnya di masa lalu. Kau tahu apa yang akan terjadi... tetapi kau biarkan. Seharusnya kau memberitahuku agar aku dapat menjaganya!"     

Pemuda itu tampak sangat emosional dan marah. Ia begitu cemas melihat keadaan Emma. Bahu kanannya terluka dan mengalirkan darah cukup parah, dan pakaiannya bagian atas robek oleh tusukan pisau.     

Therius sama sekali tidak mengindahkan kemarahan Xion. Ia mencium kening Emma dan kemudian menyentuhkan tangannya di kepala gadis itu. Therius kemudian memejamkan mata.     

Ia berkonsentrasi menyembuhkan Emma. Perlahan-lahan darah berhenti mengalir dan luka di bahu Emma mengecil. Wajah Emma yang pucat kemudian berubah menjadi lebih segar dan gadis yang pingsan itu sekarang terlihat seolah sedang tidur.     

Xion menyipitkan matanya ketika melihat Therius tidak menyembuhkan Emma sepenuhnya.     

"Kenapa kau tidak menyembuhkan lukanya sampai tuntas?" tanya Xion dengan marah. "Apakah kau masih ingin menyembunyikan fakta bahwa kau adalah seorang sanomancer? Bahkan dari Emma??"     

Therius tidak menjawab.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.