Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Marlowe Dan Hewan-Hewan Peliharaannya



Marlowe Dan Hewan-Hewan Peliharaannya

0Marlowe menoleh keheranan ke arah Emma. "Bukankah kau bilang kau ini dari Taeshi? Masa kau tidak tahu Uwauwa?"     

"Uwauwa?" Emma mengerjap-kerjapkan matanya mendengar pertanyaan Marlowe itu. Ugh... ia hampir ketahuan kalau ia tidak benar-benar berasal dari Taeshi.     

Apakah Uwauwa ini merupakan binatang khas dari kerajaan itu?     

Emma menelan ludah. Ia tidak tahu harus berbohong apa lagi kepada Marlowe. Akhirnya ia menggeleng. "Aku sungguh belum pernah melihatnya secara langsung. Hewan ini lucu sekali ya?"     

Uwauwa itu menggoyang-goyangkan ekornya, terlihat seperti anjing yang sangat bahagia karena tuannya sudah pulang. Ketika ia menggosok-gosokkan kepalanya ke kaki Marlowe, barulah Emma dapat melihat sepasang mata menyembul dari balik bulunya yang panjang.     

Astaga... bola bulu ini lucu sekali, pikir Emma.     

"Siapa namanya?" tanya gadis itu mengalihkan pembicaraan. "Dia lucu sekali! Persis seperti bola bulu..."     

Ia mengulurkan tangannya dan membelai kepala Uwauwa itu dan merasa sangat senang karena bulunya luar biasa halus. Melihat sikap Emma yang tampak sangat sayang kepada hewan peliharaannya, Marlowe kembali menjadi lunak.     

Ia tidak lagi mendesak Emma tentang mengapa ia tidak mengetahui Uwauwa walaupun ia berasal dari Taeshi. Pemuda itu berjongkok dan mengelus kepala hewan berbulu panjang lebat itu dan menarik rambutnya ke samping, sehingga Emma dapat melihat sebentuk wajah lucu di baliknya.     

"Namanya Lulu," kata Marlowe. "Lulu, ayo beri salam kepada tamu kita."     

Dari balik bola bulu itu teracung sebuah kaki berbulu, seolah mengajak Emma bersalaman. Gadis itu tercengang. Secara spontan ia menyentuh tangan Lulu dan memuji kepandaian hewan itu. "Wahh.. kau pintar sekali. Namaku Lee, apa kabar Lulu?"     

Marlowe terdengar mendeham dan kemudian menggeleng-geleng ke arah Lulu yang wajahnya kembali ditutupi bulu panjang.     

Emma mengangkat wajahnya dan bangkit berdiri.     

"Lulu bilang apa barusan?" tanya gadis itu penasaran. Marlowe menolak menjawab dan kembali memusatkan perhatiannya pada Lyra yang barusan ia letakkan di atas salah satu tempat tidur.     

"Kau akan baik-baik saja," kata Marlowe dengan lembut kepada anjing besar yang gemuk itu. "Aku akan merawatmu dan memastikan siapa saja yang melukaimu akan mendapatkan balasannya."     

Ia mengambil mangkuk berisi obat-obatan dan air lalu merawat luka Lyra dengan penuh perhatian. Sementara itu Emma yang berdiri di sampingnya merasa sudah tidak ada yang dapat ia bantu. Ia lalu memutuskan untuk minta diri dan pulang ke asramanya.     

Waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam. Sebaiknya ia memaksakan diri untuk tidur dan beristirahat. Besok ada acara perkenalan lingkungan sekolah bersama para anggota dewan murid.     

"Pak.. eh, Marlowe. Kurasa aku harus pulang ke asrama sekarang. Kuharap Lyra akan segera sembuh dan kau akan dapat segera menemukan pelakunya," kata Emma. Ia bersiap untuk melangkah ke pintu, tetapi suara Marlowe menghentikan langkahnya.     

"Bisa tolong rebus air?" tanya pria itu dengan suaranya yang dalam.     

Emma menoleh keheranan. Ia tidak mengira Marlowe akan menyuruh-nyuruhnya di klinik ini. Namun, karena Marlowe adalah guru di akademi ini, ia merasa tidak enak menolak. Akhirnya, gadis itu mengangguk dan berbalik dari arah pintu.     

"Di mana dapurnya?"     

"Di belakang lemari itu ada konter berisi peralatan memasak," kata Marlowe sambil membersihkan luka di tengkuk Lyra. Hewan itu tampak kesakitan, sehingga Marlowe mengusap-usap punggungnya dengan penuh kasih sayang. "Ssshhh.. kau akan segera sembuh. Kau akan segera sembuh..."     

Cara Marlowe mengusap-usap punggung Lyra dan menghiburnya, mengingatkan Emma akan seorang ayah yang sangat menyayangi anaknya.     

Ahh.. entah kenapa, setitik air bening perlahan meluncur turun ke pipinya. Tanpa ia sadari, Emma kembali teringat masa-belasan tahun yang lalu, sudah lama sekali, ketika Kaoshin menggendongnya setelah terjatuh ke tanah dari pohon apel akibat kehilangan keseimbangan.     

Marlowe yang beranjak dan berjalan menuju ke lemari hendak mengambil sesuatu, tertegun melihat Emma berdiri terpaku dan menitikkan air mata. Raut wajah judes pria itu berubah menjadi lembut.     

"Kau... tidak apa-apa?" tanyanya keheranan.     

Emma menggeleng dan mengerjap-kerjapkan matanya. Ia lalu berjalan ke arah konter dapur yang tadi ditunjuk oleh Marlowe dan menyiapkan api untuk merebus air. Pemuda itu memperhatikan Emma agak lama, sebelum kemudian kembali kepada Lyra.     

Emma hanya berdiri di konter, menunggui air selesai direbus sambil memperhatikan sekelilingnya. Ia melihat pondok ini tampak sederhana tetapi bersih. Malah, bisa dibilang sangat nyaman.     

Ia menjadi bertanya-tanya apakah ini memang betul-betul klinik untuk hewan yang sakit dan terluka, ataukah ini merupakan tempat tinggal Marlowe?     

"Kalau airnya sudah mendidih, tehnya ada di rak bumbu di sebelah kanan," kata Marlowe tiba-tiba, menggugah Emma dari lamunannya.     

"Eh...? Teh, katamu?" Emma mengulang kata-katanya hendak memastikan ia tidak salah dengar. Tadinya ia mengira Marlowe menyuruhnya memasak air untuk mengobati luka Lyra atau membasuhnya...     

Ternyata, untuk membuat teh?     

"Kau mau teh?" tanya Emma dengan nada sedikit sewot. Ia merasa dimanfaatkan. Sesudah tadi Marlowe menyuruhnya untuk membawakan Alex Chu ke sini, sekarang ia disuruh membuat teh?     

"Kau tidak mau?" Marlowe balik bertanya.     

Emma menatap pria itu keheranan. Untuk apa mereka minum teh berdua di tengah malam begini?     

"Aku harus pulang ke asrama. Ini sudah tengah malam," kata gadis itu.     

"Aku akan mengantarmu ke asrama," kata Marlowe tegas. "Tetapi aku hanya bisa mengantarmu sesudah aku selesai mengurusi Lyra. Jadi, sementara menunggu, kau bisa duduk dan minum teh dulu."     

"Aku tidak perlu diantar. Aku tahu jalan pulang," kata Emma.     

"Berbahaya kalau kau pergi sendirian," kata Marlowe. Kali ini suaranya terdengar tidak sabar. "Kau pikir aku akan membiarkan seorang murid berkeliaran sendirian di tengah malam begini di saat ada orang berbahaya yang meneror hewan-hewan di kawasan akademi?"     

"Aku bukan orang lemah. Aku dapat melindungi diriku sendiri," kata Emma.     

Ia adalah seorang multiple-element mage yang memiliki berbagai kekuatan offensive. Walaupun ia masih berada di Lvl-3, tetapi ia sudah banyak berlatih dan dapat menghadapi penjahat.     

"Kau ini seorang herbomancer Level rendah," kata Marlowe, namun tidak dengan nada merendahkan. "Sebaiknya jangan mengambil risiko. Kalau kau tidak segera membuat tehnya, airnya akan menjadi dingin."     

Akhirnya Emma menurut dan membuat teh di poci untuk mereka berdua. Ia tidak akan bertengkar dengan Marlowe hanya karena laki-laki itu ingin melindunginya dan memastikan ia pulang ke asrama dengan aman.     

Ia lalu membawa poci teh dan dua buah cangkir di sebuah nampan dan duduk di kursi di dekat Marlowe yang sudah selesai mengobati Lyra dan kini sedang menjahit lukanya dengan hati-hati.     

Ahh.. Marlowe terlihat seperti dokter hewan yang simpatik, atau ayah yang sangat menyayangi anaknya. Emma terkesan karena Marlowe memang terlihat benar-benar memperhatikan dan sayang kepada hewan-hewan itu.     

Sambil menunggui Marlowe selesai menjahit luka Lyra yang meringis kesakitan, Emma memperhatikan sekelilingnya. Pondok ini kecil, namun bersih dan nyaman. Di sana ada beberapa tempat tidur hewan dan ia melihat beberapa hewan berukuran sedang yang tidur dengan nyaman.     

Di atas lemari tampak beberapa burung yang sedang tidur. Sebagian tidur dengan menggantu terbalik dari langit-langit seperti kelelawar.     

Alex Chu sudah menyamankan diri dengan berbaring di kandangnya yang berbentuk seperti rumah kecil. Lalu ada Lulu yang masih setia di ujung kaki Marlowe, memperhatikan setiap gerak tuannya.     

Hal ini membuat Emma bertanya-tanya, apakah Marlowe membawa semua hewan peliharaannya kemari, atau ia baru memelihara mereka setelah ia pindah ke akademi. Karena setahunya pria itu baru mulai mengajar tahun ini.     

"Apakah mereka semua ini peliharaanmu?" tanya Emma kepada Marlowe yang sedang berkonsentrasi menjahit luka Lyra. Gadis itu buru-buru menambahkan. "Tidak usah dijawab kalau kau sibuk."     

Marlowe memutar matanya dan menukas, "Kau sudah lihat aku sibuk, tetapi masih bertanya. Sekarang kau menyuruhku untuk tidak menjawab jika aku sedang sibuk. Sebaiknya kau mengambil keputusan, apa yang sebenarnya kau inginkan."     

Emma hanya bisa memijat keningnya mendengar kata-kata judes Marlowe. Astaga.. ia kan hanya berniat untuk mencari bahan pembicaraan. Rasanya tidak enak berdua di satu ruangan seperti ini, tetapi yang ada hanya keheningan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.