Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Bertemu Putri Arreya (1)



Bertemu Putri Arreya (1)

0Therius terdiam mendengar kata-kata Xion. Baginya, pemuda itu adalah orang yang paling dekat dengannya di dunia ini. Xion mengenalnya luar dalam dan mengasihinya seperti kepada saudara sendiri. Bahkan, Xion juga sudah mengetahui rahasia Therius sebagai seorang sanomancer, sesuatu yang tidak diketahui siapa pun.     

Jika Xion menginginkan apa saja di dunia ini... Therius akan berusaha membantu sahabatnya itu mewujudkannya. Namun, kenapa keinginan Xion harus berupa hal yang tidak mungkin diterima Therius? Mengapa mereka harus mencintai gadis yang sama?     

Ia benar-benar tidak ingin kehilangan sahabatnya karena wanita. Tetapi, di sisi lain, Therius juga mengerti bahwa tentu sangat menyakitkan bagi Xion untuk tetap tinggal dan melihat wanita yang ia cintai menikah dengan sahabatnya sendiri. Bagaimanapun, Xion hanya laki-laki biasa.     

Therius ingat betapa marah dan cemburunya ia ketika bertemu Emma pertama kali di bumi dan menyadari gadis itu telah menikah dengan Haoran. Ia hanya terlambat sebentar.. tetapi gadis itu telah menjadi milik orang lain.     

Karena mengingat pengalamannya sendiri itulah, maka Therius mengerti isi hati Xion dan kemudian menepuk bahu sahabatnya.     

"Aku akan sangat merindukanmu," kata Therius dengan suara serak. Ia tahu, ia akan merasa sangat kehilangan Xion. Sang pangeran yang biasanya tidak menunjukkan perasaannya di permukaan kemudian dipenuhi oleh rasa haru. Ia pun memeluk Xion erat-erat.     

Avato dan Ran yang ada di kursi depan travs bersama mereka hanya saling pandang keheranan. Mereka tidak dapat mendengar percakapan Therius dan Xion tadi. Mereka hanya mendengar kata-kata terakhir Therius sebelum ia memeluk sahabatnya bahwa ia akan sangat merindukan pemuda itu.     

Apa yang terjadi sebenarnya? Apakah Tuan Xion akan pergi? Kenapa? Bukankah mereka justru sedang mengalami suasana yang sangat genting?     

Namun demikian, kedua pengawal Therius itu hanya dapat menyimpan sendiri keheranan mereka.     

Travs itu tiba di pangkalan militer terbesar di Milestad. Mereka segera dibawa naik pesawat besar yang akan membawa mereka ke perbatasan. The Dragonite dan Jenderal Moria sudah menunggu mereka di sana.     

Therius meninggalkan Avato dan Ran di Milestad dan meminta mereka untuk segera kembali ke ibukota dan mengawasi Emma. Apa pun yang terjadi, mereka harus memastikan bahwa gadis itu tidak kenapa-kenapa.     

"Kalau ada berita penting dari kotaraja, kau harus langsung memberitahuku. Tidak boleh ada penundaan," kata Therius tegas. "Ingat, prioritas terpenting adalah memastikan bahwa Emma selamat."     

Therius tahu Avato memiliki adik yang bekerja di dalam istana raja sebagai pelayan. Setelah mata-mata mereka dibunuh Ratu Ygrit, Therius tidak ingin mengambil risiko melibatkan kerabat anak buahnya untuk memata-matai istana raja.     

Namun demikian, ia tetap meminta agar Avato senantiasa memantau keadaan dan melaporkan apa yang terjadi kepadanya. Ia tidak dengan spesifik memberi tahu mereka bahwa ia sedang menunggu kakeknya meninggal, tetapi ia mewanti-wanti Avato agar selalu pasang mata dan telinga bila ada perubahan sekecil apa pun di istana.     

Ada kemungkinan pihak istana akan menutupi kematian raja demi menjaga stabilitas keamanan, hingga Therius pulang dari Taeshi. Namun, perubahan kecil seperti penutupan gerbang istana dan tidak dibiarkannya orang keluar masuk agar berita itu tidak menyebar, juga dapat menjadi pertanda bahwa raja sudah mangkat.     

Setelah memberikan semua instruksi dan memastikan segalanya beres, Therius segera berangkat bersama Xion ke Dragonite. Dragonite adalah kapal perang sangat besar yang berisi 10.000 pasukan yang siap diterjunkan ke medan tempur mana saja.     

Menurut perjanjian yang dibuat semua kerajaan 500 tahun yang lalu, mereka tidak diperkenankan menggunakan senjata pemusnah massal saat terjadi perang demi menjaga keutuhan planet mereka.     

Namun itu bukan berarti masing-masing negara tidak memilikinya. Mereka hanya menyembunyikannya dan menunggu jika kerajaan lain mulai menggunakannya, maka mereka akan memperoleh alasan untuk menggunakannya juga.     

Saat ini, manusia di Akkadia mulai tidak terlalu peduli dengan planet mereka karena penjelajahan yang dilakukan berbagai tim eksplorasi angkasa sudah menemukan berbagai planet baru yang dapat dijadikan rumah pengganti, jika planet mereka sendiri rusak.     

Hal inilah yang sangat dibenci Therius. Ia tidak ingin karena neneknya, Akkadia menjadi pemicu dimulainya perang nuklir di antara kerajaan-kerajaan di planet Akkadia. Memusnahkan ibukota Taeshi hingga rata dengan tanah sama saja dengan memancing kerajaan-kerajaan lain untuk juga menggunakan senjata pemusnah yang sama terhadap kerajaan Akkadia.     

Ia dapat membayangkan berapa besar korban dan kerugian materil yang akan timbul jika sampai pecah perang terbuka seperti itu.     

Kapal yang membawa Therius dan Xion memerlukan waktu 5 jam hingga tiba di perbatasan, tempat The Dragonite sedang melayang-layang di angkasa. Begitu pesawatnya masuk ke dalam hangar di The Dragonite, Therius melihat sang jenderal besar menyambutnya.     

"Kita harus berhasil bicara dengan Putri Arreya dan membawanya ke Akkadia," kata Therius kepada Jenderal Moria tanpa basa-basi. "Kalau ia tidak mau ikut, nenekku sudah memerintahkan kita untuk membumihanguskan ibukota Taeshi."     

Jenderal Moria menarik napas panjang. Ia sangat menghormati Jenderal Kaoshin dan Putri Arreya. Ia memang tidak dapat membenarkan tindakan keduanya saat mereka melarikan diri waktu itu, tetapi setelah semua yang terjadi dan bagaimana Kaoshin sudah dihukum mati, Jenderal Moria merasa sudah seharusnya pihak istana melepaskan semua dendam ini.     

Apalagi jika memang Pangeran Putra Mahkota akan menikah dengan Emma Stardust. Kenapa tidak berdamai saja dan melupakan masa lalu yang buruk?     

Bukankah pernikahan antara Emma Stardust dan Pangeran Therius bisa dianggap sebagai pengganti pernikahan antara Arreya dan Pangeran Darius 21 tahun yang lalu?     

Namun demikian, sebagai seorang bawahan yang hanya tunduk pada perintah raja, Jenderal Moria tidak dapat mengatakan apa-apa dan hanya bisa menyimpan sendiri pendapatnya.     

"Yang Mulia, saya sudah menghubungi jenderal Satoshi di Taeshi dan meminta berbicara dengan Putri Arreya. Yang Mulia Putri Arreya bersedia bertemu Anda secara langsung di padang rumput Aguilar di perbatasan. Menurut saya itu sangat berbahaya, kita tahu Putri Arreya sangat tangguh," kata Jenderal Moria menjelaskan. Ia buru-buru menambahkan. "Bukannya saya memandang remeh kemampuan Yang Mulia, tetapi..."     

Therius melambaikan tangannya dan memotong perkataan Jenderal Moria. "Kalau begitu bawa aku ke padang rumput Aguilar. Putri Arreya adalah ibu mertuaku, aku akan memperlakukannya dengan hormat."     

"Uhm... tapi, setidaknya, Anda harus membawa beberapa pengawal mage yang tangguh untuk menemani Anda," kata Jenderal Moria. "Putri Arreya memiliki lima kekuatan..."     

"Aku yakin ia tidak akan menyakitiku. Aku akan membawa kabar tentang anak perempuannya. Kurasa Putri Arreya tidak akan mengambil risiko anaknya diperlakukan dengan buruk kalau ia menyakitiku," kata Therius lagi.     

Xion mencengkram tangan sahabatnya dan mengangguk. "Aku ikut denganmu. Kurasa akan lebih aman kalau aku menemanimu. Kau ini calon raja. Lagipula, mungkin Putri Arreya tidak percaya kepadamu dan membutuhkan saksi dari orang ketiga yang tidak memihak."     

Therius mengerutkan keningnya. Ia tidak mengira Xion mau ikut campur urusan politik seperti ini. Apakah Xion berubah karena Emma?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.