Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Pernikahan (1)



Pernikahan (1)

0Sebenarnya Xion tidak keberatan karena tidak harus menyiapkan pakaian sendiri, apalagi dalam kondisi mepet seperti sekarang ini. Namun, di sisi lain ia merasa tidak enak karena sepertinya Therius benar-benar tidak dapat mempercayainya sehingga menyuruh pelayan menyiapkan keperluannya. Hmmm....     

Untunglah Xion bukan orang yang sedang memusingkan diri dengan berbagai hal. Ia akhirnya memakai pakaian mewah itu dan mematut diri di depan cermin.     

Ah, ia terlihat tampan sekali. Selama ini pemuda itu memang menyembunyikan pesonanya di balik penampilan acuh tak acuh dan sembarangan. Selain karena ia memang tidak mempedulikan lawan jenis, seperti kebanyakan laki-laki muda seumurnya, Xion memang memiliki kepribadian sangat sederhana.     

Baiklah... rasanya ia sudah siap. Pria tampan itu mengikat rambutnya yang panjang keemasan dengan pita sederhana, sehingga ia terlihat lebih rapi. Rasanya tidak sopan kalau ia sudah mengenakan pakaian mewah untuk datang ke pernikahan tetapi rambutnya masih acak-acakan seperti biasa.     

Setelah puas dengan penampilannya, Xion lalu keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah. Di sana, telah menunggu sahabatnya yang duduk dengan wajah cemas dan bahagia yang bercampur menjadi satu. Rasanya Therius dapat merasakan kebahagiaan yang dialami sahabatnya ini.     

Sayangnya.. kebahagiaan Therius akan menjadi duka Xion. Therius tidak akan pernah tahu bahwa Xion juga mencintai Emma Stardust.     

Entah apa yang akan terjadi seandainya Therius dan Emma mengetahui perasaan Xion yang sebenarnya. Persahabatan mereka tentu akan rusak.     

"Hei, kau dari mana?" tanya Therius yang dapat menduga Xion hampir terlambat karena ia pergi minum-minum.     

Sahabatnya hanya tersenyum lebar dan mengangkat bahu. "Tadi malam aku bertemu Aeron dan ia mengajakku minum-minum."     

"Hmm..." Therius menatap Xion agak lama. Rasanya ada sesuatu yang berbeda dari Xion pagi ini, pikirnya. Sayangnya ia tak dapat menduga apa gerangan hal itu. Ia juga tidak dapat membaca pikiran Xion karena sahabatnya itu sangat tangguh dan tidak akan membiarkan pikirannya ditembus.     

"Emma di mana?" tanya Xion. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling mereka.     

"Avato dan Atila sedang menjemputnya ke kamar. Sebentar lagi ia akan sampai di sini," jawab Therius. Baru saja ia selesai bicara, sudut matanya telah melihat kedatangan Emma dari sebelah kiri bersama kedua orang yang dimaksudnya.     

Seketika sepasang mata topaz Therius terbelalak. Ia menoleh dan menatap Emma dengan pandangan seolah memuja.     

Walaupun mereka hanya akan menikah dengan sederhana, tetapi ia tetap meminta Atila memastikan Emma mengenakan pakaian terindah di Akkadia di hari pernikahan mereka. Ia sendiri mengenakan pakaian kebesaran seorang pangeran.     

Ia mengulurkan tangannya dan menyambut kedatangan Emma dengan wajah berseri-seri. Begitu ia menyentuh tangan gadis itu, Therius segera mendekat dan menatap Emma dari jarak sangat dekat.     

Hari ini, Emma terlihat berbeda. Ia mengenakan pakaian anggun seorang putri raja dengan gaun panjang yang dihiasi berbagai logam mulia. Rambutnya ditata dengan model khas Thaesi, atas permintaan Emma sendiri, dan wajahnya disaput riasan tipis.     

Emma yang tidak pernah berdandan saja sudah jauh lebih cantik daripada ketujuh putri yang tadi malam tampil dengan pegasus mereka, digabung bersama. Itulah sebabnya Therius sama sekali tidak menoleh ke arah mereka, baginya mereka tidak menarik.     

Tetapi gadis ini... adalah wanita tercantik di dunia. Dan ia merasa sangat beruntung karena ia dapat menjadikan Emma sebagai istrinya meskipun ia harus melalui begitu banyak hal untuk dapat menjadikan Emma miliknya, dan walaupun ia harus tetap bersabar hingga Emma dapat mencintainya sepenuh hati.     

"Kau... cantik sekali," bisik Therius dengan suara bergetar. Seandainya tidak ada orang-orang lain ini di sekitar mereka, ia akan mendaratkan ciuman mesra ke bibir Emma.     

Emma mengangguk dan tersenyum tipis. "Terima kasih."     

"Kereta telah siap, Yang Mulia," Avato melaporkan. Ia memberi tanda agar mereka mengikutinya. Dengan langkah-langkah tenang, Therius menggandeng Emma berjalan ke taman di tengah istananya. Di sana telah menunggu dua kereta besar yang sangat indah. Masing-masing ditarik empat ekor pegasus.     

"Aku tahu kau sangat menyukai kereta ini," bisik Therius. "Kapel pernikahan yang kita tuju terletak tidak jauh dari sini. Kita bisa ke sana dengan mengendarai kuda."     

Emma mengangguk. Ia memang sangat menyukai kereta pegasus ini. Dengan dibantu Therius, ia naik ke atas kereta kayu cantik yang berhiaskan emas permata itu. Therius duduk di sampingnya. Tidak lama kemudian sais telah mengendalikan kereta mereka terbang ke langit dan menuju ke arah Timur.     

Xion, Atila, Avato, dan para pengawal yang lain mengikuti mereka dari belakang dengan kereta kedua dan beberapa pegasus lainnya.     

Rombongan kecil itu tampak sangat indah melayang di atas langit Winstad. Beberapa orang yang sempat melihat mereka di langit segera mengangkat wajah mereka dan menatap kagum hingga rombongan kereta itu hilang.     

"Itu pasti rombongan raja atau pangeran yang hendak ke kapel tujuh dewa," gumam mereka kepada satu sama lain.     

Tidak sampai lima belas menit kemudian, rombongan kecil Pangeran Licht dan calon istrinya telah mendarat di depan bangunan kecil yang terletak di sebuah taman sangat indah, penuh dengan bunga-bunga. Entah kenapa Emma merasa tanaman di taman itu tampak terlalu indah untuk menjadi kenyataan. Ia merasa seolah dikelilingi bunga-bunga musim semi beraneka warna.     

Seolah dapat membaca pikiran Emma, Therius berbisik kepadanya. "Aku sudah memerintahkan seorang herbomancer untuk menyiapkan taman ini agar menjadi sangat indah ketika kau datang."     

"Oh... benarkah?" Emma mengangguk paham. Itu sebabnya ia merasa ada sesuatu yang berbeda dari taman ini, tempatnya terlalu bagus untuk menjadi nyata.     

Therius membantu Emma turun dari kereta dan keduanya melangkah ke pintu kapel dengan langkah-langkah tenang. Hujan kelopak bunga mengiringi langkah keduanya, membuat Emma mengangkat wajahnya dan menghentikan langkahnya untuk sesaat.     

Ini persis seperti yang dilakukan Aeron tadi malam, pikir Emma. Ia mengangkat telapak tangannya dan menerima kelopak bunga-bunga itu di tangannya.     

Therius tersenyum melihat wajah Emma tampak berseri-seri. Ia sudah menduga Emma akan menyukainya. Tadi malam, ia memperhatikan betapa Emma tampak sangat terkesan ketika Aeron menghujani plaza dengan puluhan ribu kelopak bunga.     

Karena ia bukanlah seorang herbomancer, ia tak akan dapat melakukan hal yang sama untuk membuat Emma terkesan. Itulah sebabnya, Therius segera memerintahkan Avato untuk mencari herbomancer terbaik di Kotaraja untuk hadir di acara pernikahannya dengan Emma untuk membuat suasana menjadi lebih berkesan.     

"Kau suka?" tanya Therius.     

Emma mengangguk. "Ini bagus sekali Terima kasih."     

Ia memutar kepala dan memandang ke sekelilingnya. Kali ini, walaupun pernikahannya dengan Therius dilakukan terburu-buru dan sederhana, mirip dengan pernikahannya dengan Haoran, tetapi ternyata Therius masih sempat melakukan hal-hal spesial untuk membuat hari pernikahan mereka menjadi berkesan.     

Emma merasa Therius memperlakukannya dengan sangat baik. Dalam hati ia berharap dapat membalas perasaan pemuda itu kepadanya.     

Saat mereka kembali melangkah, entah dari mana asalnya, terdengar musik yang sangat indah. Tidak terlalu keras hingga mengganggu suasana, tetapi juga tidak terlalu pelan sehingga tidak menarik perhatian.     

Xion adalah orang yang terakhir turun dari kereta. Ia menatap Therius dan Emma yang berjalan bergandengan tangan masuk ke dalam kapel. Avato, Atila, dan para pengawal Therius telah berjalan mengikuti di belakang mereka.     

Xion menarik napas panjang. Untuk beberapa saat wajahnya tampak sedih dan tangannya mencengkram kursinya dengan kuat.     

Ia tidak tahu sejak kapan ia telah jatuh cinta kepada Emma Stardust, tetapi ia tiba-tiba sadar bahwa ia telah memendam perasaan cinta kepada gadis itu ketika ia menggendong Emma keluar dari anjungan saat mereka mendengar kabar kematian Kaoshin.     

Saat itu, rasanya kesedihan Emma menjadi kesedihannya, dan Xion yang tidak pernah peduli kepada siapa pun sebelumnya, tiba-tiba merasa begitu peduli kepada Emma. Ia ingin melakukan apa pun yang ia mampu untuk membuat gadis itu tersenyum lagi.     

Dan tadi malam, ia akhirnya tidak tahan lagi dan meluapkan perasaannya dengan minum-minum bersama Aeron. Ia tahu, perasaan cinta yang dimilikinya kepada Emma tidak boleh ia pertahankan. Bagaimanapun gadis itu sebentar lagi akan menjadi istri Therius, sahabatnya. Bagi Xion, Therius seperti saudara laki-lakinya sendiri.     

Ia rela mati untuk Therius, dan ia tak mungkin mencintai gadis yang Therius cintai. Karena itulah, setelah upacara pernikahan selesai, Xion akan segera meninggalkan ibukota dan kembali pada kehidupannya yang sepi.     

Tinggal sedikit lagi, Xion, ia menegur dirinya sendiri. Ia hanya perlu bertahan hingga upacara pernikahan selesai. Setelah itu, ia akan pergi dan melupakan Emma Stardust.     

"Tuan Xion?" Avato menoleh ke belakang dan menatap Xion yang tidak juga turun dari kereta. Xion mengangguk sambil tersenyum lebar.     

"Sebentar. Tadi aku sedang mengagumi pemandangan," dalih Xion.     

Ia segera melompat turun dari kereta dan mengibas-kibaskan pakaiannya, seolah berusaha menghilangkan kekusutannya. Setelah itu, ia melangkah dengan riang masuk ke dalam kapel.     

Tujuh dewa yang disembah rakyat Akkadia adalah tujuh bersaudara yang masing-masing menguasai elemen berbeda. Ada dewa pengendali air, api, angin, pikiran, bumi, cuaca, waktu dan ruang.     

Mereka memiliki wakil di dunia berupa para mage/magi yang mengendalikan unsur sesuai dengan turunannya. Mage pengendali es (cryomancer) dan air (hydromancer) adalah utusan dewa air. Telemancer dan necromancer adalah utusan dewa pengendali pikiran, dan seterusnya.     

Therius pernah menceritakan kepada Emma bahwa ribuan tahun yang lalu, ketujuh mage ini menjadi begitu kuat sehingga dianggap sebagai dewa oleh orang-orang pada zamannya, dan kepercayaan itu masih dipegang hingga sekarang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.