Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Kebun Raya Merridell (2)



Kebun Raya Merridell (2)

0Ada beberapa pengunjung lainnya yang juga tampak sedang menunggu kedatangan tram. Mereka semua menoleh ke arah Emma dan Therius yang berjalan bergandengan tangan dan seketika tampak menjadi iri.     

Pasangan muda ini tampak sangat mesra, pikir mereka dalam hati. Wajah Emma yang sangat cantik dan Therius yang terlihat gagah dan tampan membuat lawan jenis tak dapat mengalihkan pandangan dari mereka.     

Gadis-gadis tampak menyukai Therius dan berharap ia akan melirik mereka walau hanya sekilas, tetapi sayangnya pemuda itu tampak tidak pernah melepaskan pandangannya dari Emma.     

Sama halnya dengan para pengunjung pria, mereka semua terkesan melihat kecantikan Emma dan berharap seandainya saja gadis itu datang ke taman seorang diri.     

Melihat ia berjalan bergandengan dengan seorang pria gagah yang tampak sangat posesif kepadanya, para pria yang ada di stasiun hanya bisa menelan ludah dan mengubur keinginan mereka untuk dapat mencari tahu siapa gadis luar biasa cantik yang baru datang ini.     

Sementara itu, Emma dan Therius hanya bisa batuk-batuk kecil saat menyadari isi hati orang-orang di sekitar mereka.     

Dalam hati, Therius merasa kesal karena para pria di sana menaruh hati kepada Emma, sekaligus bangga karena mereka tahu bahwa gadis cantik dalam gandengannya adalah miliknya seorang.     

Emma mengerling ke arah Therius dan tersenyum kecil. Ia telah membaca pikiran para gadis di stasiun dan tahu bahwa mereka menyukai suaminya. Therius membalas kerlingan Emma dengan senyum tipis.     

'Aku milikmu. Selamanya milikmu,' katanya dengan telemancy. 'Dan kau milikku.'     

Emma sangat menyukai kenyataan bahwa ia dan Therius adalah telemancer yang dapat berkomunikasi tanpa suara. Ia sebenarnya agak heran karena walaupun mereka telah menikah selama lima bulan, namun hingga kini ia masih tidak dapat membaca pikiran Therius.     

Ia tahu hal ini pasti diakibatkan karena Therius belum mengizinkannya membaca pikirannya. Sebagai mage yang memiliki level jauh lebih tinggi daripada Emma, Therius dapat melindungi dirinya agar pikirannya tidak dapat dibaca oleh telemancer yang berlevel lebih rendah.     

Namun demikian, Emma tidak pernah protes dan meminta Therius untuk membuka pikirannya kepada Emma. Ia sendiri memiliki kelebihan atas Therius. Suaminya tidak dapat membaca pikirannya karena Therius mencintainya.     

Kalau Emma mengizinkan Therius membaca pikirannya, barulah Therius dapat melakukannya kapan saja. Sama seperti Kaoshin yang mengizinkan Arreya untuk membaca pikirannya, mereka dapat berkomunikasi kapan saja menggunakan telemancy.     

Namun karena Emma tidak atau belum mengizinkan Therius, maka hingga kini masing-masing tidak dapat membaca isi hati yang lain sesukanya.     

Hal ini membuat Emma merasa lebih nyaman. Ia belum dapat terbuka seratus persen kepada suaminya dan tidak ingin Therius dapat mengetahui semua isi hati dan pikirannya.     

Ia tidak ingin Therius menjadi sedih kalau mendengar pemikiran-pemikiran Emma yang terkadang masih merindukan Haoran ataupun memikirkan Xion yang pergi.     

Ia merasa kehidupan mereka seperti ini lebih baik dan seperti pasangan normal pada umumnya. Tidak semua harus diketahui pasangan, bukan? Harus ada rahasia hati yang dapat disimpan sendiri.     

Tram yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Therius dan Emma naik tram bersama dengan para pengunjung lainnya. Begitu semua orang sudah naik, kendaraan itu bergerak dengan santai.     

Di sepanjang perjalanan, Emma terus-menerus mendesah dengan penuh kekaguman saat ia melihat berbagai jenis tanaman yang unik dalam aneka warna yang meriah. Ia merasa seperti anak kecil di toko manisan, perasaannya meluap-luap gembira.     

Sebentar lagi, kita akan tiba di stasiun kedua. Bagian itu memiliki koleksi tanaman karnivora yang sangat keren," Therius menjelaskan. "Nanti, kita akan melihat koleksi berbagai bunga yang hanya mekar sekali dalam seabad."     

"Wow... keren sekali..." kata Emma kagum.     

Suara Therius saat menjelaskan berbagai hal menarik yang mereka lewati di sepanjang perjalanan tram itu membuat para penumpang lain tanpa sadar memperhatikan keduanya. Para pengunjung wanita bertambah-tambah irinya kepada Emma yang memiliki kekasih tampan yang begitu penuh perhatian, menceritakan berbagai hal tentang isi taman raya tersebut.     

Mereka juga menduga-duga bahwa Emma berasal dari luar negeri, sehingga tidak mengetahui berbagai hal yang mereka anggap sebagai hal biasa sebagai warga Akkadia.     

"Aku mau turun di stasiun kedua dan melihat-lihat, baru melanjutkan ke stasiun berikutnya," kata Emma. "Ahhh... aku ingin sehari memiliki 40 jam seperti di Daneria sehingga kita bisa menjelajahi lebih banyak."     

"Ahh.. kau ingat lembah yang kita kunjungi di Daneria saat kita baru mendarat di sana?" tanya Therius tiba-tiba. "Di sana ada padang yang memiliki ribuan jenis bunga beraneka warna..."     

"Benar. Di sana indah sekali," komentar Emma. Ia selalu merasakan dadanya dipenuhi kehangatan saat mengenang Daneria. Ia, Therius dan Xion memiliki pengalaman indah di sana. Ia masih mengingat jelas semua petulangan mereka bersama di planet kecil itu.     

Mereka kamping dan tidur di bawah langit. Berburu hewan, balapan terjun ke sungai, menikmati pemandangan yang indah tiada tara. Di sana pula Emma dan Therius berciuman untuk pertama kalinya.     

Therius juga berjanji memberikan Daneria untuk Emma setelah mereka menikah. Ahh.. mengingat semua itu rasanya hati Emma dipenuhi kehangatan. Pelan-pelan senyum indah merekah di wajahnya yang cantik.     

Therius terpesona melihat senyuman istrinya. Ia sungguh-sungguh bahagia melihat Emma mulai sering tersenyum sekarang. Ia bahkan jauh lebih cantik lagi dari biasanya kalau senyum indah yang langka itu menghiasi wajahnya.     

Ia sering berharap dapat membaca pikiran gadis itu untuk mengetahui apa-apa yang membuatnya mengerutkan kening, atau tersenyum bahagia. Namun sayangnya, takdir seorang telemancer membuatnya tidak dapat menembus pikiran Emma, karena ia mencintai wanita itu.     

Ia dapat saja meminta Emma untuk mengizinkannya masuk, tetapi kalau sampai hal itu terjadi, maka ia pun harus siap menerima permintaan yang sama dari istrinya.     

Siapkah Therius membiarkan Emma membaca isi hatinya setiap saat? Tidak. Ia tahu ia bersalah telah menyimpan beberapa rahasia dari Emma yang sampai kapan pun tidak akan ia buka.     

Lebih baik begini. Semakin lama mereka menghabiskan waktu bersama, Therius merasa ia akan semakin mengenal Emma luar dalam dan mengetahui atau setidaknya dapat menduga apa-apa yang sedang dipikirkan gadis itu.     

"Aku juga sangat menyukai Daneria," kata Therius pelan. Pikirannya juga kembali ke malam penuh bintang di bawah dua bulan Daneria saat ia dan Emma duduk berdua di Danau Garam dan ia berhasil mencium Emma pertama kali.     

Tangannya bergerak dan menggenggam tangan Emma dengan penuh kasih. Ahh.. saat ini, ingin sekali ia bersikap egois dan meminta Emma untuk membatalkan niatnya bersekolah ke akademi yang akan membuat mereka terpisah.     

Namun, pikirannya kembali melayang pada hari naas ketika Putri Arreya meninggal di depan matanya sendiri demi menyelamatkan Emma. Saat itu Emma berada di bawah ancaman pedang pengawal Ratu Ygrit.     

Saat itu, Therius merasakan titik balik dalam hidupnya. Ia merasa sangat menyesal telah bersikap egois dengan memaksa membawa Emma ke Akkadia dan menyebabkan Emma hidup terancam bahaya dan mengalami kesedihan demi kesedihan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.