Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Therius



Therius

0'Bertahanlah,' kata Emma berulang kali sambil berjalan mendekat. Ketika akhirnya ia melihat gudang yang dimaksud, hatinya terasa lega sekali. Dengan hati-hati Emma melangkah masuk.     

"Mau apa kau ke sini?" Tiba-tiba dari balik pintu muncul seorang laki-laki yang memakai pakaian pelayan. Emma tertegun untuk sesaat karena ia dapat segera membaca pikiran lelaki ini dan tahu ia bukanlah pelayan.     

'Aku sudah tiba. Apakah kau dikelilingi orang jahat?' tanya Emma cepat dengan menggunakan telemancy.     

'Benar. Mereka menangkapku dan hendak membunuhku lalu menyalahkan rombongan dari Taeshi...' kata anak laki-laki itu dengan suara yang semakin lemah.     

'Brengsek,' maki Emma. Ketika ia ingat bahwa anak itu dapat mendengarnya memaki, ia buru-buru menambahkan. 'Uhm... maaf, adik kecil. kau sebaiknya jangan dengarkan perkataanku barusan.'     

"Siapa kau?" bentak Emma dengan suara keras kepada lelaki berpakaian pelayan yang menghadang di depannya. "Kau menyembunyikan seorang pangeran di sini! Siapa yang menyuruh kalian?!"     

Laki-laki itu tampak sangat terkejut karena Emma langsung mengetahui penyamarannya. Ia segera mengangkat tangannya dan hendak memukul Emma, tetapi gadis itu lebih cepat. Ia telah mendorong lelaki itu dengan sekuat tenaga dan mengisi telapak tangannya dengan arus kilat.     

"Aaakh..." Lelaki itu terhuyung mundur dengan tubuh bergetar hebat. Ia tidak mengira gadis berpakaian pelayan ini ternyata adalah seorang electromancer. "Brengsek! Awas kau!"     

Saat melihat lelaki itu terhuyung mundur, Emma segera menyerbu masuk dan mencari-cari Therius.     

"Aku.. di sini..."     

Suara lemah seorang anak laki-laki dari sudut ruangan membuat Emma terpaku. Ia segera menoleh ke arah asal suara dan berlari ke sana. Ia sangat terkejut melihat seorang anak laki-laki berusia sekitar delapan tahun yang diikat kedua tangan dan kakinya, teronggok begitu saja di sudut gudang.     

Oh... ini memang Therius, pikir Emma. Ia dapat segera mengenali sepasang mata topaz yang cemerlang itu dan wajah yang demikian familiar. Untuk sesaat Emma terpaku.     

Kesadarannya segera pulih ketika menyadari di kiri dan kanan anak itu ada dua orang lelaki bertubuh besar yang menjaganya dan kini mereka bergerak menghampirinya dengan tangan dikebaskan, seolah siap untuk menghajarnya sama seperti mereka telah menghajar anak kecil yang tidak berdaya itu.     

"Bangsat kalian! Beraninya kepada anak kecil..." maki Emma.     

Ia segera membaca pikiran mereka dan mengetahui bahwa orang-orang ini adalah suruhan pengkhianat yang ingin mengacaukan pernikahan antara Pangeran Darius dan Putri Arreya. Mereka sengaja menculik Therius dengan tujuan menjadikan rombongan dari Taeshi sebagai kambing hitam.     

Amarah Emma seketika mendidih saat mengetahui bukan saja orang-orang jahat ini telah menculik dan menyiksa seorang anak kecil, tetapi mereka juga sengaja hendak memfitnah bangsa Taeshi, kampung halaman ibunya, yang berarti merupakan kampung halamannya juga.     

Para anggota pemberontak ini menyimpan dendam yang sangat besar kepada Akkadia dan mereka sangat membenci Therius karena Jenderal Wolfland, ayahnya telah sangat banyak membunuh teman-teman mereka dalam perang yang lalu, sebelum ia terbunuh dalam pertempuran.     

Mereka lalu melampiaskan kemarahan mereka kepada Jenderal yang sudah meninggal itu kepada anak tunggalnya.     

"Brengsek kalian!! Kalau hari ini aku tidak membuat perhitungan dengan kalian.. aku tidak akan bisa pulang dengan tenang..."     

Ia segera melompat ke arah dua laki-laki yang menjaga di sebelah kanan Therius dan melancarkan serangan dengan electromancy. Kedua lelaki itu sangat terkejut melihat gadis pelayan ini ternyata adalah seorang telemancer. Mereka berusaha menahan serangan Emma, tetapi keduanya kalah cepat.     

Tahu-tahu saja tinju Emma dengan muatan petir telah menyambar dada keduanya dengan gerakan sangat cepat. Selain electromancer, Emma juga adalah seorang aeromancer yang dapat terbang, sehingga kecepatannya sama sekali bukan tandingan mereka.     

BRAK     

Seorang penjahat terdorong dengan sangat keras dan menghantam kursi di sudut ruangan hingga patah. Tubuhnya tampak meregang kesakitan dan asap mengepul dari dadanya yang tadi dihantam Emma.     

Ketiga rekannya tampak sangat terkejut. Dengan sigap mereka segera menghambur dan menyerang Emma secara bersama-sama. Masing-masing mengeluarkan senjata tajam dari balik punggung mereka. Lelaki yang tadi dipukul Emma di pintu gudang kini juga telah pulih dari kekagetannya dan ikut menyerang Emma.     

Diserang empat orang lelaki bertubuh besar dan kuat tidak membuat Emma kewalahan. Di antara keempat orang ini, hanya dua orang yang memiliki kekuatan ajaib dan mereka hanya berada di level dua.     

'Hati-hati,' Therius kecil yang melihat betapa gadis penolongnya diserang banyak orang sekaligus menjadi sangat kuatir.     

Namun, untungnya kekuatirannya tidak beralasan. Serangan demi serangan keempat lelaki itu dapat dielakkan atau ditahan oleh Emma. Sebaliknya, ia membalas mereka dengan berbagai pukulan yang membuat mereka kewalahan.     

"Gadis brengsek..." Umpat seorang laki-laki yang barusan menerima pukulan berisi petir dari Emma. Ia memegangi dadanya yang sakit dan terasa sangat panas. Saat ia terhuyung mundur ke tembok gudang, tiba-tiba pandangannya menangkap sosok Therius kecil yang terikat di lantai. Seketika ia bergerak menyambar bocah itu dan mencengkram lehernya.     

"Aaahhh...!!"     

Jeritan kesakitan Therius saat ia dicengkram penjahat itu mengagetkan Emma sehingga ia menjadi lengah. Pukulan seorang penjahat lain dari samping kanan berhasil menikam bahunya ketika ia menoleh untuk melihat keadaan Therius.     

Akibatnya pakaian Emma di bagian bahu sobek dan kulitnya yang terluka mengalirkan darah yang cukup deras.     

"Bangsat kalian! Beraninya dengan anak kecil!" umpat Emma. Ia menekan bahunya yang terluka dan berdiri tegak di tempatnya dengan sepasang mata menyala-nyala. Wajahnya yang cantik terlihat sangat marah.     

"Berhenti! Kalau kau menyerang lagi, anak ini akan mati," laki-laki yang menangkap Therius mengancam dengan galak. Pisau di tangannya berkilat-kilat oleh cahaya lampu, ditempelkan di leher anak lelaki itu.     

Mau tak mau, Emma terpaksa menurut. Ia tidak dapat mengambil risiko Therius dibunuh oleh penjahat itu. Kalau sampai Therius mati di sini, maka ia tidak akan pernah tumbuh dewasa, ia tidak akan bertemu Xion di akademi, juga tidak akan pernah ke bumi untuk menjemput Emma...     

Ia sadar, ia tak boleh mengubah masa lalu... Pikiran Emma menjadi sangat gelisah.     

Untuk sesaat, tidak ada yang bergerak. Keempat laki-laki itu baru dapat melihat dengan baik wajah wanita muda yang sedari tadi berkelahi dengan mereka. Tanpa sadar mereka terpaku karena kagum. Mereka dapat melihat bahwa walaupun gadis ini mengenakan pakaian pelayan, ia pasti bukan wanita sembarangan. Ia terlalu cantik untuk menjadi pelayan.     

Mereka berusaha menduga-duga siapa gadis itu sebenarnya... Untuk apa ia menyamar menjadi pelayan di istana raja? Apa tujuannya melakukan itu semua? Apakah ia pihak lawan atau kawan?     

"Siapa kau sebenarnya?" tanya laki-laki yang mengancam Therius. "Kalau kau tidak menjawab, aku akan membunuh anak itu..."     

Emma mengepalkan kedua tangannya di samping dengan begitu kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Ugh... seandainya ada Xion di sini tentu mereka akan dapat menolong Therius.     

Keadaan sekarang sungguh tidak menguntungkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.