Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Perempuan Tidak Tahu Malu



Perempuan Tidak Tahu Malu

0Setelah akhirnya pertunjukan drone berakhir, Emma melihat ada tujuh ekor kuda pegasus berwarna keemasan yang terbang dalam formasi yang sangat indah. Di punggung masing-masing pegasus ada seorang gadis cantik yang berpakaian indah dengan selendang terjuntai hingga belasan meter ke bawah.     

Mereka sungguh-sungguh terlihat seperti para dewi dari kahyangan yang turun dari bulan. Desahan kagum tertahan segera terdengar di mana-mana.     

"Itu kan para putri dari istana Akkadia," komentar mereka.     

"Benar. Mereka hanya keluar di acara-acara penting seperti ini. Ohh.. cantik sekali! Seperti dewi!!"     

Emma menyipitkan matanya saat ia mengenali gadis yang duduk di pegasus paling depan dan mengendalikan kudanya dengan sangat mahir.     

Ternyata para putri sandera bisa berkeliaran bebas di luar istana? pikir Emma keheranan. Ia melihat Yldwyn malam ini tampak jauh lebih cantik daripada saat mereka bertemu ketika diundang makan malam oleh Raja Cassius.     

Yldwyn adalah satu-satunya gadis dengan rambut berwarna biru di antara para putri yang melakukan pertunjukan dengan kuda pegasus di angkasa, kecantikannya sangat mencolok.     

Tentu Emma tidak kalah cantik darinya, tetapi saat itu Emma sama sekali tidak terlihat menonjol karena ia sengaja menyembunyikan diri dengan pakaian sederhana berwarna hitam dan rambut disanggul ke atas.     

Emma mengerling ke samping kiri dan kanannya, hendak memperhatikan reaksi kedua pria yang bersamanya saat pertunjukan ketujuh putri cantik dengan Pegasus mereka mulai menari dengan indah.     

Xion sedang sibuk menuliskan keinginannya di atas lampion miliknya, sementara Therius tampak memperhatikan sekeliling mereka dengan penuh kewaspadaan. Emma kemudian menyadari bahwa di mana pun mereka berada, Therius tidak pernah lengah.     

Mungkin karena sekarang mereka ada di tempat ramai dengan belasan ribu orang, pemuda itu justru semakin meningkatkan kewaspadaan.     

Emma dapat membayangkan bahwa sang pangeran memang memiliki banyak musuh, yang membuat sikapnya menjadi seperti itu. Tanpa sadar Emma menyesap wine di cangkirnya dengan senyum dikulum.     

Tadinya ia mengira baik Xion maupun Therius akan terpukau melihat gadis-gadis cantik yang jelas sedang memamerkan kecantikan mereka di hadapan belasan ribu penduduk kotaraja, ternyata mereka tampak tidak peduli bahwa ada beberapa putri sangat cantik yang sedang tampil di atas sana.     

Musik yang mendayu-dayu mengalun di seantero alun-alun berhasil menghipnotis semua orang. Pandangan mereka tertuju ke atas, menyaksikan penampilan para pegasus keemasan dengan tujuh dewi kahyangan yang menunggangi mereka.     

Ketika pertunjukan berakhir dan ketujuh kuda serta penunggangnya membungkuk hormat, para hadirin tak dapat menahan diri untuk bertepuk tangan sekencang-kencangnya. Ketujuh gadis itu tampak tersenyum lebar.     

Mereka saling pandang dan kemudian menepuk kuda masing-masing. Tiga kuda dan penumpangnya melesat ke arah Barat, tiga lagi melesat ke arah Timur, sementara kuda paling gagah dengan gadis berambut panjang berwarna biru, tampak melayang turun ke tengah penonton.     

"Mau apa dia ke sini?" tanya Emma keheranan saat menyadari Yldwyn ternyata mengarahkan pegasusnya ke arah mereka. Pandangan orang-orang semua tertuju pada sang putri yang turun dari langit dan kemudian mendarat anggun di tengah alun-alun.     

Orang-orang yang ada di dekat rombongan kecil Emma secara automatis membuka jalan dan membiarkan kuda itu mendarat di tengah mereka.     

Therius mengangkat wajahnya saat mendengar kata-kata Emma. Ia menyipitkan mata ketika melihat Yldwyn turun dengan lincah dari Pegasusnya dan berjalan anggun mendekati mereka. Wajah gadis cantik itu tampak berseri-seri.     

"Pangeran.. Anda datang ke sini juga?" sapa Yldwyn dengan suara renyah. "Aku melihat tim pengamananmu yang biasa di antara para penonton dan segera menyadari kau ada di sini."     

Ah, tentu saja. Arah pandang Yldwyn dari atas menjadi lebih luas dan ia dapat melihat keberadaan tim pengawalan Therius lalu mencari pemuda itu. Itu sebabnya ia memutuskan untuk turun dan menyapa Therius.     

Orang-orang yang berada di sekitar mereka segera menahan napas. Mereka baru mengenali Therius setelah Yldwyn datang menghampirinya.     

"Putri Yldwyn." Therius mengangguk sedikit. Sikapnya tetap sopan, tetapi ada aura dingin memancar dari dirinya. Gadis lain mungkin sudah gentar, tetapi Yldwyn hanya tersenyum manis dan berjalan semakin mendekat.     

Sementara orang-orang di sekitar mereka, semuanya tampak mengarahkan pandangan mereka kepada sang dewi kahyangan yang sedang berjalan anggun dan mencoba melihat siapa yang sedang ia tuju.     

Tidak lama kemudian orang-orang di sekitar Therius mengenali sang pangeran. Segera suara bisik-bisik dan seruan tertahan terdengar di antara para pengunjung di sekitar mereka.     

Therius menjadi sangat kesal karena penyamarannya terbongkar oleh kedatangan Yldwyn yang seolah sengaja datang menyapanya. Niat Therius untuk menikmati malam yang tenang bersama Emma dan Xion menjadi rusak.     

Ia menyipitkan matanya dan menatap Yldwyn dengan tajam. Namun, Ylwdyn adalah seorang gadis yang patut dikagumi keberaniannya. Ia terus maju dengan wajah tersenyum manis sekali. Begitu Yldwyn tiba di depan Therius, gadis itu membungkuk sedikit, memberi salam formal, lalu mencium Therius.     

Semuanya terjadi tanpa terduga dan Therius tidak sempat menghindar. Ketika bibir Yldwyn telah menyentuh bibirnya, secara spontan ia lalu mendorong tubuh gadis itu.     

"Putri Yldwyn, apa yang kau lakukan?" tanya Therius dengan alis berkerut. Ia hendak menghapus bekas bibir gadis itu pada bibirnya, tetapi ia berhasil menahan diri. Laki-laki bangsawan tidak boleh mempermalukan wanita.     

Yldwyn yang barusan didorong, menekap bibirnya dengan ekspresi shocked. Sepasang matanya tampak terluka dan segera mengalirkan air mata dengan deras.     

"Yang Mulia... kenapa Anda mendorongku seperti ini? Seperti inikah caramu memperlakukan tunanganmu?" tanya Yldwyn dengan suara tercekat.     

Orang-orang di sekitar mereka segera menahan napas dan sebagian mendesah kaget. Suara Yldwyn terdengar cukup jelas bagi orang-orang di dekat mereka dan informasi itu langsung merembet dengan sangat cepat ke orang lain di alun-alun itu.     

Emma mengerutkan keningnya saat mendengar pernyataan berani dari gadis cantik berambut biru itu. Ia menduga telah terjadi sesuatu di istana yang membuat Yldwyn menjadi demikian berani bersikap seperti itu kepada Therius.     

Benarkah kata-katanya, bahwa Yldwyn adalah tunangan Therius? Apa yang terjadi sebenarnya? Apakah Therius mengetahui hal ini? Emma memutuskan membaca pikiran Yldwyn.     

Ah, ternyata lagi-lagi Ratu Ygrit bergerak selangkah di depan mereka. Emma sangat marah saat mengetahui sang penyihir tua telah mempengaruhi Raja Cassius untuk memaksa Therius mengambil Ylwyn sebagai istrinya juga, jika ia sungguh ingin menikah dengan Emma Stardust.     

Sebelum Therius dapat berkata apa-apa, Emma telah maju menghadang di depannya dan menghadapi Yldwyn. Kedua tangannya berkacak pinggang dan ia menyipitkan matanya dengan sikap berbahaya.     

"Nona, tolong jangan menggoda suami orang, ya. Mentang-mentanga Anda putri bangsawan, bukan berarti bisa berlaku seenaknya. Kami ke sini datang untuk menikmati festival dengan tenang. Mohon sebelum mencium seseorang, Anda perhatikan dulu baik-baik siapa orangnya? Kurasa barusan Nona salah orang dan mengira suamiku ini sebagai orang lain," sembur Emma dengan ekspresi siap mengamuk. "Kalau Anda tidak minta maaf karena sudah menggoda suamiku, maka aku akan memukul wajah cantikmu!"     

Emma sengaja bicara dengan suara keras agar semua orang di sekitar mereka mendengar suaranya. Saat ini, menurutnya, solusi terbaik adalah berpura-pura bersikap bahwa Yldwyn salah mengenali orang. Toh, Therius sama sekali tidak mengenakan pakaian bangsawan dan orang di alun-alun tidak ada yang dapat memastikan apakah ia benar Pangeran Licht atau bukan.     

Kalau tadi Emma membiarkan Therius memarahi Yldwyn, para pengunjung festival akan yakin bahwa laki-laki yang barusan dicium Yldwyn tadi adalah Pangeran Licht dan mereka memang sudah bertunangan.     

Namun, dengan membuat seolah Yldwyn salah mengenali orang dan dengan sembarangan mencium suami wanita lain, maka reputasi Ylwdyn yang akan rusak.     

Therius menoleh ke arah Emma dan menatap gadis itu dengan kekaguman yang tidak ia sembunyikan. Sementara Xion hanya batuk-batuk dan berpura-pura tidak ada di sana.     

Begitu Emma mengatakan dengan tegas dan ketus bahwa Putri Yldwyn telah salah mengenali orang dan barusan mencium suami wanita lain, segera terdengar kasak-kusuk di sekitar mereka yang mempertanyakan perbuatan tidak terpuji seorang putri dari istana.     

"Astaga.. Putri cantik itu ternyata tidak dapat mengenali tunangannya sendiri."     

"Tadi dia langsung mencium suami orang... Alangkah malunya."     

Sementara itu, Yldwyn yang sama sekali tidak mengira Emma akan menjatuhkan reputasinya di depan umum seperti itu, menjadi sangat marah. Ia membelalakkan matanya dan spontan mengangkat tangan kanannya hendak menampar Emma.     

"Apa kau bilang? Aku tidak mencium suami wanita lain...! Kau tahu sendiri bahwa Pangeran Licht adalah— Auwww!!!" seruan marahnya tiba-tiba berganti jeritan kesakitan ketika tangannya malah menampar wajahnya sendiri karena tersapu angin sangat kencang.     

Emma diam-diam telah menggunakan aeromancy untuk membuat Yldwyn menampar wajahnya sendiri.     

"Astaga.. sepertinya putri cantik itu kurang waras, ya? Ia sampai menampar wajahnya sendiri," komentar orang-orang dengan nada kasihan.     

"Seharusnya kita tahu tidak ada manusia yang sempurna. Gadis secantik itu ternyata mentalnya kurang sehat. Pantas saja tadi dia salah mencium suami wanita lain."     

Omongan-omongan mereka terdengar jelas di telinga Ylwdyn. Pipinya terasa perih, tetapi hatinya lebih sakit karena menerima ejekan dari orang-orang yang sesaat lalu tampak begitu terpukau olehnya saat ia tampil bersama pegasusnya di langit.     

Ia mengangkat wajahnya dan menatap Therius dengan pandangan sakit hati.     

"Tega sekali kau membiarkanku dipermalukan seperti ini di depan umum, calon istrimu sendiri..." kata Yldwyn dengan suara lirih. Air matanya mengalir deras. Ia lalu berbalik dan pergi meninggalkan mereka dengan langkah-langkah panjang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.