Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Klinik Hewan



Klinik Hewan

0"Hmm... begitu ya?" tanya Marlowe. Sepertinya ia percaya kepada Emma, karena penjelasannya barusan memang terdengar masuk akal.     

Kalau sampai Emma mengakui hal yang sesungguhnya, bahwa ia adalah gadis dari planet Akkadia yang lahir di bumi dan menghabiskan 18 tahun pertama hidupnya di planet yang begitu jauh, melintasi alam semesta, Marlowe malahakan menganggapnya bercanda atau berbohong.     

Karenanya Emma memilih berbohong sedikit untuk membuat Marlowe berhenti bertanya.     

"Aku tidak tahu kau juga seorang herbomancer," kata Emma. "Therius tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya bilang kau seorang Beast Master."     

Marlowe mengangkat bahu. "Dia memang tidak tahu. Aku baru memiliki kekuatan herbomancy beberapa tahun yang lalu. Cukup terlambat memang."     

"Oh.. aku tidak tahu kekuatan baru bisa muncul setelah seseorang dewasa," kata Emma. "Ternyata ada banyak multiple element mage sekarang. Setahuku dulu sangat jarang..."     

Emma ingat bahwa ibunya dulu mengatakan bahwa multiple-element mage adalah manusia yang sangat langka. Bahkan, Xion juga menyebutkan bahwa dalam seratus tahun terakhir, multiple-element mage yang ada di Akkadia bisa dihitung dengan jari.     

Lalu mengapa sekarang ternyata ada banyak? Ia tahu dari Ulla bahwa Bastian adalah multiple-element mage. Dirinya, Therius dan Xion juga... lalu sekarang Marlowe juga?     

Ia sendiri sudah bertemu beberapa multiple-element mage. Lalu yang lain pasti lebih banyak lagi di luar sana.     

"Ini mungkin fenomena baru," kata Marlowe menjelaskan. "Biasanya kekuatan seorang mage akan langsung keluar saat ia masih kecil, sehingga pemerintah dapat mendata mereka dan memasukkan mereka ke sekolah yang sesuai.     

Tetapi aku pernah bertemu seseorang yang mengira ia adalah manusia biasa seumur hidupnya.. dan baru pada usia 30 tahun ia menyadari bahwa ia sebenarnya memiliki bakat sebagai mage. Ada juga yang hanya memiliki satu kekuatan selama puluhan tahun, dan tiba-tiba memiliki kekuatan baru setelah ia dewasa."     

"Oh.. apakah pemerintah tahu tentang hal ini?" tanya Emma.     

Ia ingin menanyakan kepada Therius tentang hal ini. Apakah suaminya, sebagai raja Akkadia mengetahui hal ini, atau tidak. Sungguh fenomena yang luar biasa. Lalu kira-kira, ada berapa banyak mage yang sekarang tidak terdata di Akkadia?     

Marlowe mengangkat bahu. "Aku tidak tahu dan tidak peduli. Yang jelas, saat aku menyadari bahwa aku ternyata juga seorang herbomancer, aku tidak mengumumkannya kepada dunia. Untuk apa?"     

"Oh.. begitu ya..." Emma mengangguk. Ia lalu mengalihkan pembicaraan mereka kepada Lyra yang masih berbaring di tanah dan terluka. "Tidakkah sebaiknya kita membawa Lyra ke klinik?"     

"Hmm.." Marlowe mengangguk. Ia menyerahkan Alex Chu kepada Emma dan bersiap mengangkat Lyra dari tanah. "Tolong bawa Alex Chu. Aku harus mengangkat Lyra."     

Emma menerima burung berekor emas itu dengan agak kaget. "Kenapa tidak menyuruhnya terbang? Alex bisa terbang, kan?"     

Marlowe menjawab tanpa menoleh ke arah Emma. Ia memanggul Lyra di bahunya dengan hati-hati. "Dia tidak bisa terbang kalau malam. Kau harus menggendongnya."     

"Eh...?" Emma keheranan. Ia menatap burung keemasan itu yang langsung menggosok-gosokkan kepalanya ke dada Emma. "Kau benar-benar tidak bisa terbang di malam hari? Kenapa aneh sekali?"     

Ia hendak bertanya lagi, tetapi Marlowe telah berjalan meninggalkannya ke arah barat. Emma terpaksa berjalan mengikutinya di belakang. "Kau mau ke mana? Setahuku kliniknya ada di arah Timur."     

Emma sudah membaca denah beberapa bangunan penting di akademi ini. Gedung tempat belajar ada di tengah-tengah, lalu klinik kesehatan ada di dekat asrama. Lalu mengapa Marlowe malah berjalan ke arah yang berlawanan dari asrama?     

"Kenapa kau tidak membawa Lyra ke klinik?" tanya Emma lagi saat ia sudah berhasil menjajari langkah Marlowe. Alex Chu kini bertengger manis di bahu gadis itu.     

"Itu klinik untuk manusia. Aku akan membawa Lyra ke klinik hewan," jawab Marlowe akhirnya.     

"Oh..." Emma terpaksa mengikuti langkah Marlowe. Selain ia penasaran ingin mengetahui di mana letak klinik hewan, ia juga kuatir akan keadaan Lyra dan ingin melihatnya diobati. Lagipula, ia belum mengantuk sama sekali.     

Lebih baik ia membuat dirinya sibuk, agar nanti ia bisa merasa lelah dan mengantuk, lalu tidur dengan pulas.     

Mereka berjalan menyusuri jalan setapak melingkari hutan kecil itu dan kemudian berhenti di depan sebuah pondok kecil dari kayu yang dirambati tumbuhan menjalar. Pondok ini mengingatkan Emma pada rumah penyihir di buku-buku dongeng.     

Masakan ini klinik dokter hewan? Aneh sekali...     

"Ini... klinik?" tanya Emma keheranan. Tempat ini sama sekali tidak terlihat seperti klinik dokter hewan. "Apakah dokter hewannya masih bangun?"     

Ia melihat lampu di pondok itu mati dan suasana terasa sangat gelap.     

Seandainya Emma bukan gadis pemberani yang memiliki banyak kekuatan, dan ia juga mengenal Marlowe sebagai teman sekolah Therius, mungkin ia akan merasa takut dan sungkan untuk mengikuti Marlowe ke tempat gelap dan sepi seperti ini.     

Marlowe melambaikan tangannya dan tiba-tiba saja semua lampu di pondok dan di sekitarnya menyala.     

"Jangan buang-buang energi secara tidak perlu," dengus Marlowe, seolah mencela bahwa Emma seharusnya lebih tahu bahwa mereka harus menghemat energi untuk menyayangi alam.     

Orang ini sangat judgemental... pikir Emma mulai sebal. Sikap Marlowe kembali menjadi ketus setelah tadi mulai ramah kepadanya.     

Namun demikian, karena Marlowe adalah gurunya di akademi ini, Emma memutuskan untuk tetap bersikap hormat kepadanya.     

Lagipula Marlowe lebih tua, dan ia juga ternyata adalah seorang herbomancer. Emma merasa pria itu akan dapat membantunya untuk melatih kemampuan herbomancy-nya.     

Pintu pondok terbuka otomatis dan Marlowe membawa Lyra masuk ke dalam. Emma mengikuti dengan Alex Chu masih bertengger di bahunya.     

Ketika mereka tiba di dalam, Emma melihat sebuah ruang tamu yang cukup luas dengan beberapa tempat tidur berisi hewan yang sedang tidur ataupun sedang diobati.     

Di dalamnya ada beberapa hewan kecil seperti kelinci dan tupai, beberapa burung yang bertengger di atas lemari dengan wajah terkantuk-kantuk.     

Tiba-tiba, seekor binatang berbulu sangat panjang, seperti anjing, tetapi dengan bulu yang menyapu lantai, datang melesat menghambur ke arah kaki Marlowe. Sekilas hewan bulat gemuk ini mengingatkan Emma akan sapu pel lantai yang bulat dan fluffy.     

"Astaga... hewan apa itu?" tanya Emma keheranan. Ia sama sekali tidak dapat melihat kepala dan wajah dari hewan ini, karena semuanya tertutup bulu. Hewan ini mirip bola salju jika bola salju memiliki bulu. Bentuknya bulat, dan gemuk.     

Marlowe menoleh keheranan ke arah Emma. "Bukankah kau bilang kau ini dari Taeshi? Masa kau tidak tahu Uwauwa?"     

"Uwauwa?" Emma mengerjap-kerjapkan matanya mendengar pertanyaan Marlowe itu. Ugh... ia hampir ketahuan kalau ia tidak benar-benar berasal dari Taeshi.     

Apakah Uwauwa ini merupakan binatang khas dari kerajaan itu?     

Emma menelan ludah. Ia tidak tahu harus berbohong apa lagi kepada Marlowe.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.