Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Kalian Tak Bisa Memaksakan Rasa Sayang



Kalian Tak Bisa Memaksakan Rasa Sayang

0"Kalian punya kaki, kan? Berarti kalian bisa mengambil minuman sendiri. Jangan malas!"     

Kata-kata Marlowe yang judes membuat gadis-gadis yang tadinya sudah tersenyum gembira, berubah menjadi kecut lagi. Mereka saling berpandangan dan tidak berani untuk beranjak ke dapur.     

Emma melihat mereka semua tampak enggan mengambil minuman dari kulkas. Karenanya ia memutuskan untuk memberi contoh dan pergi ke dapur untuk mengambil minuman dingin untuk dirinya sendiri.     

"Terima kasih, Pak," kata Emma sambil mengacungkan botol minuman dingin di tangannya lalu meneguknya. Ia tidak akan berbasa-basi dan bersikap sungkan kepada Marlowe karena ia tahu pria itu bukan orang yang senang basa-basi.     

Melihat Emma menikmati sebotol minuman dingin, gadis-gadis itu menelan ludah. Semua tiba-tiba menjadi sangat haus. Apalagi tadi mereka habis berkeliling kampus di bawah sinar matahari yang cukup panas. Rasanya memang paling enak menikmati minuman dingin seperti Emma sekarang.     

Akhirnya dengan menyingkirkan rasa sungkan, mereka lalu beranjak ke dapur dan mengambil minuman masing-masing.     

"Terima kasih, Pak," kata mereka kepada Marlowe secara bergantian. Pria itu hanya mengangguk. Ia masih bertelanjang dada dan menjadi sasaran perhatian para gadis yang mengaguminya.     

Ahh... rasanya sempurna menikmati minuman dingin sambil menyaksikan pemandangan 'panas' di depan mereka.     

Para siswa perempuan itu merasa mereka beruntung sekali memiliki pria muda nan gagah ini sebagai guru mereka. Semua guru mereka yang lain sudah tua atau tidak tampan. Marlowe sungguh merupakan pengecualian yang menyenangkan.     

Kini, semua bertanya-tanya apakah ia sudah memiliki kekasih atau belum.     

Kalau melihat dari rumahnya yang begini bersih dan rapi, mereka merasa seolah ada sosok wanita di sini yang menata dan membersihkannya. Tetapi setahu mereka Marlowe ke sini hanya membawa binatang peliharaannya, dan tidak membawa istri.     

Emma hanya memutar mata mendengar pemikiran demi pemikiran para teman sekelasnya yang mengkhayalkan macam-macam tentang Marlowe. D     

alam hati ia berpikir bahwa Marlowe beruntung ia tidak dapat membaca pikiran, karena kalau iya, mungkin ia akan menjadi canggung saat mengetahui isi hati gadis-gadis ini tentang dirinya. Bahkan di antara gadis-gadis itu ada yang membayangkan Marlowe di tempat tidur dan... ah.     

"Bagaimana kondisi Lyra?" tanya Emma saat semua temannya telah memegang minuman. "Apakah ia sudah baikan?"     

"Sudah membaik. Oh, ya.. Aku mau minta tanaman yang kemarin kau berikan kepadanya. Sepertinya zat penyembuh luka dalam tanaman yang kau berikan bekerja dengan sangat baik," komentar Marlowe.     

Ia memberi tanda agar Emma mengikutinya dan ia berjalan menuju tempat tidur di mana Lyra dibaringkan. Hewan berbentuk seperti anjing dengan telinga panjang seperti kelinci itu mengangkat sebelah telinganya dengan gembira ketika menyadari Marlowe datang bersama Emma.     

Gadis-gadis lain ikut merubung Lyra dan mendesah kasihan melihat hewan itu terluka.     

"Astaga.. siapa orangnya yang jahat sekali melukai Macata secantik ini," kata Akane dengan nada marah. Dari kata-kata Akane itulah Emma baru mengerti bahwa Macata adalah sebutan untuk hewan seperti anjing bertelinga panjang ini.     

"Aku sedang menyelidikinya," kata Marlowe. "Itu sebabnya kalian tidak boleh berkeliaran di dekat hutan sampai ada pengumuman lebih lanjut."     

"Ahh..." Gadis-gadis itu segera berkasak-kusuk dan menghubungkan larangan masuk ke hutan dengan peristiwa penyerangan terhadap Lyra dan mengerti bahwa memang telah terjadi sesuatu.     

Emma memutar matanya dan mendecak. Marlowe ini memang tidak peduli dengan aturan, ya, pikirnya. Sekolah sengaja menyembunyikan informasi itu agar tidak membuat murid-murid takut, tetapi ia malah memberi tahu mereka begitu saja.     

Mungkin ia menganggap bahwa murid-murid ini sudah dewasa dan sebaiknya diberi tahu peristiwa yang sebenarnya agar mereka lebih bijak dan menghindari hutan.     

Karena biasanya kalau manusia diberi larangan tanpa penjelasan, hal itu justru akan membuat mereka menjadi penasaran dan ingin mencoba.     

Lulu yang sepertinya baru bangun dari tidur siang segera melesat dan menggosok-gosokkan badannya ke kaki Marlowe. Hewan dari jenis uwauwa yang tubuhnya dipenuhi rambut panjang seperti gumpalan bola bulu itu tampak sangat menyayangi Marlowe dan semua orang bisa melihat hal itu.     

"Ahh.. lucu sekali," komentar mereka berkali-kali. Beberapa gadis mencoba berjongkok dan mengelus kepalanya, tetapi dari balik bola bulu itu tiba-tiba terdengar suara geraman galak dan muncullah sepasang taring yang mengerikan, berusaha menggigit siapa pun yang berani mendekat.     

Beberapa gadis jatuh terduduk, sementara yang lain melompat kaget. Uwauwa ini memang tampak sangat lucu, tetapi kalau ia marah, dalam sekejap ia dapat berubah menjadi seperti monster.     

Emma sendiri sangat kaget melihat perubahan yang tiba-tiba ini. Tadinya ia mengira Lulu adalah hewan jinak yang sangat imut menggemaskan. Ternyata ia bisa berubah menjadi menyeramkan.     

Astaga... sungguh, ada begitu banyak hal yang harus ia pelajarari tentang Planet Akkadia dan semua mahkluk di dalamnya. Tanpa sadar Emma meminum habis minumannya.     

Marlowe hanya mengangkat sebelah alisnya saat melihat tindakan gadis-gadis itu. Ia lalu berkata, "Dia tidak suka kepada kalian."     

Nada suaranya datar dan biasa saja, tetapi kata-katanya sungguh menyakitkan hati.     

Emma bertanya-tanya dalam hati apakah ada gerangan wanita yang bisa tahan menghadapi Marlowe. Rasanya tidak ada. Mungkin karena itulah pria itu sampai sekarang masih sendiri walaupun banyak wanita yang menyukainya secara fisik karena menganggapnya tampan dan seksi.     

"Ma... maafkan kami, Pak," kata Akane buru-buru. Ia adalah salah satu gadis yang barusan diancam Lulu. Wajahnya tampak pucat dan malu. Mereka merasa bersalah karena telah memaksa mengelus-elus Lulu tanpa seizin pemiliknya.     

Lulu tampak mengangkat wajahnya ke arah Marlowe dan menggeram-geramkan sesuatu, namun suaranya terdengar imut, tidak galak seperti tadi.     

Ia lalu menggoyangkan rambutnya yang panjang dan mereka dapat melihat sepasang mata bulat berkilauan di antara bola bulu itu.     

Lulu lalu berjalan ke arah Emma dan menggosokkan kepalanya ke kaki gadis itu, sama seperti ia tadi menggosokkan kepalanya ke kaki Marlowe.     

Serentak gadis-gadis itu mendesah, selain kagum, mereka juga iri karena gadis baru ini tampak berhasil mendapatkan hati peliharaan sang guru seksi.     

"Lulu menyukai dia," komentar Marlowe singkat. Ia menepuk bahu Lyra yang sedang tidur lalu beranjak ke pintu dan mengambil kemejanya yang tersampir di sana. Ia lalu mengenakannya dengan santai, tanpa mempedulikan dampak dari kata-katanya kepada semua gadis yang menjadi tamunya.     

Lulu tidak menyukai kalian. Lulu menyukai gadis itu.     

Tanpa Marlowe mengatakan apa-apa, semua orang juga bisa melihat bahwa Lulu menyukai Emma. Pertanyaan mereka sekarang adalah, apakah majikan Lulu juga menyukai Emma?     

Seolah membaca pikiran mereka, Marlowe lalu menjelaskan. Ia telah selesai mengenakan kemejanya, walaupun beberapa kancingnya tetap tidak dipasang. Ia tetap terlihat berantakan tetapi sangat gagah.     

"Yang kumaksud adalah, kalian tidak bisa memaksakan rasa sayang. Binatang akan memilih siapa yang mereka sukai."     

"Oh..." Semua yang hadir akhirnya mengangguk paham.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.