Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Kembali Ke Masa Lalu (2)



Kembali Ke Masa Lalu (2)

0"Bagaimana perasaanmu hari ini?" Therius bertanya dengan lembut. Ia perlu mendengar dari Emma bahwa gadis itu telah merasa baikan sebelum Therius menyampaikan kabar sangat buruk tentang ibunya.     

"Aku merasa sangat buruk, tapi kurasa, sebentar lagi aku akan baik-baik saja."     

"Syukurlah... aku sangat senang mendengarnya," kata Therius dengan ekspresi lega.     

Emma tiba-tiba mendapat firasat bahwa terlah terjadi sesuatu yang buruk. Ia sudah cukup mengenal kedua pemuda itu untuk bisa menebak bahwa mereka menyembunyikan sesuatu darinya. "Apa yang terjadi? Apa yang kalian lakukan selama aku ditahan raja di istana?"     

Therius menelan ludah. "Emma ..."     

"Raja sudah meninggal, bukan?" Emma menatap Therius dengan saksama. "Jadi ... sekarang... kau menjadi raja? Itukan sebabnya kau bisa membebaskanku dari tawanan nenekmu yang jahat itu?"     

Therius mengangguk pelan. "Benar."     

Hati pemuda itu terasa sakit saat ia melihat senyum tipis terukir di bibir Emma. Ahh.. Emma pasti senang karena menganggap semua masalah mereka telah selesai dengan kematian raja. Kini Therius adalah pemimpin tertinggi kerajaan Akkadia.     

Ahh... seandainya Emma tahu apa yang terjadi sebenarnya, mungkin ia akan menangis meraung-raung seperti dulu.     

"Itu bagus." Gadis itu menarik napas dalam-dalam. "Akhirnya, semuanya sudah berakhir."     

"Ya ..." Therius tidak tahu bagaimana dia bisa mulai menyampaikan berita yang mengerikan itu.     

Xion memperhatikan betapa beratnya Therius menahan perasaannya. Pemuda itu mengerti kesusahan yang dialami sahabatnya itu. Ini sungguh merupakan situasi yang memilukan.     

"Bagus. Jadi, kapan kita bisa pergi ke Taeshi untuk mengunjungi ibuku?" Mata Emma berbinar ketika dia mendengar konfirmasi Therius bahwa ia sekarang adalah raja Akkadia.     

"Uhm .. kita bisa membicarakan setelah makan. Kau kelihatannya sangat lemah. Aku juga merasa lapar," Therius dengan cepat menghindari pertanyaan Emma. "Aku sudah meminta koki menyiapkan makanan terbaik. Kita bisa makan di sini, tidak usah ke ruang makan."     

TOK TOK     

Pintu diketuk tepat setelah Therius bicara dan beberapa pelayan datang membawakan makanan untuk mereka.     

"Aku tidak lapar. Aku tidak mau makan." tiba-tiba Emma menggelengkan kepalanya. Ia merasa Therius menyembunyikan sesuatu darinya dan semakin lama dia menghindari topik itu, perasaan Emma menjadi semakin buruk. Apakah terjadi sesuatu kepada ibunya?     

"Kita makan dulu, ya," Therius mencoba membangkitkan simpati Emma dengan menunjukkan ekspresi sedihnya. "Aku perlu mengumpulkan tenaga setelah apa yang terjadi. Apa kau tidak merasa kasihan kepadaku?"     

Emma mengerutkan alisnya mendengar kata-kata Therius. Gadis itu sebenarnya masih terlihat curiga tapi akhirnya, ia mengalah. Para pelayan menyajikan makanan bagi mereka dan ketiga orang itu segera memakan makanan mereka. Tidak ada yang berbicara selama makan.     

Meskipun makanannya benar-benar enak, disiapkan oleh koki terbaik di kerajaan Akkadia, Emma, ​​Therius, dan Xion tidak memiliki selera makan. Mereka hanya bisa makan sedikit.     

Masing-masing memiliki pikiran berbeda yang berkecamuk di benak mereka. Rasanya waktu bergerak lambat sekali, saat ketiganya berkonsentrasi untuk menikmati makanan mereka.     

"Oke, sekarang kita sudah selesai makan. Kau harus memberitahuku apa rencanamu. Apa yang kau lakukan selama aku ditahan?" Emma menyeka bibirnya dengan serbet lalu menatap Therius. Ia ingin mendengar semuanya. "Apakah kau berhasil melukai kakekmu?"     

"Aku berencana untuk menghukum nenekku, Ratu Ygrit, atas percobaan pembunuhan terhadapmu, calon ratu Akkadi. Sama halnya juga dengan Yldwyn. Aku sebenarnya tidak mau membunuh begitu banyak orang sebeum memulai masa pemerintahanku, tetapi aku harus memberi contoh. Heron bahkan belum pernah diadili karena pengkhianatan. Jadi, ada banyak hal yang harus dilakukan setelah aku naik takhta," kata Therius dengan sungguh-sungguh." Beberapa minggu ke depan aku akan menjadi sangat sibuk. Kita juga harus merencanakan pernikahan kita dengan baik sehingga kau dapat menjadi ratu."     

"Bisakah kau biarkan aku pergi ke Taeshi sementara kau menangani semua urusan negara?" Tanya Emma." Aku tidak perlu melakukan hal-hal itu bersamamu, kan? "     

"Sebenarnya ... keluargamu dari Taeshi akan datang ke sini, "Therius berusaha keras untuk menjaga ekspresinya tetap tenang di hadapan Emma." Kau tidak harus pergi ke sana. Sebenarnya aku berharap kau dapat tinggal di sisiku selama beberapa minggu ke depan karena itu akan menjadi. menjadi waktu formatif untuk memulai pemerintahanku. Aku merasa lebih damai jika kau ada di dekatku. Aku tak ingin kau menjadi sasaran musuh jika kau meninggalkan Akkadia. "     

Apa yang Therius katakan itu benar. Sebelum ia naik tahta dan memulai masa jabatannya sebagai raja baru, akan berbahaya bagi Emma untuk meninggalkan sisinya.     

Musuh-musuh Therius, baik itu lawan politiknya, atau orang-orang dari Terren kemungkinan ingin menyabot rencananya dan bahkan mungkin menculik dan membunuh Emma. Sebagai pendukung ratu tua, mereka pasti membenci Emma karena mengambil kesempatan Yldwyn sebagai ratu Akkadia.     

Yared, sepupunya yang lainnya masih hidup dan baik-baik saja. Therius tidak punya alasan untuk menyingkirkan Yared secara resmi seperti yang dilakukannya terhadap Heron. Maka kini, raja muda itu harus memikirkan tentang semua perlawanan dari keluarga Yared, selain dari keluarga Heron     

"Kau mengundang keluargaku ke sini? Benarkah? "Emma merasa dadanya penuh dengan kehangatan. Ia sama sekali tidak menyangka hal ini akan terjadi.     

Sebenarnya, Emma lebih suka pergi sendiri ke Taeshi untuk mengunjungi ibu dan adik laki-lakinya. Ia ingin mengenal kampung halaman ibunya. Namun, gadis itu mengerti tentang situasi Therius dan ia setuju bahwa yang terbaik bagi mereka adalah dengan mengundang keluarganya datang ke sini, bukan hanya dirinya.     

"Ya. Aku sudah mengirim pesan kepada Jenderal Moria untuk pergi ke Taeshi dan menjemput adikmu dan kerabatmu yang lain," Therius mengangguk.     

" Itu bagus. Terima kasih. Lalu, bagaimana dengan ibuku?"Emma menyipitkan matanya ketika dia tidak mendengar jawaban atas pertanyaannya setelah beberapa saat. "Therius ... katakan kepadaku, bagaimana dengan ibuku? Bukankah kau mengundangnya untuk datang juga? "     

Tiba-tiba Emma merasakan kehangatan di dadanya menghilang dan digantikan oleh hawa dingin yang menggigil. Dia tidak tahu kenapa, tapi perlahan di matanya mulai menggenang air mata. Ia tadinya mengira air matanya sudah mengering dan dia telah berjanji untuk tidak pernah menangis lagi.     

Jadi, mengapa ia menitikkan air mata sekarang?     

"Emma ..." Therius tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat. Dia hanya menatap gadis itu dan memegang tangannya. Setelah jeda yang lama, pemuda itu akhirnya menundukkan kepalanya dan mengucapkan kata-kata yang paling ia benci. "Ibumu telah tiada."     

Emma menekan dadanya dengan tangannya yang bebas. Ia merasa tercekik dan tidak bisa bernapas. Emma merasakan firasat buruk setelah Therius menghindari pertanyaannya tentang ibunya. Sekarang .. Emma tahu ia benar. Tadi Therius memang menyembunyikan sesuatu darinya.     

"Bagaimana ... bagaimana ia meninggal?" Akhirnya, setelah Emma bisa menemukan suaranya, ia menanyakan detailnya. Suaranya serak dan air matanya mengalir deras.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.