Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Hutan Larangan (1)



Hutan Larangan (1)

0"Sekarang belum bisa, Sayang," kata Therius dengan serius. "Pemerintahanku masih baru. Masih ada banyak hal yang harus aku bangun agar semuanya dapat berjalan sesuai dengan keinginanku. Beberapa tahun lagi, kalau semua orang sudah terbiasa dengan kepemimpinanku, aku bisa meninggalkan semuanya untuk waktu yang lama."     

Sang raja lalu menambahkan. "Aku akan mendelegasikan pemerintahan dan segala sesuatunya kepada menteri-menteri dan bawahanku. Kalau aaat itu tiba, aku ingin mengajakmu bepergian. Kita bisa berkeliling Akkadia. Atau mungkin, kita bisa kembali ke Daneria ataupun menjelajahi planet lain. Bagaimana pendapatmu?"     

Emma mengangguk senang. Memang itu juga yang ia inginkan. Emma membayangkan bahwa tiga tahun lagi, setelah ia lulus dari pendidikannya di Akademi, ia akan dapat menjelajah dunia bersama Therius.     

Ia sekaligus dapat menggunakan kekuatannya dan hal-hal yang ia pelajari selama di akademi. Ahh.. pasti akan sangat menyenangkan.     

Oh, ya... Therius juga pernah menyinggung tentang anak. Tiga tahun lagi, rasanya Emma akan siap untuk memiliki anak bersama suaminya....     

Pemikiran itu membuat pipinya bersemu merah. Ia mulai dapat membayangkan membangun keluarga bersama Therius dan melahirkan anak-anaknya.     

"Aku menyukainya." Hanya itu yang dapat Emma ucapkan. Ia menyukai rencana-rencana Therius.     

"Aku senang mendengarnya," kata Therius sambil tersenyum. Ia lalu bangkit dan melambai ke arah Emma. "Selamat tidur."     

"Jangan terlalu lama terjaga untuk bekerja," kata Emma lagi. "Selamat malam."     

Ia lalu memutuskan hubungan. Setelah Therius menghilang, Emma memutuskan untuk tidur. Tidak terlalu mudah baginya untuk memejamkan mata dan berharap tidur segera menghampirinya. Bagaimanapun, kini ia ada di tempat yang baru dan ia masih harus menyesuaikan diri.     

Setelah berbaring selama setengah jam dan tidak juga mengantuk, akhirnya Emma kembali bangun dan memutuskan untuk berjalan-jalan keluar mencari udara segar.     

Tidak ada aturan jam malam di akademi sehingga ia merasa bebas untuk berjalan keluar.     

Suhu di luar terasa cukup dingin. Untuk menghangatkan diri, Emma mengelilingi dirinya dengan udara panas. Hanya sedikit, cukup untuk membuat dirinya hangat namun tidak menarik perhatian seandainya ia tidak sengaja bertemu dengan orang lain.     

Tidak ada siapa-siapa di luar gedung asrama. Sepertinya semua orang sedang ada di kamar masing-masing dan siap untuk beristirahat.     

Emma berjalan menyusuri jalan setapak yang tampak berwarna kemerahan karena sinar bulan Merah Akkadia. Ia belum sempat mempelajari denah akademi sehingga ia tidak tahu jalan itu mengarah kemana.     

Karena penasaran, Emma memutuskan untuk menelusurinya dan mencari tahu. Tanpa terasa ia sudah berjalan selama setengah jam ketika Emma menyadari bahwa jalan itu hanya menuju ke dalam hutan.     

"Oh.. ternyata ini jalan menuju ke hutan," gumamnya.     

Emma melihat ke langit dan menyadari bahwa kini sudah hampir tengah malam. Ia memutuskan bahwa sebaiknya ia pulang ke asrama dan beristirahat karena tidak ada gunanya meneruskan perjalanan.     

"Heiii! Kau sedang apa di hutan malam-malam?"     

Tiba-tiba terdengar teguran dari arah belakang Emma. Gadis itu segera menoleh dan menemukan Marlowe yang sedang berjalan sambil menggendong seekor hewan yang berukuran sebesar anjing mastiff dengan enteng. Wajahnya tampak berkerut tidak suka.     

"Pak Marlowe," Emma menunduk sedikit, memberi hormat kepada Marlowe. "Aku hanya penasaran ingin tahu jalan ini menuju kemana, jadi aku menelusurinya. Sekarang aku sudah tahu jalan ini menuju ke hutan, aku akan kembali."     

Marlowe menyipitkan matanya ke arah Emma seolah berusaha membaca pikiran gadis itu untuk mengetahui apakah ia benar-benar mengatakan hal yang sebenarnya ataukah gadis itu hanya berpura-pura.     

Untuk sesaat Emma menjadi takut jika Marlowe juga merupakan seorang telemancer yang dapat membaca pikiran.     

Marlowe ini bukan seorang telemancer, kan? pikirnya cemas.     

"Aku tidak berbohong," kata Emma.     

"Hmm.. aku tahu," kata Marlowe acuh tak acuh.     

"Eh..?" Emma keheranan mendengarnya. "Bapak tahu dari mana aku tidak berbohong? Apakah Bapak seorang telemancer?"     

Marlo mengerutkan keningnya saat ditanya Emma seperti itu. "Kenapa kau bisa mengira aku adalah seorang telemancer? Lagipula kau pikir kalau aku benar-benar seorang telemancer aku akan mengaku?"     

Emma tertegun mendengar mendengar kata-kata Marlowe yang terdengar judes.     

Memang benar kata Therius, pikirnya. Lelaki ini tidak cocok bergaul dengan manusia. Ia terlalu dingin. Bahkan Therius yang dingin dan pendiam, tidak sekasar itu kepada manusia lain.     

Sikap Marlowe terhadap binatang jauh lebih manis daripada sikapnya terhadap orang. Pantas saja dia lebih suka binatang daripada manusia.     

"Bukan begitu Pak. Aku tadi hanya menebak saja," kata Emma berusaha menahan diri untuk tidak memutar matanya karena kuatir Marlowe menganggapnya tidak sopan.     

Marlowe memijat keningnya saat mendengar Emma memanggilnya 'Bapak'.     

"Kau ini kekasih Therius, kan? Dia itu seumur denganku. Kalau kau memanggilku 'Bapak', aku menjadi merasa sangat tua. Kau cukup panggil namaku saja."     

Emma segera menggeleng. "Mohon maaf, Pak. Aku hanya menjaga sopan santun."     

Sebenarnya saat itu Emma dapat menduga bahwa Marlowe tidak peduli dengan sopan santun. Hewan mana yang punya sopan santun? Iya, kan?     

"Kau tidak perlu basa-basi denganku. Kalau di dalam kelas kau boleh memanggilku Bapak. Tapi di luar kelas, kau cukup panggil aku Marlowe," tukas Marlowe sambil melambaikan tangannya dengan sikap tidak sabar.     

"Uhm.. baiklah, Pak.. eh, Marlowe," kata Emma akhirnya.     

Laki-laki aneh, pikir Emma dalam hati.     

"Apakah tadi kau ada melihat orang mencurigakan di hutan?" tanya Marlowe kemudian.     

Emma menggeleng. "Aku baru tiba di sini dan tidak sampai masuk ke hutan. Memangnya kau mencari siapa?"     

Marlowe menghela napas panjang. "Kau buru-buru pergi ke asrama atau kau bisa membantuku sebentar?"     

"Aku tidak buru-buru," kata Emma. Ia belum mengantuk dan ia juga tertarik ingin mengetahui apa yang dibutuhkan oleh Marlowe.     

"Bagus. Bisakah kau menunggu di sini, menemani Lyra? Ia terluka oleh orang misterius dan aku sedang mencari pelakunya."     

Emma baru melihat bahwa tengkuk hewan besar yang ada dalam gendongan Marlowe itu ternyata berdarah. Astaga... Siapa gerangan orang yang melakukannya?     

Hewan yang dipanggil Lyra oleh Marlowe adalah hewan seperti anjing yang berukuran sangat besar. Bedanya adalah anjing ini memiliki telinga panjang seperti kelinci.     

Mengingat ukuran hewan ini yang sangat besar, tentu yang melukainya bukanlah orang biasa, karena Lyra sebenarnya dapat mempertahankan diri dengan baik dari serangan manusia biasa.     

Apakah ada mage yang sengaja melukainya? Apakah orang itu murid sekolah ini?     

"Tentu saja, biar aku yang menjaganya," kata Emma. Ia mengulurkan tangannya dan menerima hewan itu dari tangan Marlowe. "Ugh... berat sekali.."     

Emma hampir terjatuh ke tanah menahan bobot Lyra. Ia terkejut karena tadi Marlowe menggendongnya seperti seekor kecil yang sangat ringan saja. Ia bahkan hanya menggunakan tangan kirinya.     

"Hewan ini beratnya dua kali lipat tubuhmu," komentar Marlowe pedas. "Kenapa kau pikir kau bisa menggendongnya?"     

Ish... Aku kan hanya ingin menolong, pikir Emma sebal.     

Namun demikian, ia tidak berkata apa-apa. Ia menurunkan Lyra ke tanah perlahan-lahan dengan bantuan Marlowe.     

Gila! Laki-laki ini pasti tenaga fisiknya kuat sekali, pikir Emma sambil memandang Marlowe yang berdiri tegap setelah menaruh Lyra di tanah.     

Marlowe membuat Lyra yang beratnya seratus kilogram itu seperti kelinci kecil imut berbulu tebal. Ia tadi menggendongnya dengan satu tangan kiri saja, seolah tidak merasakan berat apa-apa.     

"Kau tunggu di sini, aku akan mencari pelakunya," kata Marlowe.     

Tanpa menunggu jawaban, pria itu langsung melompat dan berlari masuk ke dalam hutan. Emma hanya bisa duduk menunggui Lyra sementara Marlowe pergi menghilang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.