Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Marlowe Dan Space Master



Marlowe Dan Space Master

0Dasar orang aneh dan judes, omel Emma dalam hati. Akhirnya, gadis itu hanya bisa memijat kepalanya dan menggeleng. "Terserah Bapak. Aku tidak akan bertanya lagi."     

Akhirnya Marlowe yang mengalah dan menjawab pertanyaan Emma sambil membalut luka Lyra dan kemudian menepuk hewan itu lembut dan menyuruhnya tidur.     

"Mereka semua hewan peliharaanku," jawab Marlowe. "Aku membawa mereka ke sini dari Taeshi."     

"Oh.. pasti jauh sekali," kata Emma. Ia tahu Taeshi terletak di ujung satu lagi kerajaan Akkadia. Sekolah mereka ini berdekatan dengan Terren. Jadi dari sini ke Taeshi bisa jadi membutuhkan waktu hingga lebih dari satu minggu dengan kereta.     

"Oh.. aku kemari dengan bantuan seorang Space Master," kata Marlowe ringan. Seolah hal itu adalah hal gampang saja baginya.     

Space Master?? Emma sudah mendengar tentang orang ini beberapa kali, tetapi ia belum pernah bertemu dengannya.     

"Apakah kau benar-benar bertemu dengan seorang Space Master?" tanya Emma keheranan.     

Marlowe mengangkat bahu acuh tak acuh, seolah berteman dengan seorang Space Master adalah hal yang biasa.     

"Kenapa kau terlihat heran? Itu bukan hal yang aneh, kan?" tanya pria itu. "Aku kenal Space Master sudah lama, dan dia berutang budi kepadaku. Aku bisa meminta bantuannya kapan saja."     

"Bukan hal yang aneh katamu?" cetus Emma. "Aku tidak kenal satu pun orang yang mengenal Space Master."     

Therius adalah raja Akkadia, dan sebelum menjadi raja, ia adalah putra mahkota selama lebih dari sepuluh tahun. Namun, bahkan ia saja tidak dapat meminta bantuan seorang Space Master seenaknya seperti Marlowe ini.     

Enak sekali, pikir Emma. Seorang Space Master dapat melipat ruang dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan mudah. Mereka adalah pengendali ruang dan sangat powerful.     

Kalau ia adalah seorang space Master, Emma bisa tetap tinggal di istana. Begitu ia masuk ke kamar asramanya, ia akan pulang ke istana di kotaraja dan tidur di sana bersama suaminya. Nanti di pagi hari, ia akan kembali ke akademi dan bersikap seolah-olah ia selalu ada di asrama.     

"Space Master membantuku membawa semua hewan-hewan peliharaanku," kata Marlowe santai. "Aku tidak akan pergi tanpa mereka."     

"Ahh.. beruntung sekalil. Sungguh menyenangkan bisa mendapatkan bantuan Space Master kapan saja," kata Emma yang merasa sedikit iri.     

"Aku menyelamatkan nyawanya. Sudah sepantasnya dia berutang budi kepadaku seumur hidup," kata Marlowe acuh sambil mengangkat bahu.     

Rasanya Emma juga berharap ia dapat menyelematkan Space Master.     

Emma benar. Marlowe memperlakukan hewan-hewan peliharaannya seperti anaknya sendiri. Memikirkan itu membuat seulas senyum terukir di wajah Emma. Ia memutuskan bahwa ia menyukai pria itu.     

Walaupun sikapnya sering judes, tetapi sebenarnya Marlowe ini baik, pikir Emma.     

Mereka lalu diam, tidak berkata apa-apa lagi. Setelah menghabiskan teh di cangkir masing-masing. Akhirnya Emma bangkit berdiri. Sekarang sudah lewat tengah malam. Sebaiknya ia memberi tahu Marlowe bahwa ia benar-benar tidak bisa berada di kliniknya lebih lama lagi.     

"Aku harus pulang ke asrama sekarang," kata Emma dengan suara tegas. Ia menatap Marlowe lekat-lekat. Pria itu mengangguk. Ia membereskan cangkir teh mereka lalu berjalan ke arah pintu.     

"Ayo kuantar," katanya santai.     

Dengan kedua tangan di dalam saku, ia lalu berjalan menelusuri jalan setapak, menjauh dari pondoknya. Emma berjalan mengikutinya.     

"Kau tinggal di mana?" tanya Emma berbasa-basi sambil menjajari langkah Marlowe. Pria itu tidak menoleh. Ia hanya mengangkat tangannya dan menunjuk ke belakang.     

"Oh.. kau tinggal di situ?" tanya Emma keheranan. "Kupikir itu klinik."     

Marlowe menoleh ke arahnya sambil cemberut.     

"Kau ini banyak bicara ya?" tanyanya ketus.     

Emma menjadi terdiam. Ia sadar Marlowe benar. Selama ini ia adalah gadis yang tertutup dan pendiam. Ia tidak pernah tertarik dengan orang lain, apalagi menjadi banyak bicara.     

Namun, untuk pertama kalinya ia menemukan orang yang mampu membuatnya penasaran, sehingga ia menjadi banyal bertanya.     

Marlowe yang menyebalkan ini ternyata memiliki banyak rahasia dan keunikan. Ia seorang Beast Master yang baru-baru ini juga menguasai herbomancy. Dan ia juga bersahabat dengan Space Master? Sungguh unik!     

"Aku akan diam," kata Emma akhirnya.     

Mereka melanjutkan perjalanan tanpa berkata apa-apa lagi. Emma memperhatikan bahwa Marlowe memiliki sikap yang acuh tak acuh, mengingatkannya akan Xion. Namun, langkah Marlowe lebih halus dan hampir tidak menimbulkan suara. Seperti langkah pencuri.     

"Kita sudah tiba," kata Marlowe saat mereka berhenti di depan gedung asrama. "Sebaiknya kau segera masuk dan jangan berkeliaran malam-malam lagi. Di luar sini tidak aman."     

"Terima kasih kau sudah mengantarku," kata Emma. Ia membungkuk sedikit lalu berjalan masuk ke dalam asramanya.     

Marlowe berdiri tegak di tempatnya sampai Emma menghilang di balik pintu. Setelah beberapa saat mendengarkan sekelilingnya dan memastikan tidak ada yang mencurigakan, barulah pria itu berjalan pulang kembali ke pondoknya.     

***     

Keesokan paginya Emma bangun saat burung-burung mulai berkicauan dari balik jendelanya. Ia meregangkan tubuhnya dan membuka ponselnya. Di situ ada pesan selamat pagi dari Therius.     

Ahh.. membaca pesan itu membuat Emma tersenyum. Ia mulai merasakan kehilangan suaminya setelah mereka tinggal berpisah. Kini, bahkan pesan saja dari Therius bisa menjadi sangat berarti baginya.     

Emma tidak tahu apakah artinya ini semua. Apakah ini tandanya ia sudah mulai mencintai Therius? Ataukah ini hanya perasaan normal karena berpisah dengan orang yang selama ini selalu menghabiskan waktu bersama dengannya?     

Ia masih tidak tahu jawabannya. Ahh.. mungkin seiring dengan waktu, ia akan tahu.     

Emma membalas pesan dari Therius dengan ucapan selamat pagi dan menanyakan jadwal Therius. Setelah mengirim pesan itu, ia lalu beranjak ke kamar mandi dan membersihkan diri kemudian berganti pakaian bersih.     

Ia memutuskan untuk langsung ke ruang makan dan sarapan, lalu masuk ke aula untuk menghadiri induksi siswa baru yang diadakan dewan siswa.     

Emma keherana ketika ia melangkahkan kaki ke dalam ruang makan, satu persatu siswa perempuan yang ada di sana terlihat mengangkat wajah dan menatapnya dengan pandangan bermusuhan.     

Ada apa ini? pikirnya keheranan.     

Ia lalu memutuskan membaca pikiran salah seorang siswa di situ untuk mengetahui apa yang terjadi.     

'Dasar gadis tidak tahu malu. Berani-beraninya menggoda guru seperti Pak Marlowe.'     

Emma mengerutkan keningnya keheranan.     

Ia menggoda Marlowe? Kapan?     

"Lee! Kau tadi malam pergi berduaan dengan Pak Marlowe?" tanya Ulla yang berjalan membawa baki berisi makanan dari dapur dan segera menghampirinya. Gadis berambut biru itu tampak menggeleng-geleng melihat Emma. "Semua orang membicarakanmu pagi ini."     

"Apa?" Emma memijat keningnya. Ia sekarang mengerti apa yang terjadi.     

Seseorang pasti telah memergokinya diantar pulang ke asrama oleh Marlowe, atau malah melihatnya masuk ke pondok Marlowe, dan segera menyebarkan gosip di sekolah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.