Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Menikahi Dua Perempuan



Menikahi Dua Perempuan

0Xion merasa kasihan pada Emma, tetapi dia juga lega karena mulai sekarang Emma akan dijaga oleh sahabatnya. Dia tahu Therius akan memperlakukan Emma dengan baik dan tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti gadis itu     

"Ngomong-ngomong, kau datang ke sini karena punya kabar baik untukku?" Emma dengan cepat mengubah topik. Dia tidak ingin berlama-lama dalam kesedihan. "Apa yang ingin kau sampaikan padaku?"     

"Ah .. benar. Aku tadinya ingin mengajakmu ikut denganku dan merayakan Festival Tiga Bulan Api. Apa kau ingat?" Xion tersenyum cerah lagi.     

Emma segera teringat bahwa seharusnya sebentar lagi penduduk Akkadia akan dapat menyaksikan fenomena alam ketika ketiga bulannya muncul bersama di langit malam. Mereka merayakannya dengan festival yang disebut Festival Tiga Bulan Api.     

"Apakah festivalnya malam ini?" tanya Emma.     

"Benar... uhm.. tapi kau sedang berkabung, jadi sekarang aku merasa tidak enak mengajakmu untuk ke festival," kata Xion canggung. "Kita tunggu yang berikutnya saja."     

Sayangnya, festival berikutnya baru akan terjadi lagi lima belas bulan ke depan. Sungguh terlalu lama.     

"Oh..." Emma mengangguk. Ia ingat ini adalah fenomena alam yang sangat jarang terjadi. Dulu, saat ia mendengar tentang festival ini, Emma sangat berharap Haoran dapat sembuh dan mereka akan dapat menikmati pemandangan itu bersama.     

Tetapi sekarang.. sepertinya Emma hanya dapat menikmatinya sendiri.     

"Tidak apa-apa..." kata Emma. "Aku akan datang."     

"Benarkah?" tanya Xion dengan gembira. Wajahnya kembali berseri-seri seperti Xion biasanya. Entah kenapa Xion memiliki aura hangat yang membuat siapa pun yang ada di dekatnya menjadi tertular perasaan gembiranya.     

Emma pelan-pelan mulai merasa lebih baik setelah Xion datang dan mengajaknya berbicara.     

"Setahuku, di ibukota ini, rakyatnya akan turun ke jalan dan menyalakan lentera di mana-mana. Mereka lalu akan melepaskan lentera ke langit dengan menuliskan keinginan mereka masing-masing. Kau pasti akan suka," kata Xion penuh semangat.     

Emma menjadi teringat festival lentera di berbagai budaya di bumi. Bangsa China dan beberapa bangsa lainnya memiliki tradisi yang sama dengan melepas lentera.     

Ahh.. ia tidak boleh lagi memikirkan tentang bumi. Hal itu akan membuatnya merasa sedih. Lebih baik ia memusatkan perhatiannya pada kehidupannya di Akkkadia.     

"Aku akan dengan senang hati datang ke festival malam ini," Emma mengangguk. Dia akhirnya tersenyum tipis. "Kurasa, aku perlu mengalihkan perhatianku dari hal-hal yang membuatku sedih."     

Emma tahu Haoran akan ikut sedih kalau tahu Emma bersedih. Jadi, lebih baik kalau gadis itu menyibukkan diri.     

***     

Kedatangan Therius diterima oleh kakeknya di ruang kerjanya yang menghadap ke sebuah danau kecil di tengah kompleks istana raja. Ia meminta audiensi khusus dengan kakeknya dan Raja Cassius menerimanya.     

Sang raja tampak semakin sehat dan gerakannya tidak lagi sepelan beberapa malam yang lalu ketika Therius bertemu beliau di acara makan malam. Hal ini membuat pemuda itu sedikit resah. Bagaimana jika kesehatan kakeknya pulih sepenuhnya sebelum ia sempat membunuh sang raja? Bukankah orang-orang akan mencurigai kematiannya?     

"Sepertinya ada yang sedang kau pikirkan," kata Raja Cassius menggugah Therius dari lamunannya. "Kau bilang ingin bertemu denganku untuk urusan yang sangat penting?"     

Therius segera mengangguk. "Benar. Emma dan aku berubah pikiran. Kami ingin menikah secepatnya."     

Raja Cassius tidak tampak terkejut mendengar permintaan Therius. Ia tahu cucu tertuanya ini adalah seorang laki-laki yang sangat penuh perhitungan. Apa pun yang ia lakukan selalu telah dipikirkan dengan sangat baik.     

Tentu ada alasan kuat kenapa Therius ingin mempercepat pernikahannya kepada Emma Stardust.     

"Kapan kalian akan menikah?" tanya Raja Cassius dengan tenang.     

"Besok," jawab Therius. "Sebelum kami berangkat ke Thaesi untuk bertemu ibunya. Emma dan aku sudah membicarakan ini, dan kami kuatir Putri Arreya akan menentang hubungan kami, atau ia akan mengira aku hanya memanfaatkan anak perempuannya,"     

Raja Cassius tampak tercenung sebentar. Ia sangat menyayangi Arreya, dulu saat gadis itu masih tinggal di istana di Akkadia. Kemana-mana ia selalu bersama Darius, anak lelakinya satu-satunya.     

Darius sama sekali tidak memiliki kekuatan ajaib, tetapi Arreya tidak pernah merendahkannya. Itulah yang membuat Raja Cassius dan putranya sangat menyayangi Arrreya.     

Seharusnya gadis itu yang menjadi ratu di Akkadia, bukan anak perempuannya. Pikirannya melayang kepada Emma. Sebenarnya gadis itu sangat mirip ibunya. Untung saja begitu, pikir Raja Cassius. Kalau sampai wajahnya mirip dengan Kaoshin, rasanya setiap kali Raja melihat Emma, kemarahannya akan bangkit.     

Ia memang dihasut untuk mengeksekusi Kaoshin dua minggu lalu, tetapi sebenarnya Raja Cassius memang sangat mendendam kepada sang jenderal yang telah merebut Arreya dari anak lelakinya. Selama ini Raja Cassius sangat ingin membunuh Kaoshin. Hanya saja, pertimbangan politik memaksanya mempertahankan jenderal itu tetap hidup.     

"Kalian sudah yakin akan menikah dengan begitu cepat?" tanya Raja Cassius sambil menatap Therius dengan sungguh-sungguh.     

Sang pangeran mengangguk mantap. "Aku tidak mau Emma berubah pikiran. Jadi kurasa, makin cepat makin baik."     

Raja Cassius mengetuk-ketukkan jarinya yang kurus ke meja dan tampak berpikir keras.     

"Sebenarnya, Kakek juga punya hal yang ingin disampaikan kepadamu, mengenai pernikahanmu," kata sang raja kemudian. "Ini mengenai Putri Yldwyn."     

Therius mengerutkan keningnya. "Ada apa dengan Yldwyn?"     

"Kau tahu, Terren adalah koloni kita yang paling setia. Nenekmu juga adalah seorang putri dari Terren." Raja Cassius menatap Therius lekat-lekat. "Ia sebenarnya tidak percaya kepada Emma dan lebih memilih agar kau menikah dengan Yldwyn."     

Therius sama sekali tidak menunjukkan perubahan pada ekspresi wajahnya. Ia tetap terlihat tenang dan tidak terpengaruh. "Aku tahu. Tapi aku tidak bisa, Kakek. Aku hanya mencintai Emma. Dan kita sudah sepakat bahwa dari segi politik pun, lebih baik jika aku menikah dengan Emma Stardust."     

Raja Cassius mendesah panjang. "Nenekmu sangat berkeras. Ia memberikan argumen yang masuk akal juga, bahwa Terren akan merasa tidak puas dan memberontak. Kita belum tentu akan mendapatkan perdamaian dengan Thaesi, sementara Terren akan menjadikan ini alasan untuk memberontak. Kita akan direpotkan dengan dua musuh yang akan menyerang dari kanan dan kiri."     

"Kakek.. aku hanya ingin menikah dengan Emma," kata Therius dengan tegas. "Kalau Kakek tidak merestui kami.. aku memilih mundur dari kedudukanku sebagai pangeran putra mahkota. Lebih baik aku menjadi orang biasa daripada harus dipaksa menikah dengan wanita lain."     

Raja Cassius buru-buru melambaikan tangannya. "Aish.. bukan itu maksudku. Aku sudah membicarakan ini dengan Ratu Ygrit dan nenekmu mengatakan tidak apa-apa kalau kau menikahi keduanya. Dengan begitu, kedua kerajaan akan dapat dibuat tenang. Lagipula.. seorang raja memiliki beberapa istri bukanlah hal yang aneh."     

Kening Therius seketika berdenyut saat mendengar ucapan kakeknya. Pikirannya melayang pada gadis cantik berambut biru yang selalu memandangnya dengan penuh cinta, Putri Yldwyn. Ia memang sempat berpikir untuk menikah dengan gadis itu sebelum ia naik takhta Akkadia untuk mendapatkan dukungan dari kerajaan Terren, koloni terbesar kedua kerajaan Akkadia.     

Tetapi, itu sebelum ia mengetahui tentang Emma. Itu sebelum ia bertemu dengan Emma!     

Emma adalah cinta pertamanya. Tidak akan ada yang dapat mengisi tempatnya di hati Therius.     

Pemuda itu menggeleng tegas. "Aku tidak bisa. Kakek pasti tahu punya dua istri itu sangat merepotkan. Aku tidak dapat membiarkan diriku disibukkan oleh pertengkaran antara wanita dan dua koloni yang bersaing lewat mereka. Aku menolak."     

Raja Cassius menatap Therius lekat-lekat dan kemudian ia pun menggeleng.     

"Kalau kau tidak mau menikahi Yldwyn juga, maka aku tidak akan merestui pernikahanmu dengan Emma. Kau bisa memilih. Apakah kau menginginkan keduanya, atau tidak satu pun."     

Therius benar-benar murka karena diperas seperti ini oleh kakeknya sendiri. Seandainya di istana raja tidak ada perisai anti-sihir, tentu ia sudah membunuh kakeknya dengan telemancy saat itu juga.     

Sayangnya, ia hanya bisa menyimpan kemarahannya di dalam hati dan tetap menampilkan air muka yang tenang di permukaan.     

"Kalau aku menolak?" tanya Therius lagi.     

Raja Cassius melipat kedua tangannya di dada dan menggeleng. "Maka Kakek tidak akan merestui pernikahanmu dengan Emma."     

Therius mengangguk. "Baiklah. Aku setuju. Tetapi biarkan aku menikah dengan Emma dulu karena situasinya lebih darurat. Kami ingin segera berangkat ke Thaesi menemui ibunya. Aku akan menikahi Putri Yldwyn setelah aku pulang dari Thaesi. Lagipula... kurasa kalau aku memberi tahu Emma tentang hal ini, ia akan sangat marah dan tidak mau menikah denganku. Aku tidak ingin membuatnya pergi."     

"Hmm.. baiklah. Kalau begitu kakek setuju," kata Raja Cassius.     

"Karena kakek sudah setuju. Aku akan menyuruh asistenku menyiapkan semuanya. Kami mengundang Kakek untuk menjadi saksi pernikahan kami di kapel kerajaan besok sore," kata Therius.     

Kapel tujuh dewa pujaan rakyat Akkadia terletak di luar kompleks istana raja. Therius sudah mengambil keputusan cepat. Agar kakeknya tidak lagi memaksanya memiliki dua istri, Therius akan mempercepat rencananya membunuh Raja Cassius.     

Besok adalah waktu yang sangat tepat.     

Setelah mendapatkan persetujuan kakeknya, Therius segera mengundurkan diri dan meminta orang kepercayaannya, Avato, untuk mengurus semua persiapan pernikahan. Ia sudah tidak sabar ingin kembali ke istananya dan bertemu Emma.     

***     

Setelah Therius melompat keluar dari travs, ia berjalan dengan langkah-langkah panjang menuju ke sayap barat, tempat kamar Emma berada. Sebelum tiba di sana, ia melintasi taman cantik yang ada di tengah kompleks istananya dan menemukan Emma sedang duduk minum-minum bersama Xion.     

Dengan wajah dipenuhi senyum, Therius segera berjalan menghampiri mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.