Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Marlowe (2)



Marlowe (2)

0"Sejak dua tahun lalu, kawasan ini tidak boleh dimasuki umum karena kami mulai menaruh beberapa naga di hutan seberang sana. Kami tidak mau mengambil risiko manusia biasa menjadi mangsa naga-naga ini."     

Emma menelan ludah. Di hutan seberang danau sana ada naga?     

"Sejak kapan kalian menaruh naga di hutan Foxville?" tanya Therius keheranan.     

"Sejak tim peneliti membawa spesies naga baru dari planet Daneria," jawab Marlowe. "Sudah dua tahun lamanya daerah ini menjadi daerah terlarang untuk umum."     

"Kurasa, ini perbuatanmu?" tanya Therius lagi. Marlowe tidak menjawab, namun karena Therius sangat mengenalnya, ia mengambil kesimpulan memang Marlowe yang bertanggung jawab atas naga-naga di hutan dekat kampus Mage Academy. Ia mengangguk ke arah pria di depannya itu. "Kau tidak berubah."     

Marlowe hanya mengangkat bahu. "Aku senang menjadi orang yang konsisten."     

Emma berusaha menduga-duga dari nada bicara kedua orang ini, apakah mereka dulu berteman di sekolah atau bermusuhan, tetapi ia tak dapat menebak. Kedua pria itu sama-sama memiliki gaya bicara datar dan tidak ekspresif. Ia tak dapat menemukan nada bermusuhan atau bersahabat.     

Ia menatap Marlowe dan memperhatikan pria itu baik-baik. Pria ini jelas seumur dengan Therius. Penampilannya serampangan, mirip dengan Xion. Wajahnya tampan dengan sepasang mata berwarna cokelat sangat muda, hampir seperti berwarna emas.     

Rambutnya pendek berwarna hitam tampak acak-acakan karena tadi diterpa angin saat menunggangi naganya. Ia memegang sebuah tongkat berlilit kulit di tangan kanannya. Tubuhnya tinggi besar dan tampak terbiasa dengan kehidupan keras.     

Emma dapat melihat goresan bekas luka memanjang di bagian dada Marlowe dari kemejanya yang sedikit terbuka. Apakah itu bekas luka perkelahian... atau dicakar salah satu naganya?     

"Karena mengingat kau teman sekolahku, aku tidak akan melaporkan kalian ke para ranger hutan. Sebaiknya kalian segera pergi dari sini," kata Marlowe.     

Therius harus menahan tawa dalam hati saat mendengar Marlowe akan melaporkannya karena melanggar batas hutan. Bukankah dirinya adalah Raja Licht Wolfland, penguasa kerajaan Akkadia, yang hampir seperti penguasa seisi planet mereka?     

Tidak ada kawasan di seluruh planet ini yang tak dapat ia masuki.     

Namun demikian, karena ia masih tak ingin membongkar identitasnya, Therius hanya mengangguk.     

"Baiklah. Kami akan pergi setelah matahari terbenam."     

Marlowe mengerutkan keningnya. Ia baru melihat Therius menggenggam tangan Emma. Saat itulah ia kemudian merasa bahwa dugaannya salah. Rasanya tidak mungkin gadis ini adalah adik Therius. Seorang laki-laki tidak akan menggenggam tangan adik perempuannya seperti itu.     

Ia menoleh ke arah Emma lalu menatap gadis itu dan Therius bergantian. "Ini siapa?"     

"Namaku Lee Wolfland," jawab Emma. "Aku kekasih Therius. Ia ingin menunjukkan tempat indah ini kepadaku. Kami tidak tahu kawasan ini sudah ditutup untuk umum. Kalau memang sudah tidak boleh ke sini, seharusnya di halte no. 51 ada pemberitahuannya."     

Therius mengeratkan pegangannya pada tangan Emma dan dadanya tanpa sadar menjadi sedikit membusung. Ia merasa senang karena Emma menyebut diri sebagai kekasihnya, membuat Marlowe tahu bahwa ia bukan gadis single yang dapat didekati.     

Sebelum Emma mendaftar masuk ke akademi, ia dan Therius telah sepakat memilih nama baru untuknya. Emma sengaja menggunakan nama Lee dari nama belakang Haoran yang ingin ia pertahankan. Sementara nama Wolfland diambil dari nama keluarga Therius.     

Walaupun Raja Akkadia sekarang memiliki nama keluarga yang sama, mereka yakin tidak akan ada yang mengira bahwa siswa baru itu memiliki hubungan dengannya karena nama Wolfland tidak hanya dimiliki keluarga Therius.     

"Pemberitahuannya ada di dekat Halte 51," dengus Marlowe. "Kurasa kalian terbang ke sini, sehingga tidak melihat pengumumannya. Lima puluh meter dari halte juga sudah dipasang pagar berduri untuk mencegah orang masuk."     

"Oh..." Emma menoleh ke arah Therius. Rupanya Marlowe benar. Karena ingin cepat sampai ke danau, Therius mengajak Emma terbang sehingga mereka tidak melihat ada pemberitahuan di bawah mereka.     

"Kami minta maaf," kata Emma. Ia lalu mengerutkan keningnya. "Apakah kau salah seorang ranger hutan?"     

Ia masih belum tahu apakah lelaki di depannya ini memang berhak melarang mereka masuk ke sini, atau ia hanya orang yang kebetulan lewat dan ingin sok menegur mereka.     

"Dia bukan ranger," kata Therius kepada Emma. "Dia seorang Beast Master (Pengendali Hewan)."     

"Oh... aku tidak tahu itu adalah sebuah pekerjaan," kata Emma. Ia menatap Marlowe lagi dan kemudian pada kedua naga peliharaannya yang tampak sangat patuh berdiri di sampingnya, kiri dan kanan.     

Pemuda di depannya itu terlihat keren sekali. Emma dapat membayangkan pasti gadis-gadis akan heboh membicarakannya kalau melihatnya seperti ini. Seorang lelaki tampan yang diiringi dua ekor naga besar menyeramkan...     

"Herbomancer memiliki kemampuan mengendalikan tumbuhan, Beast Master dapat mengendalikan hewan," kata Therius menjelaskan. "Sejak dulu Marlowe terkenal lebih menyukai hewan daripada manusia."     

"Hewan tidak bisa berdusta dan berpura-pura," kata Marlowe menambahkan. Ia sama sekali tidak tampak tersinggung disebut lebih menyukai hewan daripada manusia.     

Sikap Marlowe yang acuh tak acuh ini membuat Emma merasa bahwa pemuda itu memang cocok bergaul dengan hewan.     

"Aku belum pernah bertemu dengan Beast Master sebelumnya," kata Emma. "Aku belajar hal baru hari ini."     

"Kalian sedang apa di sini, sih?" tanya Marlowe kepada Therius. "Bukankah kau anak kota? Setahuku keluargamu tinggal di ibukota. Tempat ini sangat jauh dari Winstad. Kurasa kalian tidak pergi jauh-jauh ke sini hanya untuk pacaran, kan?"     

"Lee akan masuk ke akademi tahun ini. Aku ke sini mengantarnya," jawab Therius singkat.     

"Oh..." Marlowe mengangguk-angguk dan memperhatikan Emma lagi. "Kau akan bertemu denganku lagi kalau begitu."     

"Kenapa? Kau sekolah lagi?" tanya Emma keheranan.     

Marlowe hampir tertawa mendengar pertanyaan Emma. Ia menggeleng. "Aku adalah Guru Hewan Buas yang baru sejak Pak Olten meninggal."     

Therius teringat pada Pak Olten yang barusan disebut-sebut Marlowe. Olten adalah Guru Hewan Buas di akademi saat ia masih bersekolah di sana. Ia sering sekali menghukum Therius dan Xion.     

Ia tidak menyukai Olten, tetapi saat mendengar gurunya itu telah meninggal, mau tak mau hati Therius tersentuh juga.     

Namun, perasaan nostalgia di dada Therius segera menghilang ketika ia melihat Marlowe kembali memandang Emma dengan penuh perhatian. Ia lalu melepaskan pegangannya pada tangan Emma dan memeluk pinggangnya dengan mesra.     

"Kedua nagamu sudah menunggumu." Ia mengunjukkan dagunya ke arah naga-naga Marlowe yang tampak mulai gelisah. "Sebaiknya kau mengurus mereka. Kami akan melanjutkan memandang matahari terbenam dan kemudian pulang."     

Marlowe menatap kedua tangan Therius yang memeluk pinggang Emma dengan mesra, dan pria itu memutar matanya. Sebagai laki-laki, ia tahu Therius sedang menandai teritori, menyatakan terang-terangan kepada Marlowe bahwa gadis cantik di depannya itu adalah miliknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.