Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Kebun Raya Merridell (1)



Kebun Raya Merridell (1)

0Therius dan Emma berjalan keluar kereta sambil bergandengan tangan. Mereka melangkah santai mengikuti Lora, yang tadi membawa tas milik Emma menuju ke hotel yang terletak tidak jauh dari stasiun.     

Kota Innstad ini ukurannya tidak besar, namun cukup ramai. Orang-orang berlalu lalang di sepanjang jalan dengan berbagai kesibukan masing-masing. Setelah berjalan santai selama sepuluh menit, Therius dan Emma tiba di penginapan mereka.     

Ini adalah hotel terbesar di Innstad dan memiliki bangunan yang sangat megah. Setelah check in dengan menggunakan identitas Therius Moira, pasangan suami istri itu segera naik ke lantai tetinggi dan masuk ke suite mereka.     

Lora telah menaruh tas berisi barang-barang Emma ke dalam kamar lalu permisi untuk beristirahat di kamrnya sendiri. Therius dan Emma memutuskan untuk membersihkan diri dan berganti pakaian lalu sarapan.     

Setelah selesai sarapan dan beristirahat sejenak, Therius mengajak Emma untuk berjalan-jalan keluar menjelajahi kota.     

"Di Innstad ada sebuah taman botani yang sangat luas dan berisi berbagai tanaman dari seluruh planet Akkadia. Aku yakin kau akan menyukainya," kata Therius saat ia dan Emma berjalan melintasi lobi hotel menuju keluar. "Namanya Taman Botani Merridell."     

Dari sudut matanya, Emma dapat melihat empat dari enam pengawal yang menjaga mereka dalam perjalanan kali ini tampak mengikuti mereka dengan tidak kentara. Ahh.. rasanya aman sekali.     

"Aku suka. Mari kita ke sana," kata Emma. "Karena aku akan mengaku sebagai herbomancer, aku ingin mengetahui lebih banyak tentang tanaman di planet ini."     

Sama seperti ayahnya, Emma sangat menyukai tanaman. Ia tahu dulu sebenarnya Kaoshin ingin menjadi ahli botani dan taman botani di Innstad ini adalah tempat kesukaan ayahnya saat ia masih muda dulu.     

"Tempatnya hanya sepuluh menit naik kereta dari sini," kata Therius menjelaskan. Ia dapat melihat wajah Emma berseri-seri karena dapat berjalan dengan bebas seperti rakyat biasa di tengah keramaian seperti ini. "Nanti, dari Taman Botani Merridell, kita bisa makan siang di restoran di dekatnya, baru pulang kembali ke hotel.     

"Kedengarannya bagus," kata Emma setuju.     

Mereka berjalan bergandengan tangan kembali ke stasiun dan dari sana naik kereta selama sepuluh menit. Ketika kereta berhenti di stasiun Meridell Botanical Park, keduanya keluar dari kereta dan berjalan keluar stasiun.     

Di sepanjang perjalanan menuju Meridell Botanical Park, Emma sangat menikmati pemandangan kota Innstad yang menawan. Kota ini terasa begitu tenang dan damai dibandingkan Winstad yang hiruk-pikuk. Bangunan-bangunannya yang terlihat kuno menjadi pesona utama kota ini.     

Mereka berjalan santai selama sepuluh menit ke arah barat dan akhirnya tiba di depan sebuah gerbang raksasa yang dihiasi tanaman menjulur dengan bunga-bunga cantik yang mengitarinya. Gerbang ini mengingatkan Emma pada gerbang mawar yang sering dijadikan hiasan di acara pernikahan.     

Bedanya adalah gerbang ini dililiti beragam tanaman bunga yang jauh lebih cantik daripada mawar, dan ukurannya yang sangat besar membuat Emma merasa seolah sedang akan memasuki gerbang menuju rumah kaum raksasa.     

"Tempat ini megah sekali," pujinya kepada Therius. "Apakah kita harus membayar tiket?"     

Therius menggeleng. "Tidak perlu. Semua taman di Akkadia diurus oleh departemen kehutanan dan taman di masing-masing kota. Rakyat tidak perlu membayar tiket masuk untuk menjadi sumber pemasukan pihak pengelola taman. Tapi kita harus mendaftarkan diri di sana, agar pengelola taman dapat melacak siapa saja yang masuk kemari."     

Therius menunjuk sebuah bangunan kecil di dekat pintu gerbang taman dan menarik tangan Emma untuk berjalan ke sana. Ketika mereka tiba di bangunan itu, Emma melihat tidak ada siapa-siapa, hanya ada sebuah jendela kaca di tengah bangunan.     

"Bagaimana cara mendaftarkan diri? Tidak ada apa-apa di sini..." kata Emma keheranan.     

"Kita tinggal menghadap ke jendela itu dan wajah kita akan direkam oleh komputer. Kalau sudah oke, baru kita bisa masuk dan menjelajahi taman," Therius menjelaskan.     

"Untuk apa komputer merekam wajah pengunjung?" tanya Emma. Ia dapat menduga alasannya, tetapi ia ingin mendengar sendiri dari Therius.     

"Hmmm... pengelola taman ingin memastikan bahwa tidak ada pengunjung yang akan melakukan perbuatan melanggar hukum di taman ini seperti misalnya mencuri tanaman, melakukan perbuatan asusila, atau kejahatan lainnya. Banyak kasus kejahatan yang terjadi di taman-taman dapat diselesaikan oleh rekaman kamera..."     

"Oh..." Emma mengangguk mengerti. Berarti hal ini memang sesuai dugaannya. "Aku mengerti."     

Therius mendorong tubuh Emma menghadap ke jendela pendaftaran. Setelah terdengar bunyi klik, gantian ia yang menghadap ke jendela itu. Setelah mereka berdua terdaftar, Therius lalu mengajak Emma untuk berjalan masuk ke dalam taman.     

Therius benar, Emma sangat menyukai Merridell Botanical Garden. Walaupun ukurannya sangat amat besar, untuk sekadar disebut sebagai taman, tapi Emma merasa bahwa nama itu sangat tepat. Ia merasa seolah berjalan melintasi taman bunga raksasa yang sangat indah.     

"Berapa luas taman botani ini?" tanya Emma kepada Therius sambil mereka melangkah santai menyusuri taman itu.     

Therius menyebut angka yang segera membuat Emma terperanjat. Angka yang disebut Therius kira-kira sama dengan luas 1000 hektar dalam ukuran bumi.     

"Besar sekali..." cetus Emma dengan suara kagum. "Tapi tidak mungkin orang bisa menjelajahinya dengan berjalan kaki. Bisa membutuhkan waktu berhari-hari. Ini seperti hutan... luas sekali."     

"Memang tidak," kata Therius. "Banyak orang ke sini hanya menjelajahi sebagian kecil saja. Tempat ini memang bukan untuk dijelajahi semua. Kurasa hanya peneliti dan orang-orang yang sangat menyukai tanaman yang datang ke sini untuk menjelajahi semuanya."     

Emma mengangguk. Ia sendiri sangat ingin bisa menjelajahi Merridell hingga ke setiap sudutnya. Apa yang dilihatnya sekarang, walaupun baru sedikit sudah membuatnya sangat tertarik.     

Lihat saja, di sebelah kirinya ada raturan jenis tanaman seperti kaktus yang cantik sekali. Lalu, di sebelah kanannya ada berbagai bunga berwarna biru dari segala ukuran dan bentuk. Di depan, ia melihat ada berbagai taman berukuran raksasa dengan bentuk sangat unik, mirip pohon baboa dari bumi.     

"Apakah tidak disediakan fasilitas kendaraan di dalam taman ini untuk orang-orang bisa menjelajahi taman tanpa harus berjalan kaki?" tanya Emma.     

"Ada. Nanti setelah kita melewati pohon-pohon raksasa di depan itu, ada stasiun kecil tempat para pengunjung bisa naik tram yang melintasi bagian-bagian penting taman ini. Ada kurang lebih 100 stasiun yang bisa didatangi."     

"Wow! Banyak sekali!! Taman ini punya jalur transportasi yang cukup lengkap..." puji Emma.     

"Bisa dibilang begitu." kata Therius sambil tersenyum. Ia senang mendengar antusiasme dalam suara Emma. Ah, ternyata penilaiannya benar. Emma akan suka berkunjung ke Merridell.     

Mereka berjalan santai sambil mengobrol dan membahas berbagai tanaman unik yang mereka lewati dan Emma tidak ketahui namanya. Tidak terasa, langkah mereka pun tiba di stasiun kecil bertuliskan Merridell Gate Station.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.