Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Perlindungan Dari Telemancer



Perlindungan Dari Telemancer

0Therius kaget saat mendengar Emma mengatakan bahwa ada kakak kelasnya yang merupakan seorang telemancer. Telemancer termasuk jenis mage yang langka, tidak seperti aeromancer, ataupun pyromancer.     

Emma lalu menceritakan tentang Bastian dan meminta pendapat suaminya.     

"Hmm... aku juga tidak suka jika ada orang yang membaca isi hatimu," kata Therius. Ini tidak bisa dibiarkan."     

"Lalu, apakah ada cara untuk mengatasinya?" tanya Emma.     

Therius mengangguk. "Ada. Aku akan mengurusnya untukmu."     

"Oh.. syukurlah." Emma menjadi sangat lega. "Bagaimana caranya?"     

"Aku akan berkunjung ke akademi minggu depan dan mencari semua telemancer yang ada di sana. Mereka akan kubuat melupakanmu. Mereka tidak akan membaca pikiranmu dan mereka tidak akan bertanya-tanya kenapa mereka tidak melakukannya," jawab Therius dengan serius.     

"Ahhh…." Emma mengerti maksud suaminya. Karena Therius adalah telemancer level tertinggi, ia bisa saja menemukan telemancer mana pun di akademi, yang pasti levelnya lebih rendah darinya, dan ia akan mengendalikan pikiran mereka agar mereka membiarkan Emma.     

"Itu bisa berhasil," Emma mengangguk lega. Ia merasa bahwa solusi dari Therius ini sangat sederhana namun efektif.     

Kini, ia hanya perlu menghindari Bastian selama seminggu, sampai Therius datang dan menolongnya.     

Emma lalu berjanji kepada dirinya sendiri bahwa dia akan berlatih keras dan naik level dengan cepat sehingga ia bisa lebih baik melindungi dirinya sendiri.     

"Apakah ada hal lain yang kau butuhkan?" Therius bertanya dengan penuh perhatian. "Bagaimana dengan makanannya? Kamarnya? Apa menurutmu kita perlu memperbaiki asrama? Apakah kau dapat tinggal di sana dengan baik?"     

Emma terkekeh ketika mendengar pertanyaan suaminya itu.     

"Kau sendiri, bagaimana pendapatmu tentang semua fasilitas di akademi selama kau bersekolah di sana?" tanya Emma kepada Therius dengan pandangan jenaka.     

Ia teringat kata-kata Ulla yang mengatakan bahwa pihak istana tidak pernah mempedulikan perbaikan fasilitas di akademi karena anggota keluarga raja tidak tahu bagaimana rasanya tinggal di tempat sederhana seperti itu.     

Ulla sama sekali tidak tahu bahwa raja Akkadia pernah tinggal di asrama yang ia sebut sederhana itu selama tiga tahun tanpa mengeluh.     

Emma sendiri merasa semuanya baik-baik saja dan ia juga tidak pernah mendengar Therius mengeluhkan apa pun tentang sekolahnya.     

Namun demikian, ia merasa lebih baik menanyakan langsung kepada Therius apa pendapatnya tentang fasilitas akademi sebagai seorang mantan siswa di sana.     

"Aku merasa semuanya cukup," kata Emma. "Tetapi, bagaimana denganmu sendiri? Sewaktu kau masih bersekolah di sini, apakah kau menyukai semua fasilitasnya atau tidak?"     

Therius menyesap wine-nya dan mengingat-ingat. "Semuanya baik-baik saja. Aku tidak kekurangan apa pun."     

"Apakah kau mendapatkan perlakuan khusus sebagai pangeran?" tanya Emma lagi. "Mungkin kau merasa semua baik-baik saja karena kau mendapatkan perlakuan istimewa."     

"Tidak. Aku hidup seperti para siswa lainnya," kata Therius. "Kalau aku mendapatkan perlakuan istimewa, maka sia-sia saja aku menyamar sebagai orang biasa. Semua orang pasti akan langsung tahu siapa aku."     

"Hmm.. kau benar juga." Emma menatap Therius dengan pandangan penuh cinta. "Aku sangat menyukaimu karena kau tidak arogan dan tidak terikat pada kemewahan. Tidak semua orang bisa seperti itu."     

Emma sangat senang karena suaminya memiliki prinsip yang sama dengannya.     

Therius adalah seorang pangeran... bukan, dia adalah seorang raja, dan di seluruh semesta ini Emma belum pernah bertemu orang yang lebih berkuasa daripada suaminya.     

Namun demikian, selama ia mengenal Therius, Emma tak pernah melihat pria itu menuntut hal-hal yang serba rumit. Dalam hal ini, Therius sangat cocok dengannya.     

Emma tak dapat membayangkan jika ia harus menghabiskan hidupnya bersama laki-laki arogan yang hanya ingin hal-hal serba mewah saja.     

"Hmm.. aku senang mendengarnya," kata Therius. Ia merasa sikap Emma kepadanya menjadi lebih manis daripada biasanya. Ia tahu bahwa Emma menikah dengannya bukan karena cinta, dan ia tidak berharap perasaan gadis itu kepadanya akan dapat berubah dengan cepat.     

Tetapi, entah kenapa.. sesuatu di dalam dirinya mulai merasa bahwa pelan-pelan Emma sudah mulai mencintainya.     

Bukankah malam ini Emma yang berinisiatif untuk menghubunginya?     

Ahh.. kalau itu memang benar, Therius merasa bahagia sekali.     

Ia juga berharap dengan mereka hidup berpisah sementara, Emma akan dapat lebih menghargai kehadirannya dan merindukannya saat mereka berjauhan.     

"Kau sudah minum berapa gelas wine malam ini?" tanya Emma tiba-tiba. "Kau tidak bisa minum banyak. Nanti kalau kau mabuk bagaimana?"     

Ahh.. lagi-lagi Emma menguatirkan Therius. Kata-katanya membuat dada Therius dipenuhi kehangatan.     

"Ini baru gelas kedua," jawab Therius sambil tersenyum lembut. "Aku memerlukannya agar bisa tidur. Aku sangat merindukanmu di sini..."     

"..."     

Emma tertegun mendengarnya. Ahh.. ternyata bukan hanya ia yang merasa kesepian tidur sendiri di malam hari, setelah selama lima bulan terbiasa memiliki seseorang yang tidur di sampingnya.     

"Aku..." Ia menelan ludah. Ia ingin mengatakan kepada Therius bahwa ia juga merindukannya. Itu sebabnya ia menghubungi pria itu duluan. Namun, tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya.     

Ia belum terbiasa menjadi orang yang mengucapkan kata rindu dan cinta. Ahh.. mungkin selama ini ia terlalu dimanjakan oleh Therius, sehingga rasanya cinta di antara mereka hampir seperti satu arah.     

Therius sangat mencintainya, dan ia selalu menunjukkan hal itu. Sementara Emma selalu menjadi pihak yang menerima cintanya.     

"Ada yang mau kau sampaikan kepadaku?" tanya Therius saat melihat bibir Emma membuka tetapi tidak ada kata-kata yang keluar. Ia menatap sepasang bibir merah yang mungil itu, sangat ingin mendengar Emma mengatakan rindu dan cinta kepadanya...     

Emma menggeleng. "Aku hanya senang melihatmu."     

"Hmm... aku juga sangat senang melihatmu," kata Therius sambil tersenyum. "Kuharap kau akan menikmati hidupmu sebagai siswa di sana. Ini baru hari pertama. Kau akan mengalami lebih banyak hal selama kau ada di akademi."     

"Aku harap begitu," kata Emma.     

Therius menyadari bahwa Emma masih belum dapat mengatakan cinta kepadanya. Karena itu ia memutuskan untuk tidak menunggu lagi. Ia lalu berjalan menghampiri Emma dan menatap matanya.     

Ia tak dapat mengelus rambutnya ataupun menatap matanya, karena itu Therius bersimpuh dan menatap wajah Emma yang sedang duduk di tepi tempat tidurnya.     

"Aku akan datang ke kota Innstad akhir pekan mendatang dan menghabiskan sepanjang akhir pekan bersamamu. Lalu di hari sekolah berikutnya aku akan datang ke akademi dan mengurusi para telemancer yang mengganggumu," katanya dengan lembut. "Sebaiknya sekarang kau tidur dan beristirahat, ya. Ini sudah malam."     

"Bagaimana denganmu?" tanya Emma.     

"Aku masih banyak pekerjaan," jawab Therius. "Aku meninggalkan istana selama dua hari dan sekarang aku harus mengurusi beberapa undang-undang."     

"Jangan terlalu keras bekerja. Kau itu kan raja? Seharusnya raja kerjanya tinggal bersenang-senang dan meninggalkan semuanya kepada bawahannya. Kalau kau harus bekerja keras dan menjadi lelah, apa enaknya menjadi raja?" tanya Emma.     

Therius tertawa mendengar kata-kata istrinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.