Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Emma Tak Akan Menangis Lagi



Emma Tak Akan Menangis Lagi

0Emma dapat tidur dengan nyenyak setelah makan malam karena obat yang diberikan Natan. Therius menungguinya memejamkan mata dan tidur pulas sebelum ia meninggalkan kamar tempat Emma beristirahat.     

Ia lalu masuk ke kamarnya sendiri dan menatap bulan. Besok malam, ketiga bulan Akkadia akan tampak bersama di langit. Sekarang ia sudah dapat melihat dua buah bulan berada di masing-masing ujung horizon. Ini adalah pemandangan yang sangat istimewa.     

Ia sangat senang karena tidak lama setelah Emma tiba di Akkadia, ia akan dapat menyaksikan pemandangan indah ini. Therius akan membawa Emma ke tempat favoritnya yang tidak kalah bagus dengan Danau Garam di Daneria untuk menyaksikan pemandangannya.     

Di sana, ia akan melamar gadis itu secara resmi dan kemudian mempersiapkan pernikahan, sebelum mereka berkunjung ke Thaesi. Tetapi besok, mereka harus menghadiri pemakaman Haoran.     

Ah, di saat seperti ini rasanya Therius ingin ada Xion di sampingnya agar ia dapat berbagi kebahagiaan. Seolah ada perasaan menggebu-gebu di dadanya dan yang ingin ia keluarkan dengan berteriak atau minum sampai mabuk. Tetapi ia tak mau berteriak karena takut membangunkan Emma, dan ia tidak bisa minum wine sendirian karena toleransi alkoholnya rendah.     

Ugh.. akhirnya pemuda itu memutuskan untuk minum obat tidur juga agar ia dapat memejamkan mata.     

***     

Keesokan harinya Emma benar-benar merasa tubuhnya sudah menjadi jauh lebih baik. Ia masih merasakan sesak di dadanya dan matanya masih perih akibat terlalu banyak menangis selama seminggu terakhir, tetapi secara keseluruhan ia merasa kekuatannya pelan-pelan menjadi pulih.     

Ia mengangkat tangannya dan mengangguk puas saat menyadari ia sudah dapat menggerakkan tubuhnya seperti semula. Ia bertekad akan melatih dirinya dan menjadi lebih kuat agar ia tidak lagi menjadi perempuan lemah yang jatuh sakit ketika mengalami kedukaan mendalam.     

Ia tidak boleh menjadi lemah!     

Emma memejamkan mata sesaat. Setelah ia membuka matanya kembali, Emma memutar tangan kanannya dan segera tampak kilatan-kilatan petir keluar dari telapak tangannya.     

Ah... ia sudah dapat menggunakan electromancy. Ia lalu mencoba pyromancy untuk menciptakan api. Berhasil. Berturut-turut ia mencoba aeromancy, hydromancy, dan herbomancy.     

Semuanya berhasil. Emma memutuskan untuk bangun dari tempat tidurnya dan membersihkan diri.     

TOK     

TOK     

Pintu kamarnya diketuk dan masuklah dua orang pelayan yang segera membungkuk hormat ke depannya.     

"Tuan Putri sudah bangun? Kami akan membantu Anda bersiap-siap," kata salah seorang di antaranya dengan sigap.     

Emma keheranan melihat betapa sigapnya kedua gadis ini. Ia tidak mengira pelayannya akan langsung tahu kapan ia bangun dan segera mendatanginya untuk melayaninya.     

"Kalian tahu dari mana kalau aku sudah bangun?" tanya Emma.     

"Oh, kami mendapat pemberitahuan oleh sistem pengawas rumah. Nama saya Miriam, Yang Mulia. Saya adalah pelayan Anda di rumah ini," kata gadis pertama yang memiliki rambut berwarna hitam dan disanggul rapi di atas kepalanya. Rekannya memiliki rambut keriting berwarna putih, kontras dari Miriam. Wajahnya tampak berbintik-bintik membuatnya terlihat sangat muda.     

"Dan aku Luann, Tuan Putri," kata pelayan kedua. "Pangeran menunggu Anda di ruang makan untuk sarapan bersama. Kami akan membantu Anda bersiap-siap."     

Emma mendesah. Ia tidak protes karena memang Atila sudah mengajarinya untuk terbiasa menerima bantuan pelayan setelah ia tiba di Akkadia. Bagaimanapun, ia adalah seorang putri.     

Akhirnya ia membiarkan kedua gadis itu memandikannya dan membantunya berpakaian. Sama seperti di istana Therius, kedua pelayannya ini juga menaruh minyak khusus di air mandi Emma sehingga ia merasa jauh lebih sehat.     

Setelah ia keluar dari bak mandi dan dibantu berpakaian, Emma merasa tubuhnya jauh lebih sehat dari sebelumnya.     

Sambil membiarkan kedua gadis itu membantunya berpakaian, Emma dapat membaca pikiran kedua pelayannya. Mereka ternyata sangat senang karena sang pangeran kembali berkunjung ke rumah peristirahatan orang tuanya dan membawa beberapa pengawal setianya.     

Rupanya pengawal-pengawal Therius yang tampan sangat diidolakan oleh para pelayan perempuan di sini, dan mereka berharap rombongan sang pangeran akan tinggal lebih lama.     

Kedua pelayan itu tampak saling pandang penuh arti.     

'Tuan Putri ini mirip sekali dengan Yang Mulia Pangeran Licht. Sungguh mereka berjodoh. Tapi siapa putri ini sebenarnya? Mengapa kami belum pernah melihatnya sebelumnya?'     

'Mereka serasi sekali. Ahh... kalau sudah begitu kerajaan Akkadia akan memiliki pasangan Avena sebagai penguasa untuk pertama kalinya dalam seribu tahun. Ini sungguh patut dirayakan.'     

Emma pernah membaca tentang penguasa Akkadia di dalam sejarah yang pernah berkuasa dan terkenal merupakan pasangan yang sangat serasi. Dari segi penampilan fisik, raja dan ratu ini sangat mirip.     

Raja Sirius bertemu dengan istrinya, Ratu Avena saat ia sedang bertualang menjelajahi Akkadia dengan menyamar sebagai rakyat biasa. Saat itu, ia masih muda dan belum menjadi raja. Ketika ia bertemu Avena untuk pertama kalinya, sang pangeran mengalami apa yang ia gambarkan sebagai cinta pada pandangan pertama.     

Avena adalah seorang gadis desa yang sangat pandai. Ia merupakan seorang peneliti yang menciptakan banyak penemuan aneh-aneh untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk desanya. Kecerdasan, semangat, dan selera humor gadis itu memerangkap Pangran Sirius hingga jatuh cinta setengah mati.     

Pernikahan keduanya sempat ditentang orang tua Sirius karena Avena adalah seorang gadis biasa, namun, setelah Sirius mengancam hendak menjadi rakyat biasa agar dapat menikah dengan pujaan hatinya, raja dan ratu Akkadia saat itu akhirnya mengalah.     

Avena diterima masuk istana dan menjadi istri Pangeran Sirius. Ia kemudian menjadi ratu saat suamiya naik takhta menjadi raja. Di bawah pemerintahan Raja Sirius dan Ratu Avena, kehidupan rakyat Akkadia menjadi sangat maju.     

Sang ratu masih terus menjalankan hobinya menciptakan berbagai penemuan, kali ini dengan bantuan para ilmuwan istana di laboratorium khusus miliknya yang dibangun Raja Sirius dengan penuh cinta.     

Hingga kini berbagai peninggalan dari Ratu Avena masih dapat ditemukan di Akkadia, dan saat orang-orang membicarakannya, mereka semua akan tersenyum dan suasana akan dipenuhi kehangatan. Kemiripan fisik Avena dan suaminya, serta besarnya cinta mereka terhadap satu sama lain kemudian menjadi legenda.     

Mereka dibicarakan dalam mitos sebagai pasangan kekasih yang sudah jatuh cinta bahkan sebelum dilahirkan, sehingga mereka membuat kesepakatan untuk memiliki wajah serupa sehingga nanti mereka dapat menemukan satu sama lain dengan mudah.     

Hingga kini, siapa pun orang yang bertemu dengan kekasihnya yang memiliki penampilan fisik mirip, akan dipanggil dengan senyuman sebagai pasangan Avena.     

Tentu saja kebenaran mitos itu tidak selalu dapat dibuktikan, karena menemukan orang yang memiliki wajah mirip dan kemudian jatuh cinta kepadanya sangat sulit terjadi.     

Emma mengenakan pakaian ringkas yang tetap terlihat indah. Warnanya pun ungu, masih warna berkabung. Sebenarnya saat melihat pilihan pakaian yang tersedia di lemari di dalam kamarnya, Emma sendiri merasa kagum. Ternyata di sana terdapat berbagai pakaian indah yang sesuai ukurannya dalam berbagai warna. Ia tidak tahu kapan Therius menyiapkan semuanya.     

Setelah ia selesai berpakaian, Emma lalu berjalan diantar kedua pelayannya ke ruang makan terbuka yang indah dan menghadap ke lembah. Ia melihat Therius telah duduk menunggunya di meja makan sambil menikmati teh hangat.     

Pemuda itu segera bangkit menyambut Emma ketika melihat calon istrinya masuk dari pintu. Dengan penuh perhatian ia membukakan kursi untuk Emma lalu duduk di sampingnya.     

"Makan yang banyak dan pulihkan tenagamu. Kita akan melakukan banyak hal hari ini," katanya.     

Emma mengangguk. Satu yang pasti, ia harus memakamkan Haoran dengan baik dan memastikan pemuda itu menikmati tempat peristirahatannya yang terakhir.     

Mereka makan dengan tenang. Therius sangat lega melihat sepertinya kondisi Emma memang sudah membaik. Ia tidak keberatan merawat gadis itu hingga pulih kalau memang dibutuhkan, tetapi ia merasa Emma akan membenci dirinya sendiri kalau ia terus terpuruk.     

"Aku sudah meminta Natan menyiapkan semuanya. Hari ini kita akan memakamkan Haoran," kata Therius pelan setelah mereka selesai makan. "Apakah kau ingin menyaksikannya atau... itu terlalu berat bagimu?"     

"Aku ingin ada di sana," kata Emma tegas.     

"Baiklah... ia akan dimakamkan di puncak bukit di sebelah sana," kata Therius sambil menunjuk ke bukit di sebelah kanan mereka.     

Emma menatap bukit yang dimaksud dengan pandangan khimad. Bukit itu tampak hijau dan dipenuhi berbagai tanaman yang membuatnya tampak indah.     

Haoran akan memiliki tempat peristirahatan terakhir yang sangat indah, pikir Emma.     

Ia juga akan dapat sering-sering mengunjunginya. Emma bersyukur Haoran akan dimakamkan di tempat terpencil sehingga tidak akan ada orang yang mengetahui keberadaannya.     

Tadinya, Emma sempat terpikir untuk memakamkan Haoran di Thaesi agar dekat dengan ayahnya, tetapi kemudian ia berpikir bahwa Thaesi terlalu jauh sementara ia telah berjanji untuk tinggal di Akkadia bersama Therius.     

Tentu akan lebih praktis baginya jika ia memakamkan Haoran di Akkadia, sehingga ia dapat tetap mengunjungi pemuda itu kapan pun ia menginginkannya.     

"Terima kasih," kata Emma. Ia menoleh ke arah Therius dan menyentuh wajahnya dengan penuh terima kasih.     

Therius hanya mengangguk. Ia bangkit berdiri dari kursinya dan menggandeng Emma untuk keluar. Di depan rumah liburan orang tuanya ini telah menunggu beberapa travs yang akan membawa mereka ke puncak bukit yang dimaksud.     

"Para pengawalku akan berjaga di kaki bukit. Aku akan memberimu waktu sendirian bersama Haoran sebelum ia dimakamkan," kata Therius. "Setelah pemakaman, kita akan pulang ke kotaraja."     

Emma mengangguk. Ia berjanji kepada dirinya sendiri. Mulai hari ini, ia tidak akan menangis lagi, apa pun yang terjadi. Ia harus dapat menguatkan diri dan tidak membiarkan siapa pun membuatnya menderita lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.