Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Pernikahan (2)



Pernikahan (2)

0Therius pernah memberi tahu Emma bahwa yang disebut dewa itu sebenarnya hanyalah tujuh mage dari ribuan tahun lalu, yang sangat kuat sehingga mereka dianggap dewa oleh orang-orang pada masanya. Itu menjadi kepercayaan yang masih dipegang secara luas bahkan hingga hari ini.     

"Aku tahu cryomancer dan hydromancer dikatakan sebagai utusan Dewa Air, sama seperti herbomancer dan anemancer adalah utusan Dewa Bumi.. tapi bagaimana dengan Dewa Ruang dan Waktu? Apakah mereka juga memiliki utusan?" Emma bertanya pada Therius saat itu.     

Sang pangeran mengangguk. "Ya. aku pernah bertemu keduanya."     

Mata Emma membelalak karena terkejut. Ia telah mendengar tentang Space Master (pengendali ruang) dari Xion, tetapi pria itu mengatakan magi jenis itu sangat langka, dan ia bahkan tidak mengatakan apa-apa tentang Time Master (pengendali waktu).     

"Benar-benar ada Space Master dan Time Master di dunia ini?" tanya Emma kepada Therius. Pria itu mengangguk. Emma mengerutkan alisnya saat melihat Therius mengangguk. "Dan kau pernah bertemu keduanya?"     

"Sudah," jawab Therius dengan tenang.     

"Seperti apa rupa mereka?"     

"Mereka mirip kita," kata Therius, tetapi dia menolak menjelaskan lebih jauh.     

Percakapan Emma dengan Therius berbulan-bulan lalu ketika ia sedang mengajari Emma tentang budaya Akkadia di kapal The Coralia, muncul di benaknya ketika Emma memasuki kapel tujuh dewa ini.     

Ia bisa melihat patung tujuh orang muda yang sangat rupawan di lorong, mereka semua tampak seperti Dewa Yunani yang dilihatnya di buku fantasi.     

Semua dewa ini tidak memiliki gender, atau setidaknya, sulit untuk menentukan yang mana dari mereka adalah pria dan wanita, karena mereka semua terlihat begitu cantik.     

Aeron sebenarnya mengingatkan Emma pada dewa-dewa ini. Mereka semua memiliki rambut panjang dan wajah cantik, tapi tubuh tinggi tegap dan sempurna.     

Dewa Api memegang api di tangannya, Dewa Air menyilangkan lengannya di dadanya, tetapi dia jelas berdiri di atas air, Dewa Angin memiliki dua sayap yang indah, Dewa Pengendali Pikiran memiliki mata yang berwarna serba biru, tanpa ada warna putihnya, Dewa Bumi dirambati tanaman yang indah, Dewa Waktu dan Ruang berdiri berdampingan dengan punggung mereka menghadap satu sama lain.     

Ahh .. ini pasti para magi paling awal dalam sejarah, pikir Emma. Mereka begitu kuat, sehingga orang menganggap mereka dewa. Emma masih ingat apa yang dikatakan Therius kepadanya tentang ketujuh dewa ini.     

Di lubuk hati Emma yang terdalam ia berpikir, jika memang dewa penguasa waktu, sang Time Master, ia sangat ingin bertemu dengannya. Emma akan melakukan apa saja untuk melihat ayahnya sebelum Kaoshin dieksekusi.     

"Apa yang kau pikirkan?" Therius bertanya pada Emma dengan lembut. Dia memperhatikan gadis itu menatap patung-patung di sudut paling kiri. "Ada yang menarik?"     

Emma menggelengkan kepalanya. "Tidak."     

Therius benar-benar berharap ia dapat bisa membaca Emma untuk mengetahui apa yang sebenarnya gadis itu pikirkan. Sayangnya, pemuda terlalu mencintainya untuk dapat membaca pikirannya.     

Mengapa, dari semua orang di dunia ini, satu-satunya yang tidak bisa dia baca adalah istrinya sendiri?     

Therius buru-buru mengenyahkan pikiran itu dan berjalan menggandeng Emma menuju ke depan altar. Di sana, telah menunggu Raja Cassius, kakeknya dan asisten pribadi raja. Di sebelah kiri dan kanannya ada enam orang mage tangguh, pengawal pribadi raja. Therius memejamkan mata dan menarik napas lega.     

Di sini tidak ada perisai anti-sihir. Ia dapat membaca pikiran semua orang dengan mudah. Setelah pernikahan usai, ia akan menyerang pikiran Raja dan membunuhnya sebelum Raja Cassius tiba di istana. Ia tak akan melakukannya di sini, karena nanti orang-orang akan curiga.     

Ia mengeratkan pelukannya pada pinggang Emma dan mereka berjalan tenang menemui Raja. Laki-laki tua itu tampak senang melihat kehadiran Therius dan Emma dalam pakaian pengantin yang indah. Sejenak pikirannya melayang pada anak kesayangannya, Darius, dan Arreya yang tidak jadi menikah.     

Dulu ia mengira ia akan melihat kedua anak muda itu melangsungkan pernikahan dan berlangsung bahagia, tetapi ternyata... Arreya malah berkhianat dan memilih laki-laki lain.     

Perlu waktu lebih dari dua puluh tahun bagi Raja Cassius untuk memaafkan Arreya.     

Kini, anak perempuannya yang sangat mirip dengan Arreya akan menikah juga dengan putra mahkota Akkadia. Raja Cassius merasa lega dan senang.     

"Yang Mulia, kami sudah siap," kata Therius sambil membungkuk hormat. Raja mengangguk dan melambaikan tangannya.     

"Pengantin satu lagi belum datang," Raja Cassius kemudian, mengagetkan semua orang.     

Wajah Therius tampak berubah merah karena marah. Ia tidak mengira kakeknya akan berkata seperti itu.     

"Apa maksud Yang Mulia?" tanya pemuda itu.     

Ia dapat merasakan tubuh Emma tanpa sadar bergerak melepaskan diri dari rangkulannya. Therius merasa murka. Apakah kakeknya dan Ratu Ygrit akan memaksanya menikah Yldwyn secara bersamaan dengan Emma?     

Keterlaluan sekali!     

"Kau sudah setuju menikah dengan Putri Yldwyn," kata Raja Cassius sambil menatap Therius tajam. "Pernikahan harus dilaksanakan bersamaan agar kedua ratu memiliki kedudukan setara. Kalau tidak, salah satu akan merasa dia lebih berkuasa dibandingkan yang lainnya."     

Seketika, suasana menjadi canggung di ruangan itu. Therius yang masih dapat menampakkan ekspresi tenang di wajahnya, walaupun sebenarnya ia sedang sangat marah, berusaha bicara dengan penuh hormat.     

"Kakek... aku menikah dengan Emma terburu-buru karena situasinya darurat. Kami ingin segera pergi ke Thaesi dan mengunjungi ibunya. Kami kuatir kalau kami datang ke sana untuk meminta restunya, Putri Arreya tidak akan menyetujui pernikahan kami. Kita tidak punya masalah yang sama dengan Terren," kata Therius. "Bukankah akan lebih baik bagi Putri Yldwyn jika pernikahannya dirayakan besar-besaran dan dihadiri oleh keluarganya?"     

"Itu benar. Tetapi nenekmu dan aku sudah membicarakan ini dengan Putri Yldwyn dan ia tidak keberatan. Ia rela berkorban demi engkau dan menjalani upacara pernikahan yang sederhana," jawab Raja Cassius. Ia lalu mengangkat wajahnya dan tersenyum ke arah pintu masuk. "Ratu Ygrit dan Putri Ydlwyn telah tiba."     

Musik yang indah kembali terdengar dan pintu terbuka. Therius dan Emma menoleh ke belakang mereka dan menemukan Ratu Ygrit dan Yldwyn melangkah masuk dengan anggun, diiringi 20 pelayan pribadi yang mengenakan gaun indah.     

Sang ratu dan putri dari Terren itu sama-sama mengenakan pakaian mewah berhiaskan berbagai batu mulia dan rambut mereka ditata dengan gaya khas Terren, dengan banyak bunga di kepala mereka.     

Therius tertegun. Ia telah memeriksa semua keadaan dan sama sekali tidak mendengar laporan tentang Ratu Ygrit dan Yldwyn yang akan datang ke kapel ini. Apakah anak buahnya telah menjadi teledor dan tidak dapat memberikan laporan yang tepat?     

Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan itu dan menemukan bahwa kalau ia mau, ia dapat membunuh Raja Cassius sekarang juga dan merebut takhta. Tetapi ia harus menghadapi keenam mage pengawal pribadi raja.     

Mereka semua adalah mage kelas satu dari level tertinggi di elemen masing-masing. Di pihak Therius, ia hanya dapat mengandalkan dirinya sendiri, Xion, Emma, dan dua pengawalnya, Avato dan Ran.     

Yldwyn tampak mengerutkan alisnya saat melihat Emma. Wajahnya yang cantik tidak dapat menyembunyikan kebenciannya kepada Emma Stardust yang pinggangnya dipeluk oleh Therius dengan penuh cinta.     

Therius tahu betapa Yldwyn telah mencintainya selama bertahun-tahun sejak gadis itu datang ke istana Akkadia sebagai putri sandera. Waktu itu Yldwyn berumur 13 tahun. Berarti, sudah sepuluh tahun. Hingga tahun lalu, Therius pun sudah memikirkan untuk menikah dengan putri dari Terren ini, karena memikirkan kepentingan politik Akkadia.     

Ia tidak mencintai Yldwyn, tetapi saat itu ia tidak keberatan menjadikan gadis itu sebagai istrinya. Setahu Therius, Yldwyn adalah gadis yang baik dan pintar. Ia pun merupakan salah satu putri yang paling dapat mengambil hati raja dan ratu Akkadia. Dari semua aspek, Yldwyn tidak memiliki kekurangan.     

Mereka telah beberapa kali pergi bersama dalam acara kenegaraan dan berlaku sebagai calon pasangan. Therius pun tidak pernah menunjukkan penolakan saat beberapa kali diadakan pembicaraan untuk membahas tentang pernikahan mereka.     

Sesungguhnyalah... jika Therius tidak pernah menemukan Emma, maka hari ini bisa dibilang ia akan menikah dengan Yldwyn.     

Namun, semuanya sekarang sudah berubah.     

Emma mengerling ke arah Therius dan menyipitkan matanya. 'Kau menerima permintaan kakekmu untuk menikahi Yldwyn. Bagaimana kau akan membereskan ini?'     

'Aku bisa membunuh Raja dan merebut takhta sekarang juga. Tetapi ada enam mage sangat tangguh yang harus kita bereskan. Apakah kau bersedia?'     

Emma pura-pura tidak melihat sekelilingnya, tetapi ia segera membaca semua orang yang ada di ruangan itu dan membuat penilaian.     

* Joren, seorang electromancer level sepuluh     

* Frey, seorang cryomancer level sepuluh     

* Asva, seorang aeromancer level sepuluh     

* Ken, seorang necromancer level sepuluh     

* Lora, seorang pyromancer level sepuluh     

* Sashi, seorang hydromancer level sepuluh     

Sementara di pihak mereka     

* Therius, seorang telemancer dan pyromancer level sepuluh, aeromancer level delapan     

* Xion, seoarang aeromancer level sepuluh dan cryomancer level delapan     

* Emma, seorang telemancer, electromancer, herbomancer, pyromancer, aeromancer, hydromancer level tiga     

* Avato, seorang pyromancer level enam     

* Ran, seorang aeromancer level tujuh     

Rasanya kekuatan mereka kalah jauh. Bukannya mereka akan dapat membunuh raja, bisa jadi malah mereka semua akan kalah, ditangkap dan dihukum mati.     

'Aku tidak mau mati di sini,' kata Emma kepada Therius dengan menggunakan telemancy. Ia mengigit bibirnya dan melihat kedatangan Yldwyn yang berjalan anggun mendekati mereka. 'Lebih baik kau menikahi Yldwyn dan meneruskan kepura-puraan ini.'     

Therius menatap Emma dengan mata membesar. Tatapannya tampak terluka. Apakah Emma sama sekali tidak merasakan cinta untuknya hingga gadis itu bisa dengan mudah menyuruhnya menikahi gadis lain?     

Tidak adakah sedikit saja rasa cinta terhadap Therius?     

Sang pangeran merasa kecewa mendengar permintaan Emma.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.