Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Aeron Dan Xion



Aeron Dan Xion

0Setelah lagu kedua selesai, hujan kelopak bunga berhenti dan suasana syahdu pun berganti dengan perasaan semangat. Musik menghentak dan membuat penonton tanpa sadar mengelu-elukan nama Aeron.     

Sang penyanyi tampan kembali menyapa para penggemarnya dan melontarkan lebih banyak bunga ke arah mereka. Suara jeritan para gadis yang menerima sekuntum bunga dari pria tampan itu sungguh memekakkan telinga. Emma dapat menduga bahwa pria ini memang sangat.. sangat terkenal.     

Dari gerakannya, Emma dapat mengetahui bahwa Aeron adalah seorang herbomancer. Ialah yang tadi menciptakan hujan kelopak bunga saat ia sedang menyanyi.     

Hal ini membuat Emma cukup terkesan. Menurunkan hujan bunga demikian banyak selama hampir sepuluh menit tentu bukan hal yang mudah, bahkan bagi dirinya yang juga merupakan seorang herbomancer.     

Emma sama sekali tidak tahu bahwa Aeron adalah seorang penakluk wanita, Casanova sejati. Ia menggunakan herbomancy untuk menggoda dan memanjakan wanita sehingga mereka semua bertekuk lutut kepadanya. Sejak ia masih di akademi ia sudah terkenal sebagai playboy yang mematahkan hati banyak wanita.     

Melihat Aeron melontarkan bunga-bunga kepada para penggemarnya, membuat Emma menjadi bernostalgia. Ia ingat ayahnya dulu sewaktu di bumi senang menciptakan tanaman saat sedang bersama ibunya.     

Tetapi bukan untuk menggoda Arreya, seperti yang sekarang dilakukan Aeron kepada gadis-gadis di alun-alun, melainkan untuk memberi kehidupan pada bumi tandus yang mereka lewati, agar penduduk yang miskin dan kelaparan dapat memperoleh makanan dari bumi. Ahh.. Memikirkan hal itu, rasanya Emma sangat merindukan ayahnya. Kesedihan kembali melanda hatinya karena rindu yang tak akan pernah sampai kepada ayahnya.     

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Therius lembut di telinga Emma.     

Emma menggeleng. "Aku tidak memikirkan apa-apa. Aku sangat menyukai lagu ini."     

Emma sedang sedih memikirkan ayahnya, tetapi ia tidak ingin merusak suasana hangat di antara mereka bertiga dengan membicarakan hal itu. Karenanya Emma tidak mengatakan yang sebenarnya.     

Therius harus mengakui bahwa suara Aeron memang bagus. Ia tidak membantah karena menyadari bahwa penampilan Aeron malam ini telah berjasa mengembalikan senyum ke wajah Emma Stardust.     

"Kurasa aku tahu lagu ini terinspirasi dari siapa," kata Therius. "Sewaktu masih di akademi, Aeron adalah penggemar kisah cinta orang tuamu. Ia selalu berkata bahwa suatu hari nanti ia akan menciptakan lagu untuk mereka."     

Emma mengangguk. Ia juga merasa mengenali cerita dalam lagu Aeron barusan. Demi menyamarkan tokoh dalam lagunya Aeron sengaja menggunakan karakter petani dan putri, bukannya jenderal dan putri agar keluarga raja tidak tersinggung.     

"Ia adalah penggemar orang tuaku?" Emma menoleh ke arah Aeron dan memperhatikan pemuda itu baik-baik. Dalam hati ia merasa berterima kasih. Malam ini, di saat hatinya sedang sangat kelabu, ia merasa terhibur mendengarkan lagu tentang orang tuanya. "Kalau kau bertemu dengannya, katakan kepadanya aku berterima kasih," kata Emma sambil tersenyum bahagia.     

"Nanti akan kukatakan," kata Therius. Ia menatap ke atas panggung dan memperhatikan Aeron baik-baik. Ah, mungkin nanti ia akan dapat mengundang sang penyanyi ke pesta pernikahannya dengan Emma. Sampai sekarang Aeron belum mengetahui ia adalah pangeran putra mahkota Akkadia.     

Nanti ia pasti akan sangat terkejut.     

Sementara itu, Aeron kembali menyanyikan beberapa lagu lagi dan mengundang kehebohan di sepanjang penampilannya. Para wanita segala umur terus mengelu-elukan namanya. Mereka semua menjadi sangat sedih ketika ia menutup penampilannya dengan lagu terakhir dan kemudian melambai pergi.     

Rupanya, ia adalah pertunjukan puncak pada malam festival itu. Setelah Aeron menghilang, di atas panggung segera tampil seorang pembawa acara yang menyapa para pengunjung.     

Mereka telah tiba pada acara terakhir yang paling ditunggu-tunggu. Saatnya melepaskan lentera ke langit, membawa permohonan mereka.     

"Baiklah... sudah saatnya kita melepaskan lentera kita. Silakan menuliskan keinginan kalian semua dan kita akan segera melepas lentera bersama-sama."     

Xion menyerahkan spidol kepada Emma dan lenteranya. "Ini, tuliskan keinginanmu. Aku sudah."     

"Kau menuliskan apa?" tanya Emma.     

Xion mengangkat bahu. "Itu rahasia."     

Emma menerima spidol dan lenteranya dengan ekspresi tercenung. Ia sama sekali tidak percaya pada dewa-dewi dan siapa pun di luar sana yang dapat mengabulkan keinginan. Rasanya canggung jika ia harus menuliskan permohonannya di lentera ini.     

"Permintaannya tidak harus yang besar. Kau bisa menuliskan permintaan bahwa kau ingin segera bertemu keluargamu," kata Zion menjelaskan. "Atau kau bisa menuliskan keinginan agar musim panas tahun ini dipenuhi lebih banyak bunga."     

"Hmm.." Emma mengangguk. Ia akhirnya menuliskan keinginan bahwa ia ingin segera bertemu dengan ibu dan adiknya.     

Therius juga menuliskan permintaannya dan setelah mereka selesai, ketiganya segera bersiap menyalakan lentera dan melepasnya ke udara.     

Dari ujung jarinya, Therius menciptakan api dan menyalakan lentera Emma. Ia lalu menyalakan lentera Xion, baru lenteranya sendiri. Setelah mereka siap, ketiganya mengangkat lentera masing-masing dan melepasnya ke udara.     

Ribuan lentera melayang ke udara menghiasi langit malam bagaikan ribuan kunang-kunang. Pemandangannya indah sekali. Hampir tidak ada orang yang bersuara. Semua terasa khimad.     

Orang-orang melayangkan pandangan mereka ke atas dan menyaksikan lentera mereka terbang tinggi menjadi cahaya kecil yang perlahan-lahan berubah menjadi titik.     

Pemandangan malam itu sunguh indah, tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.     

"Sebaiknya sekarang kita pulang. Besok kau harus terlihat segar untuk upacara pernikahan," kata Therius ke telinga Emma. Gadis itu mengangguk.     

Therius mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Emma, hendak mengajaknya berjalan bersama kembali ke gedung teater dan kemudian diam-diam terbang dari sana kembali ke istana.     

"Kalian pulang duluan saja," kata Xion tiba-tiba. "Aku masih mau di sini."     

Ia tidak mau menjadi orang ketiga, pikir Xion. Malam Tiga Bulan Api adalah malam yang istimewa dan sangat indah. Ia tidak mau mengganggu pasangan yang akan segera menikah itu menghabiskan malam mereka.     

"Baiklah, jangan lupa, besok kau harus memakai pakaian bagus," kata Therius lagi. "Pernikahan dimulai jam 10 pagi. Jangan bergadang dan mabuk sampai hangover. Aku tidak akan memafkanm."     

"Selamat malam, Xion," kata Emma.     

"Selamat tidur, Stardust," balas XIon.     

Therius dan Emma segera menghilang di antara pengunjung festival menuju ke balik teater sementara Xion tetap berdiri di tempatnya mengamati langit yang masih dihiasi dengan ribuan lentera yang mulai mengecil dengan latar belakang tiga bulan Akkadia yang menawan.     

"Xion Draconi! Kau ada di ibukota juga?"     

Ia menoleh ke samping saat mendengar namanya dipanggil. Wajahnya seketika menampilkan senyum lebar ketika melihat Aeron muncul tiba-tiba. Pemuda itu sengaja menutupi kepalanya dengan syal lebar sehingga para pengunjung festival tidak dapat melihat wajahnya.     

Xion dapat membayangkan bahwa orang-orang di sekitarnya akan menjadi sangat histeris jika mereka mengetahui bahwa idola mereka tiba-tiba muncul di sini.     

"Kau tahu aku ada di sini?" tanya Xion keheranan.     

"Ah, tadi aku melihat ada gadis sangat cantik di sini, dan tahu-tahu aku melihat kau berdiri di sampingnya. Apa dia kenalanmu?" tanya Aeron sambil tertawa. "Kau tahu kan, penglihatanku sangat tajam kalau untuk menemukan wanita cantik. Setelah selesai tampil aku buru-buru ke sini untuk mencarinya, ternyata dia sudah tidak ada."     

"Kau jangan mimpi bisa menaklukan gadis satu itu," komentar Xion.     

"Kenapa?" tanya Aeron penasaran. Selama ini belum ada satu wanita pun yang dapat menolak pesonanya.     

"Karena dia besok akan menikah."     

"Oh... benarkah?" tanya Aeron kecewa. "Itu karena ia belum sempat bertemu aku. Kalau dia bertemu aku duluan, dia tidak mungkin bisa mencintai orang lain."     

Cinta? Sayangnya Xion tahu bahwa besok Emma menikah bukan karena cinta. Ia yakin itu. Ia tidak tahu perjanjian apa lagi yang ada di antara Therius dan Emma setelah ayahnya meninggal dieksekusi, tetapi Xion dapat merasakan bahwa Emma menikah dengan Therius karena kepentingan politik. Sesuatu yang ia tidak dapat mengerti.     

"Kebetulan ada kau di sini," kata Xion sambil merangkul bahu Aeron. "Kau mau menemaniku minum? Rasanya tidak enak minum sendiri."     

"Boleh. Aku tamu VVIP di lounge di dekat sini. Kita bisa minum sampai puas demi mengenang masa lalu," sambut Aeron. Ia menarik bahu Xion ke arah kiri. "Kita naik travs asistenku. Biar cepat sampai."     

"Hmm.."     

"Tapi, ngomong-ngomong, siapa gadis tadi? Kenalanmu? Apa kau tahu dia akan menikah dengan siapa?" tanya Aeron lagi.     

Xion mengerutkan keningnya. "Kau tidak melihat Therius di dekatnya? Emma akan menikah dengan Therius besok."     

"Therius...? Therius sahabatmu itu? Aku tidak melihatnya."     

Xion baru ingat bahwa tadi Therius memang berdiri di belakang Emma dan memeluknya dari belakang. Mungkin itu yang menyebabkan Aeron tidak melihatnya.     

"Benar. Tadi ada Therius bersamanya. Kau terlambat"     

"Ohh.. aku tidak tahu. Aku sudah sangat lama tidak bertemu dengannya. Bagaimana kabarnya sekarang?"     

Xion hanya tertawa mendengar pertanyaan Aeron. Rupanya sampai sekarang Aeron masih belum tahu Therius adalah Pangeran Licht, calon raja Akkadia.     

"Dia? Baik-baik saja," kata Xion ringan. Ia menolak menjelaskan lebih jauh.     

Ketika mereka tiba di pub langganan Aeron, keduanya segera mendapatkan jeritan histeris dari gadis-gadis yang melihat kedatangan dua pemuda tampan di ambang pintu.     

"Aeron!! Sayang!! Kau duduklah bersama kami di sini...!!" seru gadis-gadis itu sambil berusaha berlari mendekatinya.     

Tetapi para pengawal Aeron lebih sigap. Mereka semua menahan para penggemar yang hendak merangsek untuk menyentuh dan mencium Aeron. Pemuda itu hanya menggeleng-geleng dan melambai ke arah mereka sambil melemparkan bunga-bunga cantik.     

Tidak lama kemudian ia dan Xion telah masuk ke ruang pribadi yang privasi dan dijaga beberapa bouncer berotot yang tampak menakutkan. Tiga orang gadis cantik berpakaian seksi segera datang membawakan minuman untuk keduanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.