Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Aku Juga Mencintaimu



Aku Juga Mencintaimu

0Seolah membaca pikiran mereka, Marlowe lalu menjelaskan maksud perkataannya. Ia telah selesai mengenakan kemejanya, walaupun beberapa kancingnya tetap tidak dipasang. Ia tetap terlihat berantakan tetapi sangat gagah.     

"Yang kumaksud adalah, kalian tidak bisa memaksakan rasa sayang. Binatang akan memilih siapa yang mereka sukai."     

"Oh..." Semua yang hadir akhirnya mengangguk paham. Mereka saling berpandangan dan mengerti bahwa Marlowe sengaja menegur mereka tentang sikap mereka kepada Emma.     

***     

Para siswa pria terlihat iri saat melihat teman-teman perempuan mereka keluar dari pondok Marlowe dan tampak segar serta tertawa-tawa gembira. Mereka sudah mulai bosan menunggu.     

Tadinya mereka mengira gadis-gadis itu hanya akan sebentar di dalam pondok karena mengingat Pondok Marlowe sangat kecil. Mereka membayangkan teman-teman sekelasnya yang perempuan tidak akan tahan lama berada di dalam karena harus berdesak-desakan.     

Namun, ternyata mereka menunggu hingga hampir satu jam di luar pondok di bawah sinar matahari yang cukup panas. Ketika gadis-gadis itu keluar, para siswa lelaki melihat wajah mereka semua tampak bahagia dan segar.     

Akane menggeleng-geleng saat melihat mereka dan berkata, "Kalian rugi tidak ikut masuk tadi. Kami di dalam diberikan minuman dingin. Segar sekali!"     

Para siswa pria hanya bisa menelan ludah mendengarnya.     

"Aku jadi haus," kata Arlan. "Ayo kita pulang ke asrama."     

Ia lalu memberi tanda kepada murid-murid kelas 1 dan Akane agar segera pulang. Maka rombongan kecil itu pun meninggalkan pondok Marlowe dan berjalan kembali ke arah asrama.     

***     

Ketika Emma tiba di dalam kamarnya, ia segera mengirimkan pesan kepada Therius. Ia ingin memberitahu suaminya tentang peristiwa yang terjadi di akademi sejak kemarin.     

[Apakah kau sibuk?]     

Ia hanya akan menelepon Therius kalau suaminya itu tidak sedang sibuk karena ia tidak ingin mengganggu jadwal Therius. Walaupun sebagai istri ia boleh menghubungi sang raja kapan saja, Emma tidak mau bersikap seenakya.     

Tidak lama kemudian, masuk panggilan dari Therius ke tablet Emma, membuat wajah gadis itu berseri-seri. Emma lalu menerima sambungan komunikasi dari Therius dan hologram tiga dimensi suaminya segera muncul di depannya.     

Emma dapat melihat Therius berdiri di depannya, menatapnya dengan sepasang mata berseri-seri.     

Pria itu tersenyum kepada Ema dan bertanya, "Kau sudah makan siang?"     

Emma menggeleng, "Sebentar lagi. Bagaimana denganmu?"     

Therius menjawab, "Baru saja."     

"Ahh.. bagus. Hmm.. ada sesuatu yang ingin kusampaikan kepadamu," kata Emma langsung ke inti masalah.     

"Ada apa?" tanya Therius. Ia menatap Emma dengan penuh perhatian, seolah setiap kata-kata yang keluar dari bibir gadis itu adalah berharga.     

"Mmm... kau masih ingat Marlowe teman sekolahmu dulu? Ia sekarang menjadi Beast Teacher di akademi..."     

Therius mengangguk. "Tentu saja. Ada apa dengan dia? Apakah ia membuat keributan?"     

Emma menggeleng sambil melambaikan tangannya. "Tidak sama sekali tidak. Dia kan seorang guru. Jadi tidak mungkin dia membuat keributan. Tadi malam, salah satu hewan peliharaannya yang cukup besa diserang orang misterius. Anehnya, sama sekali tidak ada petunjuk siapa pelakunya."     

Emma melanjutkan. "Ia sudah menyelidiki dan kurasa Akademi juga sedang menyelidiki. Karena itulah sekarang kawasan hutan menjadi ditutup untuk siswa tahun pertama. Aku hanya ingin kau tahu apa yang terjadi agar kau tidak kuatir,"     

Therius mengangguk. "Terima kasih, Sayang. Aku senang kau menyampaikan ini kepadaku. Aku sudah tahu apa yang terjadi."     

"Oh ya?" Emma menjadi bertanya-tanya apa yang tidak diketahui oleh suaminya. Therius bahkan sudah tahu apa yang terjadi di akademi yang letaknya begitu jauh dari ibukota, sebelum Emma memberitahunya.     

"Aku menempatkan beberapa orang aku di Akademi. Selain Attila, ada beberapa orang lain yang ditempatkan di sana untuk menjaga keselamatanmu. Tadi pagi mereka sudah memberikan laporan kepadaku. Sepertinya ada seorang electromancer yang menyerang hewan peliharaan Marlowe. Karena itulah tidak ada kamera yang berfungsi peristiwa itu terjadi."     

"Oh..." Emma mendesah kaget.     

Pantas saja.     

Ia memang memikirkan kenapa tidak ada rekaman peristiwa itu. Setahunya kawasan seputar Akademi seharusnya memiliki keamanan yang baik dan tentu saja diawasi dengan banyak kamera.     

Namun, kenyataannya tidak ada rekaman peristiwa tersebut. Kini menjadi masuk akal kalau ternyata pelakunya adalah seorang electromancer. Orang itu dapat dengan mudah mematikan listri di sekitarnya, termasuk yang mematikan semua alat elektronik yang mengendalikan kamera pengawas.     

"Lalu, apakah kau sudah tahu siapa pelakunya?" tanya Emma.     

"Kami masih menyelidiki," kata Therius. "Kami tidak tahu apakah perbuatan ini ditujukan untuk menyakiti Marlowe atau untuk menyakiti sekolah. Kau mungkin tidak tahu ini tapi Marlowe bukanlah orang yang memiliki banyak teman."     

Artinya, Marlowe memiliki banyak musuh.     

Hmm... penampilan luar Marlo memang terlihat kasar, dan mulutnya cukup pedas. Jadi mungkin ada orang-orang yang tidak cocok dengannya dan menjadi musuhnya.     

"Semoga pelakunya segera ditemukan, agar para siswa dapat belajar dengan tenang," gumam Emma. Ia tidak ingin pengalamannya belajar di akademi menjadi terganggu.     

"Kami akan berusaha sebaik mungkin," kata Therius. "Kau tidak usah kuatir."     

Emma dan Therius lalu mengobrol selama beberapa saat tentang situasi di ibukota dan di akademi. Mereka memang sudah sepakat untuk menyempatkan diri dan berusaha berkomunikasi sebanyak mungkin selama keduanya hidup terpisah.     

Saat Emma hendak menghentikan sambungan, ia dapat melihat suaminya memandangnya dengan tatapan rindu. Ah... kenapa tatapan Therius kepada Ema membuat hati gadis itu bergetar? Mungkinkah ia juga merasa rindu kepada suaminya?     

Saat itu, ia sungguh berharap Therius yang ada di depannya adalah Therius yang sesungguhnya yang bisa dipeluk dan dicium, bukan hanya hologram atau bayangannya.     

Ahh... rasanya bukan hanya Therius yang perlu menyesuaikan diri dengan mereka hidup berjauhan seperti ini. Pelan-pelan Emma mulai merasakan rasa rindu merayapi hatinya.     

"Aku akan makan siang sekarang. Nanti malam kita bicara lagi," kata Emma akhirnya. Ia merasa sangat enggan untuk mengakhiri pembicaraan mereka. Namun, ia mengeraskan hati dan mengucap selamat tinggal kepada Therius.     

"Hmm... makan yang banyak. Nanti kita bicara lagi. Aku mencintaimu," kata Therius sambil meniupkan ciuman ke arah Emma.     

Ia tersenyum dan memutuskan hubungan. Therius tidak lagi menunggu Emma membalas kata-kata cintanya, karena ia tidak ingin merasa kecewa.     

"Aku juga men—" Emma tidak melanjutkan kata-katanya karena Therius telah menghilang dari depannya.     

Gadis itu menghela napas panjang. Ia lalu menyimpan tabletnya dan berjalan keluar kamar. Ia turun ke lantai satu, menuju ruang makan untuk menikmati makan siang. Setelah acara makan siang, para siswa kelas 1 harus mempersiapkan diri untuk acara berikutnya dengan dewan siswa.     

Mereka masih memiliki beberapa acara orientasi dan pengenalan sekolah. Karenanya para siswa baru memutuskan mengisi perut mereka hingga kenyang agar tidak kelelahan mengikuti berbagai acara nanti.     

.     

.     

>>>>>>     

Dari penulis:     

Kayaknya Emma sudah pelan-pelan mulai jatuh cinta kepada Therius ya? Gimana pendapat kalian?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.