Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Kebahagiaan Therius



Kebahagiaan Therius

0Pikiran Therius menjadi terlena saat ia membayangkan bahwa ia akan menghabiskan sisa hidupnya bersama Emma dalam pernikahan. Hal ini membuat kepalanya terasa sangat ringan. Ia bahkan mulai membayangkan memiliki anak-anak bersama wanita ini.     

Nanti setelah Emma siap menjadi ibu, mereka akan melahirkan dan membesarkan anak-anak yang rupawan dan tangguh. Anak laki-laki mereka akan menjadi calon penguasa Akkadia berikutnya, dan anak perempuan mereka akan menjadi putri yang paling dimanjakan di seluruh semesta. Kehidupan mereka akan sangat bahagia!     

Ciuman Therius menjadi semakin bersemangat saat ia memikirkan masa depan mereka bersama. Ia melumat bibir Emma dengan penuh semangat. Gerakan bibirnya yang tadi lembut menjadi bergairah dan lidahnya bergerak menembus celah bibir Emma dan membelit lidahnya.     

Ia menjelajah ruang mulut gadis itu dan mengisap bibir dan lidahnya bagaikan seorang musafir yang menemukan sumber mata air setelah sekian lama.     

Kali ini Emma tidak mendorong Therius menjauh seperti yang ia lakukan saat mereka berciuman di danau garam di Daneria. Emma membiarkan Therius melumat bibirnya dan menjelajahi mulutnya dengan lidahnya yang menari-nari lincah dan membelit serta mengisap bibir dan lidah Emma. Setelah beberapa saat, gadis itu bahkan membalas perbuatan Therius dan balik menciumnya.     

Secara insting tubuhnya merespons ciuman panas sang pria. Mereka berciuman panas selama beberapa menit, sama sekali melupakan sekeliling mereka. Hanya ketika bibir Therius mulai turun menciumi leher Emma dan tangannya bergerak masuk ke balik pakaian sang gadis, barulah Emma tergugah dan secara spontan mendorong Therius.     

"Uhm... sudah malam," kata Emma sambil mengatur napasnya yang barusan terengah-engah karena ciuman panas mereka. Ia membuang muka dan melangkah meninggalkan Therius. "Sudah waktunya tidur."     

Mereka memang berada tidak jauh dari kamar Emma dan kini gadis itu memutuskan untuk melarikan diri ke kamarnya, sebelum terjadi hal-hal yang lebih jauh dengan Therius. Ia dapat merasakan gairah pelan-pelan melingkupi mereka saat tadi keduanya berciuman.     

Kalau sampai mereka melanjutkan ciumannya di kamar tidur Emma, ia tidak yakin dirinya akan dapat bertahan dan tidak tidur dengan Therius.     

Selain itu, ia juga merasa bersalah kepada Haoran karena barusan mencium laki-laki lain. Emma hendak menenangkan diri dan merenungkan semua yang sudah terjadi.     

Therius buru-buru berjalan menjajari langkah Emma dan merangkul pinggangnya.     

"Biarkan aku mengantarmu," bisik pria itu. Suaranya terdengar serak dan suhu tubuhnya naik beberapa derajat. Emma berhenti dan menatap Therius lekat-lekat.     

"Aku sudah tiba. Kau tak perlu mengantarku," kata Emma.     

Ia tak mau membuka pintu kamarnya untuk pria itu. Ciuman mereka barusan terlalu panas. Kalau sampai mereka melakukannya lagi di kamar tidurnya, Emma tidak yakin ia dan Therius tidak akan tidur bersama.     

Bagaimanapun Emma sudah lama tidak merasakan sentuhan laki-laki secara seksual. Haoran telah hampir tujuh bulan terbaring koma dan sejak itu Emma selalu hidup sendirian.     

Emma adalah seorang wanita muda yang telah merasakan nikmatnya hubugan seksual. Ia memiliki kebutuhan jasmani yang selama ini selalu ia tekan di malam-malam sepi yang ia habiskan sendirian sambil menangisi Haoran.     

Selama ini ia selalu bertahan karena Emma masih berharap suatu hari nanti suaminya akan dapat bangun, walaupun jauh di lubuk hatinya ia tahu kemungkinan Haoran sembuh sangatlah kecil.     

Peristiwa malam ini seolah membuka mata Emma bahwa selama ini ia telah menyangkal kenyataan selama berbulan-bulan. Kini ia terpaksa harus menerima bahwa setelah Leon dieksekusi, ia tidak memiliki harapan lagi untuk melihat Haoran sembuh.     

"Biarkan aku memelukmu sekali lagi," pinta Therius.     

Akhirnya Emma mengalah. Ia mengangguk. Therius tersenyum kecil dan memeluknya erat sekali. Rasanya ia tidak mau melepaskan tubuh gadis ini dari pelukannya.     

"Selamat malam. Selamat tidur," kata Emma kemudian.     

Therius akhirnya melepaskan pelukannya dengan enggan dan mengangguk. "Selamat tidur."     

Emma berbalik dan masuk ke dalam kamarnya, lalu menutupkan pintu di belakangnya.     

Setelah ia tidak lagi dapat melihat Emma, Therius menghembuskan napas panjang. Ia lalu berbalik dan berjalan ke menara timur untuk mencari Xion.     

Ia akan menyampaikan kabar baik ini kepada sahabatnya! Emma telah bersedia menikah dengannya! Ini patut dirayakan!     

****     

Emma berbaring menatap langit-langit kamarnya yang demikian tinggi dan memikirkan apa yang terjadi malam ini. Mulai sekarang, hidupnya akan benar-benar berubah. Bukan saja ia akan tinggal di sebuah planet dan kerajaan baru, tetapi semua yang ia ketahui kini akan ia tinggalkan di belakang.     

Hari-hari ketika ia menjadi seorang gadis biasa yang kesepian di bumi dan ingin mencari keluarganya telah berlalu. Kini ia adalah seorang putri di Akkadia yang akan segera menikah dengan pangeran putra mahkota.     

Dan beberapa tahun ke depan, setelah Raja Cassius turun takhta atau meninggal, maka Therius akan menjadi raja, dan Emma menjadi ratu Akkadia. Sungguh, itu merupakan tanggung jawab yang sangat besar yang membebani pundaknya.     

Namun, semua pengorbanannya itu tidak akan sia-sia. Therius telah berjanji akan membebaskan semua koloni Akkadia setelah ia menjadi raja. Emma tahu hidupnya sudah berubah.     

Ah.. betapa ia sangat merindukan masa-masa ketika hidupnya terasa sangat sederhana dan ia masih memiliki Haoran bersamanya.     

Ketika pikirannya melayang ke Haoran yang sekarang sedang terbaring entah di rumah sakit mana, tanpa terasa air matanya mengalir deras tanpa dapat ia tahan lagi.     

Emma tak mengira setelah menangis berkali-kali hingga air matanya kering, ia masih memiliki air bening untuk ditumpahkan. Ternyata, ia salah.     

Akhirnya... saat itu yang ia takuti itu tiba juga. Perpisahaan yang selama ini berusaha ia tunda karena Emma masih menyangkal bahwa Haoran tidak dapat diselamatkan.. akan segera tiba.     

Ia harus merelakan Haoran dan membiarkannya pergi, agar suaminya itu dapat beristirahat dengan tenang. Emma sadar ia tidak boleh bersikap egois dan mempertahankan raga Haoran ketika jiwanya sebenarnya telah pergi, hanya karena Emma belum sanggup untuk mengucapkan selamat berpisah.     

Oh.. Tuhan, mengapa orang sebaik Haoran umurnya begitu pendek? tangis Emma tanpa henti.     

***     

Therius menemukan Xion sedang duduk di balkon kamarnya di menara sayap timur. Seperti biasa, pemuda itu senang menikmati wine sambil memandang angkasa malam.     

"Hei, bagaimana makan malamnya?" tanya Xion sambil mengangkat sebelah alis ketika melihat Therius berjalan mendekati balkonnya. Ia menyipitkan matanya saat menyadari Therius tampak gembira. "Sepertinya ada hal bagus yang terjadi..."     

Therius mengangguk. "Itu benar."     

Ia mengambil gelas dan menuangkan wine untuknya. "Tadi aku hanya minum sedikit."     

Xion menyodorkan gelasnya, meminta diisi kembali. Kapan lagi ia bisa membuat pangeran putra mahkota, calon raja Akkadia menuangkan wine untuknya, ha?     

Setelah gelas mereka terisi wine, keduanya saling beradu gelas dan kemudian minum.     

"Emma bersedia menikah denganku," kata Therius. Setelah meneguk winenya satu kali. Xion mengangkat sepasang alisnya dan untuk beberapa lama tampak tidak dapat berkata apa-apa. Therius melambaikan tangannya ke depan wajah Xion. "Hei.. kau kenapa? Apakah kau tidak akan memberiku selamat?"     

Barulah Xion tergugah. Ia mengangguk-angguk dan tersenyum jahil. "Selamat, ya... Akhirnya kau berhasil memperoleh keinginanmu. Jadi kapan pernikahannya?"     

"Aku belum tahu," Therius menjawab jujur. "Kapan pun Emma menginginkannya."     

"Oh... aneh sekali," gumam Xion. "Kau bilang akan menikah, tapi kau sendiri belum tahu kapan."     

"Terserah Emma," kata Therius sambil tersenyum. Ia menyesap wine-nya yang kali ini terasa begitu manis. "Aku bisa menikah besok kalau perlu."     

"Kau kedengarannya bersemangat sekali," cetus Xion. "Selamat. Aku ikut bahagia untuk kalian."     

Xion menaruh gelasnya di meja lalu memeluk Therius. Mereka telah bersahabat selama lebih dari sepuluh tahun, dan baginya, kebahagiaan Therius adalah kebahagiaannya.     

"Terima kasih, Xion," kata Therius dengan sungguh-sungguh. "Aku juga mau mengucapkan terima kasih kepadamu karena telah menyelamatkan kita semua di Daneria. Tanpamu, mungkin sepupuku Heron sudah berhasil menghabisiku dan mengambil takhta."     

Xion mengangkat bahu. "Uhm... ya, sebenarnya aku tidak seratus persen berjasa. Ternyata setelah aku menyuruhmu mengirim kapal messenger ke Akkadia untuk meminta bantuan Jenderal Moria, sudah ada orang yang menghubungi sang Jenderal untuk mengejar Heron."     

"Aku tahu," kata Therius. Ia menarik napas panjang. "Nenekku yang menjebak kita semua. Ia membocorkan rencanaku menjemput Emma ke Bima Sakti kepada Heron, dan setelah Heron berangkat hendak membunuhku, ia mengirim Jenderal Moria untuk mencegah aku dibunuh."     

"Lho.. kau tahu?" tanya Xion keheranan. "Nenekmu yang menjadi dalang semuanya?"     

"Ia ingin aku tetap hidup, tetapi tidak bersama Emma. Perintahnya kepada Heron adalah untuk menculik Emma dan membawanya ke Akkadia. Ia mengiming-imingi Heron untuk menjadi calon raja jika ia dapat menikah dengan Emma Stardust. Seharusnya Heron tidak berusaha membunuhku karena itu adalah kudeta. Tetapi kurasa ia terlalu serakah. Maka nenekku mengirim The Dragonite yang dipimpin Jenderal Moria untuk menyelamatkanku," Therius menjelaskan.     

"Kau tahu dari mana?" tanya Xion keheranan. "Bahwa nenekmu yang menjadi dalangnya?"     

"Aku tidak tahu nenekku yang menjadi dalangnya, tetapi saat aku menginterogasi Heron di penjara kapal The Dragonite, aku mendapatkan semua informasinya. Aku hanya belum mendapatkan keterangan siapa sebenarnya yang menjadi dalang itu semua... Baru tadi malam, saat aku bertemu Nenekku, Ratu Ygrit di acara makan malam, aku mendapatkan kesimpulan itu."     

Xion benar-benar tambah benci kepada politisi dan orang-orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan.     

"Lalu... kau pikir, nenekmu juga yang menyebabkan Jenderal Stardust dieksekusi?" tanya Xion penuh rasa ingin tahu.     

Therius mengangguk lemah. "Dendam nenekku kepada orang tua Emma sangat dalam dan berakar. Ia masih saja menyalahkan mereka atas kematian Paman Darius."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.