Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Kembali Ke Masa Lalu (1)



Kembali Ke Masa Lalu (1)

Ketika Emma melihat Therius terlihat sangat khawatir, pertahanan gadis itu menjadi runtuh dan ia segera menangis. Perasaannya sangat lega karena Therius berhasil menemukan dan menyelamatkannya dari ancaman maut.     

"Maaf, aku terlambat," bisik Therius dengan nada menyesal. Dia menggendong tubuh Emma di pelukannya, mencium rambutnya berkali-kali, dan membawanya keluar dari tempat itu.     

Sang pangeran mengalami emosi yang campur aduk. Di satu sisi, ia merasa sangat lega karena Emma bisa selamat, namun di sisi lain ia merasa sangat tertekan dan patah hati. Ia tidak tahu bagaimana menyampaikan kabar kepada Emma bahwa ibunya baru saja meninggal untuk menyelamatkannya.     

Emma menyusupkan kepalanya ke dada Therius yang bidang seolah mencari perlindungan di sana. Tidak ada yang berbicara sepatah kata pun dalam perjalanan dari gudang menuju ke travs dan kemudian terbang kembali ke istana Therius.     

Setelah mereka tiba di istana putra mahkota, Therius menggendong Emma dan membawanya ke kamarnya. Kira dan beberapa pelayan lainnya dengan cepat menyiapkan air mandi hangat dan minyak yang menenangkan pikiran di bak mandi besar di kamar Emma.     

"Tolong rawat Tuan Putri. Beri tahu aku kalau ia sudah selesai mandi dan berganti pakaian," kata Therius kepada Kira. Pelayan itu mengangguk dengan hormat.     

Therius mencium kening Emma dan membelai rambutnya sebelum dia keluar dari kamar gadis itu. Ia akan menunggu di luar sampai Emma selesai mandi dan berganti pakaian baru. Setelah itu, ia akan masuk dan menunggui Emma di sisinya.     

"Panggil Atila ke sini, dan minta koki memasak makanan yang menyegarkan untuk tuan putri. Kondisinya sangat buruk," kata Therius kepada Avato. Ajudannya itu mengangguk dan segera menghilang untuk melaksanakan perintah tuannya.     

Therius mondar-mandir di depan kamar Emma. Ia masih tidak bisa melupakan apa yang terjadi di ruangan Raja Cassius sebelumnya. Semua adegan itu bagaikan film yang dimainkan berulang-ulang dengan gerakan lambat di kepalanya.     

Emma sudah sangat dekat untuk melihat ibunya .. tetapi, pada saat-saat terakhir, kesempatannya untuk bertemu sang ibu direnggut darinya dengan kejam. Emma akan sangat sedih, pikir Therius sedih.     

Ia tak dapat membayangkan bagaimana reaksi Emma ketika mendengar apa yang terjadi. Gadis itu telah kehilangan ayahnya, kehilangan Haoran ... dan sekarang, ia juga kehilangan ibunya. Emma pasti merasa bahwa dia tidak punya alasan lagi untuk hidup ...     

Ah ... sebentar. Emma masih punya adik laki-laki!     

Therius tiba-tiba teringat bahwa Emma memiliki seorang adik laki-laki di Taeshi yang kini berusia 14 tahun.     

'Kalau tidak salah namanya Aran. Mungkin kalau dia bisa datang dan menemui kakaknya, Emma akan merasa sedikit lebih baik,' pikir Therius.     

Therius segera memerintahkan seorang pengawalnya yang lain untuk menghubungi Jenderal Moria dan memintanya pergi ke Taeshi untuk menyampaikan sendiri apa yang telah terjadi kepada Arreya, sekaligus mengundang keluarga Emma yang masih ada di sana untuk datang dan menemuinya.     

Ia berharap, ketika Emma bertemu adiknya dan kerabatnya yang masih tersisa, ia akan merasa lebih baik.     

Ia tahu kesedihan Emma terlalu besar untuk dapat dihibur seperti itu, tetapi setidaknya ia harus berusaha dan melakukan sesuatu.     

Sementara Therius sibuk dengan pikirannya, mencoba menemukan cara yang paling tidak menyakitkan untuk mengungkapkan kematian Arrreya kepada Emma, ​​Xion memutuskan untuk memeriksa keadaan Emma sebelum ia meninggalkan ibukota.     

Saat dia berjalan menuju kamar gadis itu, matanya melihat sahabatnya, yang duduk dengan sedih di dekat pintu.     

"Bagaimana keadaan Emma?" Xion bertanya dengan suara pelan saat dia mendekati Therius dan menyentuh bahunya.     

Therius mengangkat wajahnya dan menatap Xion dengan ekspresi sedih.     

"Dia kaget. Aku minta pelayannya membantu Emma mandi dan berganti pakaian supaya ia bisa istirahat dengan baik. Para juru masak juga sedang menyiapkan makanan untuknya, dan aku akan memastikan ia makan sesuatu sebelum istirahat," kata Therius dengan mendesah. "Aku merasa sangat malu karena nenekku sanggup melakukan hal seperti ini."     

"Itu bukan salahmu," kata Xion. "Jangan menyalahkan dirimu sendiri."     

Xion benar. Kesalahan Ratu Ygrit bukanlah kesalah Therius, dan ia tidak boleh membenci dirinya sendiri karena gagal mencegah hal buruk terjadi kepada Emma akibat perbuatan orang lain.     

Xion memutuskan duduk di samping Therius, menunggu pintu dibuka oleh pelayan sang putri, barulah mereka akan masuk dan menemui Emma.     

Untuk beberapa saat, tidak ada yang bersuara. Keduanya sibuk dengan pikiran mereka sendiri. Satu jam kemudian, Kira keluar dari kamar Emma dan membungkuk hormat ke arah Therius dan Xion.     

"Yang Mulia... Putri Emma sudah siap. Yang Mulia bisa menemuinya."     

"Hmm. Bawakan makanan yang sudah disiapkan juru masak ke kamar. Kami akan makan di kamar bersama-sama," kata Therius.     

"Baik, Yang Mulia," kata gadis itu. Kira segera pergi dengan langkah-langkah sigap     

Therius segera bangkit dan berjalan masuk ke dalam kamar Emma. Xion mengikutinya di belakang. Seorang pelayan lain, Ola, segera membungkuk hormat ketika melihat Therius dan Xion masuk ke kamar Emma. Ia lalu mengundurkan diri dan berdiri di luar pintu.     

Emma sedang duduk di kursi di samping tempat tidurnya dengan ekspresi keruh. Ia segera mengangkat wajahnya ketika mendengar langkah-langkah kaki kedua pria itu masuk.     

"Sayang, bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Therius dengan lembut. Ia duduk di samping Emma dan menggenggam tangannya. Wajahnya tampak dipenuhi kekuatiran. "Maafkan aku.. gara-gara aku terlalu keras kepala waktu itu, jadinya seperti ini..."     

Setelah Emma ditangkap dan ditahan Raja Cassius, Therius sudah menyesali keputusannya yang menolak menikahi Yldwyn pada saat yang sama dengan Emma. Istrinya benar, begitu tujuan mereka tercapai, ia dapat segera menceraikan Yldwyn.     

Ia seharusnya tidak usah mempedulikan bagaimana perasaan Yldwyn dan betapa hal itu akan sangat mempermalukannya. Ternyata Yldwyn sendiri bukanlah perempuan yang pantas dikasihani.     

Buktinya, ia bersedia mengikuti perintah Ratu Ygrit untuk mengancam Emma dan hampir membunuhnya. Di mata Therius, tidak ada ampun lagi bagi putri asal Terren itu.     

Emma menatap Therius lekat-lekat dan menggeleng pelan. "Jangan menyalahkan dirimu. Setelah aku pikirkan baik-baik, apa yang kau lakukan itu adalah perbuatan lelaki baik. Kalau aku yang berada di posisi Yldwyn, pasti hal itu akan sangat menyakiti dan mempermalukanku, dinikahi secara pura-pura dan kemudian diceraikan begitu saja... benar-benar diperlakukan seperti benda, pion, yang tidak punya hati. Aku tidak akan melakukannya kepada sesama perempuan..."     

Therius sangat lega mendengar kata-kata Emma. Ah, rupanya Emma dapat mengerti sudut pandangnya.     

Tapi itu bukan berarti ia akan mengampuni Yldwyn. Ia masih akan memikirkan apa hukuman yang pantas bagi gadis itu.     

.     

.     

Dari author:     

Teman-temannnnn... saya lagi ikutan kompetisi menulis di Webnovel nih dengan novel baru. Judulnya "The Cursed Prince". Mohon bantuan dukungannya power stone-nya biar menang yaa... Kalau ceritanya sudah dikontrak Webnovel, nanti akan saya tulis versi Indonesianya. Sementara ini, 3 bab pertama versi Indonesia bisa dilihat di novel "Pangerang Yang Dikutuk"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.