Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Rahasia Masa Lalu (3)



Rahasia Masa Lalu (3)

0Inikah lelaki yang hampir menikah dengan ibunya? Emma hanya dapat bertanya-tanya. Darius dan Arreya membuatnya teringat kepada dirinya sendiri dan Therius. Paman Therius ini berumur seperti Therius di masa depan, sekitar akhir 20-an.     

Wajahnya tampan dengan rambut berwarna platinum yang diatur rapi dan sepasang mata berwarna hijau yang cemerlang. Ia tampak sangat cerdas dan lemah lembut. Walaupun wajahnya mirip dengan Therius, gerak-geriknya anggun dan membuatnya terlihat halus seperti wanita.     

Emma dapat langsung menilai bahwa Pangeran Darius tidak memiliki kekuatan ajaib apa pun. Namun ia selalu dilindungi para pengawal setia yang sangat tangguh.     

"Selamat malam," sang pangeran tersenyum saat bicara kepada Xion dan Emma. "kami membutuhkan bantuan kalian untuk mencari keponakanku. Aku baru mendengar kabar dari kepala staf istana bahwa ia menghilang dan aku segera kemari."     

Suara laki-laki ini berwibawa dan menyenangkan. Walaupun gerakannya halus, ia tetap memiliki karisma sebagai seorang laki-laki dan calon raja. Emma dapat mengerti kenapa ibunya bersahabat dengan Darius dan bahkan memutuskan menikah dengannya, walaupun ia mencintai lelaki lain.     

Darius adalah seorang lelaki yang menyenangkan dan ia memperlakukan Arreya dengan sangat baik sejak mereka masih kecil. Hal itulah yang membuat Arreya merasa lebih baik mengubur cintanya kepada Kaoshin dan tetap menikah dengan Darius, lebih daripada kepentingan politik kedua negara.     

Emma telah cukup banyak membaca berita dan catatan sejarah tentang Pangeran Darius, tetapi rasanya begitu berbeda saat bertemu langsung dengan orangnya. Darius tidak seperti yang diduganya selama ini.     

Kini, saat melihat seperti apa Darius dalam kehidupan nyata, Emma menjadi semakin bertanya-tanya, kenapa ibu dan ayahnya mengambil keputusan di saat terakhir untuk meninggalkan Akkadia dan melarikan diri bersama.     

Jangan-jangan... terjadi sesuatu yang luar biasa besar di malam sebelum pernikahan, yang memicu keputusan drastis itu, sesuatu yang sama sekali tidak diketahui siapa pun selain Arreya dan Kaoshin.     

Apa pun itu, Emma sungguh berharap ia akan ada di sana saat peristiwa itu terjadi sehingga ia dapat mengetahui apa alasannya.     

"Yang Mulia... kami akan membantu mencari keponakan Anda," kata Xion dengan penuh hormat.     

Pangeran Darius menatap Xion lekat-lekat dan tersenyum. "Terima kasih."     

"Sama-sama, Yang Mulia," kata Xion. Ia mengerling kepada Emma dan memberi tanda agar gadis itu segera pergi sebelum Darius memperhatikan wajahnya yang sangat mirip dengan Arreya. Ia lalu berpura-pura memberi instruksi kepada Emma untuk memanggil para pelayan di ruang pelayan yang barusan mereka tinggalkan. "Kau panggil teman-teman kita di ruang istirahat agar mereka juga membantu mencari pangeran."     

'Temui aku di aula setengah jam lagi.' kata Emma kepada Xion menggunakan telemancy. Saat ini lebih baik jika ia menghindari Pangeran Darius dan orang-orang lain yang mengenal Arreya secara dekat karena kalau mereka sampai melihatnya dari jarak dekat, mereka akan melihat kemiripan wajahnya dengan Arreya.     

Emma mengangguk saat mendengar Xion menyuruhnya memanggil para pelayan. Setelah memberi hormat kepada Pangeran Darius ia segera masuk kembali ke dalam.     

Tindakannya tampak wajar dan tidak mencurigakan, sehingga tidak ada yang menghentikannya, apalagi Emma adalah perempuan. Mereka cenderung tidak menganggap pelayan wanita sebagai orang yang patut dicurigai.     

Emma berjalan dengan tergesa-gesa masuk ke dalam gedung pelayan. Begitu ia melihat beberapa pelayan di ruang istirahat, ia segera menyuruh mereka keluar untuk membantu mencari keponakan Pangeran Darius.     

Saat para pelayan itu datang menemui rombongan Pangeran Darius, Emma segera mencari tempat persembunyian dan mengintai keadaan.     

Dadanya berdebar keras saat ia menyandarkan tubuhnya ke tembok dan menenangkan diri. Ternyata begitu sulit untuk tidak bertemu dan bicara dengan orang lain saat melakukan perjalanan ke masa lalu.     

Ia tidak mengira akan langsung bertemu ayahnya dan Pangeran Darius dalam waktu berdekatan. Ia tidak tahu bagaimana ia dapat bertahan jika nanti ia bertemu langsung dengan ibunya. Apalagi Arreya adalah seorang telemancer yang dapat membaca pikiran.     

Ia tak akan dapat menyembunyikan dirinya jika Arreya tidak sengaja membaca pikirannya dan mengetahui siapa dirinya.     

Emma mengintip dari balik pintu dan memastikan Xion dan para pelayan pergi bersama beberapa pengawal ke arah barat sementara Pangeran Darius dan dua pengawalnya berjalan menuju ke aula tempat pesta diadakan. Setelah memastikan bahwa tidak ada orang di halaman, Emma segera keluar dan berjalan menuju aula.     

'Tolong... tolong aku...'     

Langkahnya yang tergesa-gesa seketika terhenti ketika mendengar suara rintihan lemah yang entah datang dari mana.     

"Siapa di situ?" Emma terpaku dan mencoba mendengarkan baik-baik dari mana asalnya suara itu.     

'Tolong aku....'     

Jantungnya berdetak kencang saat ia mendengarkan dengan lebih baik dan menyadari bahwa suara itu adalah suara seorang anak laki-laki. Apakah ada anak yang sedang mengalami musibah di dekat sini?     

Apakah itu keponakan Pangeran Darius yang sedang ia cari?     

Siapa? Apakah Therius... Yared atau Heron?     

Emma menjadi ragu, apakah ia harus mencari asal suara itu. Ia pernah bertemu ketiganya di masa depan. Kalau sampai ia bertemu mereka di masa ini dan mereka mengingat dirinya saat bertemu ia kembali di masa depan... Emma takut ia akan mengubah masa depan.     

Ia tidak mau menyusahkan Xion yang telah begitu baik mau membawanya ke masa lalu hanya demi supaya ia dapat melihat orang tuanya untuk terakhir kalinya.     

Kalau sampai Emma membuat masa depan berubah... ia tidak tahu apa yang akan terjadi.     

'To... long...'     

Suara itu menjadi semakin lemah.     

"Kau di mana?" tanya Emma akhirnya.     

'Tolong aku...'     

Jantung Emma seolah berhenti berdetak ketika ia menyadari bahwa ternyata suara itu bukanlah suara manusia melainkan...     

suara panggilan menggunakan telemancy, dan orang yang meminta tolong itu tidak berada di dekat Emma sehingga ia tidak dapat mendengar pertanyaan Emma barusan.     

Itu pasti Therius!     

Di zaman ini hanya Therius seorang telemancer yang ada di istana raja, pikir Emma. Ia segera menjadi panik. Therius sekarang seharusnya berumur sekitar 7 atau 8 tahun. Ia masih kecil sekali... apa yang terjadi kepadanya?     

Tiba-tiba saja semua kekuatirannya mengubah masa depan menjadi tidak berarti. Apa pun yang terjadi ia tidak dapat membiarkan Therius mengalami musibah tanpa berbuat apa-apa. Ini sudah menyangkut nyawa.     

'Adik kecil, kau di mana? Beri tahu aku apa yang kau lihat?' tanya Emma kali ini dengan menggunakan telemancy.     

'Oh... tolong aku. Aku ada di gudang sayuran,'     

'Gudang sayuran?'     

Emma seketika teringat gudang sayuran tempat ia disekap oleh orang-orang Ratu Ygrit ketika mereka hendak mengancam ibunya. Tempat itu tidak jauh dari sini.     

'Tunggu aku. Aku akan segera datang.'     

Emma berjalan tergesa-gesa ke arah gudang yang dimaksud. Sebenarnya ia sangat ingin melesat terbang ke sana agar tiba lebih cepat, tetapi ada beberapa orang yang berjalan mendekat ke arahnya. Ia tidak mau menarik perhatian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.