Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Keadaan Yang Sangat Berbahaya



Keadaan Yang Sangat Berbahaya

0Para pengawal raja membawa Emma ke dalam travs besar milik raja dan ia dijaga oleh dua pengawal untuk memastikan ia tidak akan terbangun dan membuat keributan.     

Kendaraan itu segera terbang dan menghilang ke angkasa. Raja Cassius telah naik ke atas kereta pegasusnya yang megah dan ia memberi tanda agar Therius ikut naik bersamanya.     

"Lepaskan aku!" bentak Therius kepada kedua pengawal yang menahan tubuhnya. "Kalian bawa kemana Emma?"     

"Pangeran Licht. Kusarankan kau tidak membuat keributan di sini. Biarkan kami memeriksa apa yang terjadi. Kalau memang Emma sedang mengandung anakmu, maka hukuman untuknya akan ditunda. Kita harus menunggu bayi itu lahir," kata Raja Cassius dengan tegas. "Kita tak mungkin membiarkan keturunan keluarga raja mati bersama ibunya."     

"Kakek, Emma tidak bersalah. Ia hanyalah mage level tiga, aku ini mage level sepuluh. Walaupun ia adalah seorang telemancer, ia sangat tidak terlatih. Ia bukan ancaman. Ia sama sekali tidak mengendalikanku. Perasaanku kepadanya tulus. Aku memang mencintainya.." Therius berkali-kali memohon kepada kakeknya. "Kumohon, percayalah kepadaku..."     

Raja Cassius melambaikan tangannya dengan tidak sabar dan Ken segera mendorong Therius agar naik ke atas kereta. Ia lalu duduk di samping sang pangeran, dengan Sashi menjaga di sebelahnya lagi.     

Dengan diapit dua orang pengawal tangguh di kiri dan kanannya, Therius sama sekali tidak dapat berbuat banyak.     

Kusir kereta segera mengendalikan para pegasus untuk pergi dari area tersebut. Keenam pegasus yang menarik kereta raja menggerakkan sayap indah mereka bersama-sama, dan tidak lama kemudian kereta itu pun telah melayang ke angkasa, diikuti beberapa kereta lainnya dan pasukan pengawal yang mengendarai pegasus.     

"Tidak mungkin kau mencintai anak itu dengan demikian besarnya... kalian baru bertemu. Lagipula, laki-laki mana yang tidak mau memiliki dua istri? Saat tadi kau menolak menikahi Yldwyn, aku bisa melihat semua rencana Emma Stardust. Ternyata ia ingin menguasai Akkadia dengan menguasai dirimu. Sungguh licik seperti ibunya..." kata Raja Cassius dengan penuh kekesalan. Lagi-lagi ia menjadi diingatkan akan pengkhianatan Arreya.     

Mengapa ia sampai luluh dan menerima Emma menikah dengan cucu kesayangannya ini? Sungguh berbahaya membiarkan gadis itu menjadi ratu di Akkadia, mengingat sejarah pengkhianatan orang tuanya.     

Therius terdiam mendengar kata-kata kakeknya. Ia tidak dapat menjelaskan bahwa cintanya kepada Emma tulus dan telah berakar begitu lama. Ia juga sama sekali tidak tertarik memiliki dua istri karena ia tidak mencintai Yldwyn.     

Ia tidak membutuhkan banyak wanita demi tubuh mereka saja. Itu terlalu superfisial. Rasanya sia-sia ia hendak menjelaskan kepada kakeknya berbagai alasan mengapa Emma bukanlah seorang telemancer yang patut dicurigai.     

Ahh... Emma, kenapa kau berbohong dan mengaku sedang hamil? Dokter istana pasti akan segera mengetahui bahwa ia berbohong.     

Therius sadar mereka sama sekali tidak memiliki banyak waktu. Ia harus segera membunuh kakeknya dan mengakhiri semua ini.     

Ia menatap kakeknya agak lama, dalam hati meminta maaf karena ia lebih mencintai Emma daripada sang kakek. Ia akan menjadi cucu yang durhaka dengan membunuh kakeknya sendiri... tetapi Therius sadar, ia telah memilih Emma Stardust. Kesedihan gadis itu adalah kesedihannya. Dendam gadis itu, kini juga menjadi dendamnya.     

Therius hendak menyerang syaraf Raja Cassius secara diam-diam, tetapi tiba-tiba saja ia menyadari bahwa sang raja sedang mengalami pendarahan di jantungnya. Luka itu kecil, tetapi sangat dalam.     

Pemuda itu mengerutkan keningnya keheranan.     

Siapa yang melukai raja ?     

Perlahan ia menoleh ke belakang dan melihat kereta pegasus yang mengikuti mereka. Di kereta itu para pengawal raja menahan anak buahnya dan Xion.     

Apakah... Xion yang melakukannya?     

Therius melirik ke arah kakeknya dan berusaha mencari tahu seperti apa luka di jantung kakeknya. Apa yang kira-kira menjadi penyebab lukanya?     

Ah... ia benar-benar tak dapat menilainya dengan baik. Sungguh luar biasa, siapa pun orangnya yang melakukan itu. Ia tidak akan terdeteksi. Dalam hati Therius memuji kehebatan sahabatnya. Ia dapat menduga tadi Xion menghentikan waktu, melukai Raja Cassius dan kemudian menghadang serangan Joren dan Lora terhadap Emma.     

Kalau tidak ada Xion yang dapat bertindak di luar kecepatan manusia, tentu sekarang keadaan sudah sangat berbeda. Therius... dapat kehilangan Emma untuk selamanya.     

Ohh.. ia tak sanggup membayangkan hal itu. Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Emma, ia akan mengamuk dan membunuh semua orang yang bertanggung jawab. Biar pun ia harus menjadi pesakitan dan buruan semua mage di Akkadia, ia tidak peduli. Untuk apa ia menjadi raja Akkadia tanpa Emma di sisinya. Emmalah yang ia inginkan selama ini, bukan takhta.     

Rombongan raja tiba di kompleks istana raja dalam waktu tidak terlalu lama. Begitu mereka mendarat, Therius segera dibawa para pengawal raja masuk ke dalam istana dan dilarang bertemu dengan anak buahnya dan Xion.     

"Bawa Pangeran Licht ke Menara Merah. Jangan biarkan seorang pun menemuinya hingga aku mengizinkan," perintah Raja Cassius kepada para pengawalnya.     

"Yang Mulia... aku tidak disihir oleh Emma Stardust, pikiranku baik-baik saja. Kumohon, biarkan aku bertemu dengannya. Ia sedang mengandung anakku!" kata Therius berkali-kali. Namun, Raja Cassius tampak sangat lelah dan sakit. Ia tidak mau menghadapi keributan dan dengan lambaian tangannya memerintahkan pengawalnya membawa Therius pergi.     

"Pangeran Licht, biarkan dokter istana yang memeriksa kondisi Emma. Kalau memang ia sedang hamil, hukuman untuknya akan ditunda dan kau akan dapat bertemu dengannya setelah ia melahirkan anakmu, sebelum ia dihukum mati..." Raja Cassius memejamkan matanya dan memegang dadanya dengan ekspresi kesakitan. "Aku rasa nenekmu memang benar. Setelah kau lepas dari pengaruh Emma Stardust, kita akan melaksanakan pernikahanmu dengan Putri Ydlwyn. Itu adalah yang terbaik."     

"Kakek!!!"     

Sia-sia saja Therius memanggil Raja Cassius, laki-laki tua itu telah berjalan meninggalkan aula dan masuk ke dalam kediamannya. Sementara itu dua pengawal raja menarik paksa tangan Therius menuju Menara Merah. Mereka tetap memperlakukannya dengan hormat, tetapi keduanya tidak memberi kelonggaran kepada sang pangeran dan setengah menyeretnya pergi.     

Bagaimanapun, saat ini Raja Cassius masih hidup dan ia adalah majikan mereka. Perintahnyalah yang harus mereka turuti.     

Therius menoleh ke belakang dan menemukan kereta pegasus kedua telah mendarat dan para pengawal raja memaksa orang-orangnya dan Xion turun.     

Ugh... sial sekali. Di istana raja mereka tidak dapat menggunakan kekuatan mereka sama sekali. Therius tidak dapat berkomunikasi dengan Xion menggunakan telemancy. Ia juga tidak dapat mempengaruhi pikiran para penjaga untuk melepaskannya. Dan Xion tak dapat menghentikan waktu untuk membebaskan mereka semua dari tahanan raja.     

Oh... Emma. Apa yang terjadi dengan dirimu? Kemana mereka membawamu? Apakah kau baik-baik saja?     

Therius merasakan dadanya seolah dihimpit beban yang sangat berat. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi kepada Emma karena sekarang mereka semua ada di bawah kekuasaan Ratu Ygrit. Mereka tidak dapat menggunakan kekuatan mereka sama sekali.     

Mereka hanya akan dapat lolos jika Raja Cassius mati, dan Therius menjadi raja.     

Tetapi... kapan Raja Cassius akan mati? Luka di dadanya cukup dalam, tetapi sangat kecil... Apakah ia akan mati sebelum Ratu Ygrit dapat membunuh Emma?     

.     

Therius dibawa ke Menara Merah. Itu adalah menara yang terletak paling dekat dari kediaman raja dan dibuat untuk menahan orang-orang penting.     

Ia ingat bahwa dulu Putri Arreya dan suaminya, Jendral Kaoshin ditahan di sini setelah mereka berhasil ditangkap dan dibawa pulang ke Akkadia.     

Itu adalah saat terakhir mereka bersama, karena kemudian Kaoshin diadili dan dijatuhi hukuman mati yang kemudian berubah menjadi penjara seumur hidup dan Arreya tidak pernah bertemu lagi dengannya. Dua minggu yang lalu, ia akhirnya melihat suaminya kembali dalam keadaan sudah menjadi mayat.     

Sungguh menyedihkan. Therius membenci kisah cinta yang sedih dan kenyataan bahwa kadang-kadang memang cinta sejati sekalipun tidak berakhir bahagia.     

Ia tidak ingin mengalami hal serupa dengan apa yang dialami orang tua Emma. Apa pun yang terjadi, ia harus dapat menyelamatkan Emma dan hidup bersamanya selamanya.     

"Maafkan kami, Pangeran. Raja meminta kami tidak melepaskan Anda hingga ada perintah selanjutnya dari beliau." kata Ken dengan nada menyesal. Mereka membawa Therius ke puncak menara dan memasukkannya ke sebuah kamar besar yang berpengamanan ketat.     

Therius menatap Ken dan Asva yang hendak menutup pintu di belakang mereka. Suaranya terdengar bernada mengancam. "Ken.. aku akan segera menjadi raja. Kalau kalian tahu apa yang baik bagi kalian, sebaiknya kalian mulai sekarang menuruti perkataanku. Kalau sampai terjadi apa-apa terhadap Emma Stardust selama aku ada di kurungan ini, setelah aku naik takhta, aku tidak akan mengampuni kalian!"     

Ken tampak ragu-ragu. Ia sebenarnya tahu bahwa Pangeran Licht yang terkenal sangat tegas tidak akan memberi ancaman kosong. Hal ini membuat mereka menjadi berkonflik.     

Jika mereka menurutinya, maka sama saja dengan mereka melawan perintah raja. Tetapi, jika mereka melawan Pangeran Licht sekarang, nanti setelah ia naik takhta, ia pasti akan membalas dendam kepada mereka.     

Akhirnya Ken hanya dapat menarik napas panjang. "Pangeran, aku akan memastikan Putri Emma Stardust tidak apa-apa. Kalau ia memang mengandung anak Yang Mulia, aku yakin Raja Cassius akan melindunginya hingga beliau melahirkan."     

Setelah berkata demikian, ia lalu menutup pintu dan menguncinya. Begitu pintu tertutup, Therius segera meninju tembok dengan kemarahan besar.     

Emma tidak mengandung... maka tentu kebohongannya akan segera terbongkar. Therius tak dapat membayangkan apa yang akan menimpa Emma jika mereka mengetahui kebohongannya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.