Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Teman Lama



Teman Lama

0Yldwyn mengangkat wajahnya dan menatap Therius dengan pandangan sakit hati.     

"Tega sekali kau membiarkanku dipermalukan seperti ini di depan umum, calon istrimu sendiri..." kata Yldwyn dengan suara lirih. Air matanya mengalir deras. Ia lalu berbalik dan pergi meninggalkan mereka dengan langkah-langkah panjang.     

Air matanya bercucuran ke belakang saat ia berlari menghampiri pegasusnya dan naik ke punggung sang tunggangan. Tidak lama kemudian ia telah menghilang bersama pegasusnya ke arah istana raja.     

Peristiwa menimbulkan kehebohan selama beberapa saat, tetapi kemudian orang-orang pun melupakannya. Perhatian mereka teralihkan ketika terdengar bunyi terompet yang nyaring.     

Dengan sigap mereka melayangkan pandangan ke atas dan menemukan sebuah panggung melayang yang sangat besar turun dari langit. Di atasnya ada sekelompok musisi yang membuat dua barisan rapi di kiri dan kanan, lengkap dengan berbagai alat musik mereka.     

Lalu, di tengah-tengah, tampak seorang pemuda yang berdiri tegak dengah kepala menunduk, sehingga wajahnya tidak kelihatan. Bisik-bisik penuh semangat segera terdengar di antara para pengunjung festival.     

Dari antusiasme orang yang ada di sekitarnya, Emma dapat menduga bahwa pria ini adalah orang terkenal. Ia menatap ke atas dan memperhatikan apa yang begitu istimewa dari pria itu sehingga orang-orang menjadi penuh semangat saat melihat kehadirannya.     

"Mau apa dia di sini?" gerutu Therius tiba-tiba. Ia berjalan menghampiri Emma, hendak memuji pikiran cepat gadis itu yang berhasil menyingkirkan Yldwyn dan pada saat yang sama menutupi jati diri Therius di depan orang banyak yang hampir saja dibongkar oleh putri dari Terren itu.     

Ia telah melihat bagaimana Emma menatap lurus ke atas panggung dan memperhatikan orang yang ada di tengahnya. Therius langsung merasa tidak senang.     

"Kau kenal siapa dia?" tanya Emma yang mendengar gerutuan Therius. Ia menoleh ke samping ketika merasakan tangan pria itu memeluk pinggangnya dari belakang. Pemuda itu tampak memutar matanya, membuat Emma dapat merasakan bahwa sang pangeran tidak menyukai laki-laki yang akan segera tampil di panggung.     

Xion yang telah selesai menuliskan keinginannya di atas lenteranya tampak sangat puas. Ia menyimpan peralatan tulisnya dan berjalan mendekati kedua temannya.     

"Kalian membicarakan siapa?" tanya pemuda itu. Tanpa menunggu jawaban, perhatiannya segera teralihkan oleh suara lantunan musik yang indah dari atas panggung dan kemudian terdengar suara nyanyian seorang laki-laki yang begitu memikat.     

Emma belum pernah mendengar laki-laki bisa menyanyi seindah itu. Sepasang mata indahnya segera tertuju ke atas panggung.     

Tepat saat itu sang pria mengangkat wajahnya pelan-pelan, sambil melantunkan sebuah lagu sederhana tentang persahabatan sejak masa kecil. Perbuatannya itu, walaupun terlihat sangat simpel, berhasil mengundang reaksi heboh dari para penonton yang ada di alun-alun.     

"Siapa dia?" tanya Emma sambil menoleh ke arah Xion. Tangannya menarik lepas tangan Therius yang melingkar di pinggangnya. "Jangan dekat-dekat, kau membuatku sesak napas."     

Therius hendak berkeras, tetap melihat Emma mendelik ke arahnya, ia akhirnya menurut, seperti kucing yang habis dimarahi. Ia tahu Emma masih belum membuat perhitungan karena tadi mendengar dari Yldwyn bahwa Therius telah setuju untuk menikahi putri dari Terren itu juga.     

"Itu teman sekolah kami dulu," kata Xion sambil tertawa. Ia menunjuk ke atas dan menggeleng-geleng. "Masih belum berubah dia."     

Emma tidak perlu menanyakan siapa laki-laki itu, karena seruan-seruan para wanita di sekitarnya telah memberitahunya.     

"Aerroooon!!! Kami sangat mencintaimu!!"     

"Aeroon!"     

"Aeron!!"     

Speaking of the devil, pikir Therius. Tadi sore waktu ia hendak melamar Emma, Therius sempat memikirkan tentang teman sekolahnya ini. Aeron adalah pemuda flamboyan yang dari dulu selalu digilai banyak wanita. Ternyata sampai sekarang masih begitu.     

Suara pemuda itu sangat indah saat ia menyanyikan lagu tentang persahabatan masa kecil. Emma sendiri merasa sangat kagum. Ia belum pernah mendengar ada laki-laki bisa menyanyi dengan mengambil nada hampir di semua oktaf seperti yang sekarang sedang dilakukan oleh Aeron.     

Selain memiliki suara yang sangat indah, penampilan pria satu ini memang sangat rupawan. Wajahnya begitu tampan dan halus, hampir seperti perempuan. Rambutnya yang panjang berwarna hitam diikat setengah di atas kepalanya, membuatnya terlihat macho sekali.     

Tubuhnya atletis, dibalut celana panjang kulit berwarna hitam yang pas di tubuh, sepatu boot keren, dan kemeja putih tipis dengan kancing dibuka hingga di bawah dada, memamerkan kalung etnik yang menjuntai dari lehernya.     

Sungguh pemandangan yang sangat indah, pikir Emma. Menatapnya sambil mendengarkan suara nyanyiannya yang menghipnotis mampu membuat wanita mana saja menjadi kehilangan akal sehatnya.     

Emma belum pernah menghadiri konser musik selama ia di bumi, tetapi ia pernah menonton video konser dan melihat betapa para penonton yang hadir menjadi sangat tergerak oleh perasaan mereka ketika menyaksikan musisi favorit mereka tampil. Ini jugalah yang sedang terjadi di sekitarnya.     

Para wanita, baik tua atau muda, hampir semuanya tampak terpukau, sebagian dengan air mata menetes ke pipi mereka.     

"Suaranya bagus," komentar Emma.     

Therius menyipitkan matanya dengan sikap berbahaya. Ia sama sekali tidak mengurusi festival dan biasanya ia selalu menghabiskan malam Tiga Bulan Api sendirian di tempat kesukaannya. Kementrian Seni dan Budayalah yang bertanggung jawab mengadakan festival-festival seperti ini dan menentukan daftar acara yang akan dilangsungkan.     

Seandainya ia tahu malam ini akan ada Aeron tampil, ia akan melarang kementrian untuk mengundangnya. Therius sama sekali tidak tahu teman sekolahnya itu sekarang sudah menjadi penyanyi terkenal.     

Ia segera memberi tanda kepada Avato agar melihat ke arahnya. Begitu ia mendapatkan perhatian ajudannya, Therius segera memberi perintah.     

'Hubungi Mentri Kesenian dan Kebudayaan. Aeron tidak boleh tampil lagi di festival ini. Kalau tidak aku sendiri yang akan menegur Mentri.'     

Di belakang sana, tersembunyi di antara para pengunjung festival, Therius melihat Avato mengangguk tanda mengerti.     

Therius tidak bisa membiarkan Aeron tampil dekat-dekat dari istana. Bagaimana kalau Emma menjadi penggemarnya seperti begitu banyak wanita lain di Akkadia? Ia tidak boleh membiarkannya.     

"Suaranya seperti kambing di telingaku," kata Therius kepada Emma sambil memutar matanya. "Dia itu playboy terkenal di sekolah. Semua perempuan bilang suaranya bagus karena wajahnya tampan. Menurutku suaranya tidak ada bagus-bagusnya."     

Xion hanya tertawa terpingkal-pingkal mendengar ketidaksukaan yang sangat kentara di dalam suara sahabatnya, sementara Emma mengerutkan keningnya keheranan.     

Ia tidak mengira ternyata Therius yang tampak demikian sempurna ini adalah seorang yang buta seni. Ia sama sekali tidak bisa membedakan mana suara penyanyi yang bagus dan mana yang seperti suara kambing.     

Tadinya ia hendak membuat perhitungan kepada Therius yang telah menyetujui menikah dengan Yldwyn kepada kakeknya, sehingga dengan demikian membuat Ratu Ygrit memperoleh keinginannya. Tetapi, perhatiannya teralihkan oleh kehadiran Aeron di atas panggung yang segera membuat semua orang di alun-alun terpukau.     

Pemuda itu baru menyelesaikan lagu pertamanya dan kemudian mengangkat tangan menyapa semua orang. Para penonton segera menjadi riuh.     

"Aku mencintai kalian semua!!" seru pemuda itu sambil tersenyum lebar. Ia mengangkat tangannya dan tidak lama kemudian dari langit berjatuhan puluhan ribu kelopak bunga, bagaikan hujan.     

Suasana seketika menjadi sangat romantis. Tiga bulan di langit malam, suara Aeron yang kemudian melantunkan sebuah lagu cinta, serta hujan kelopak bunga benar-benar berhasil mengubah siapa pun orangnya yang sedang sedih akan menjadi bahagia.     

Emma mengangkat tangan kanannya dan membuka telapak tangannya menghadap ke atas. Beberapa kelopak bunga hinggap di tangannya dan pelan-pelan menghilang.     

Dengan demikian, walaupun ada puluhan ribu kelopak bunga yang terus jatuh dari langit, orang-orang tidak sampai tertimbun dan bunganya tidak menjadi sampah yang mengotori alun-alun.     

"Ini... indah sekali," bisik Emma. Bagaimanapun, ia adalah seorang wanita biasa yang menggemari keindahan. Dan suasana di alun-alun malam ini memang terasa begitu ajaib.     

Suara indah Aeron masih mengalun menyanyikan kisah cinta tragis seorang petani dan putri yang tak dapat bersatu karena perbedaan status. Akhirnya mereka berdua memilih melarikan diri di malam sebelum sang putri dinikahkan dengan seorang pangeran.     

Kelopak bunga masih terus berjatuhan. Kini tidak ada satu pun pengunjung yang bersuara, seolah mereka sama-sama hendak memelihara kesakralan momen itu agar tidak rusak oleh jeritan mereka memanggil nama Aeron.     

Tanpa sadar, pelan-pelan seulas senyum terukir di wajah Emma saat ia menyadari bahwa lagu yang dinyanyikan Aeron adalah kisah cinta orang tuanya. Kini tangan kirinya pun ikut terangkat menerima limpahan kelopak bunga yang turun dari langit.     

Therius menahan napas saat ia melihat Emma tersenyum. Rasanya ia hampir tak pernah melihat gadis ini tersenyum dengan begitu indah seperti sekarang. Emma banyak diam dan tidak menunjukkan ekspresi sejak pertama mereka bertemu. Ia sangat jarang tersenyum. Apalagi setelah ia tiba di Akkadia dan dilanda kesedihan dan tragedi yang bertubi-tubi.     

Ahh... untuk itu Therius merasa ia harus berterima kasih kepada Aeron karena berhasil memunculkan senyum pada wajah calon istrinya.     

'Tidak usah hubungi Mentri Kesenian. Aku menarik kembali perintahku tadi.' Therius memberi tanda kepada Avato. Ajudannya itu mengangguk paham.     

Setelah lagu kedua selesai, hujan kelopak bunga berhenti dan suasana syahdu pun berganti dengan perasaan semangat. Aeron kembali menyapa para penggemarnya dan melontarkan lebih banyak bunga ke arah mereka. Suara jeritan para gadis yang menerima sekuntum bunga dari pria tampan itu sungguh memekakkan telinga.     

Dari gerakannya, Emma dapat mengetahui bahwa Aeron adalah seorang herbomancer. Ialah yang tadi menciptakan hujan kelopak bunga saat ia sedang menyanyi. Hal ini membuat Emma cukup terkesan. Menurunkan hujan bunga demikian banyak selama hampir sepuluh menit tentu bukan hal yang mudah, bahkan bagi dirinya yang juga merupakan seorang herbomancer.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.