Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Kejutan



Kejutan

0Namun, Emma tidak akan mengatakan apa pun kepada mereka. Gadis itu hanya tersenyum dan mengangguk, "Terima kasih. Dia akan senang kalau tahu kalian berpikir seperti itu tentang dia."     

"Apa pekerjaannya? Dari tah kau belum bilang," tanya Sfell lagi. Ia terlihat sangat ingin tahu.     

"Juga, kalau dia dulu bersekolah di sini sebelas tahun yang lalu .. itu berarti dia seangkatan dengan .... Aeron!" Miri tiba-tiba berseru. "Astaga ... kau kenal dengan orang yang satu sekolah dengan Aeron dan pernah menghirup udara yang sama dengannya selama tiga tahun penuh! Wahhh.. beruntung sekali!!!!"     

Emma tiba-tiba cegukan saat mendengar seruan antusias Miri. Ya benar juga. Emma lupa bahwa gadis-gadis di Akkadia semuanya tergila-gila kepada Aeron.     

"Oh, ya ampuuun! Itu benar! Kekasih Lee seangkatan dengan Aeron!"     

"Aeron pernah belajar di sini sebelas tahun yang lalu ... !!"     

"Dia itu herbomancer yang paling seksi. Aku sering melihat pertunjukannya online. Dia akan menggunakan herbomancy untuk membuat para gadis menjadi tergila-gila... Ia akan menurunkan hujan bunga... wow!!"     

"Oh, aku berharap suatu hari nanti aku akan bisa melihatnya tampil live. Setidaknya sekali saja seumur hidup ..."     

Sekarang, semua gadis bertingkah seperti para murid pria saat mereka melihat Ylsa di video barusan. Samu dan teman-temannya semua menyilangkan tangan di dada mereka dan memutar mata. Ternyata, siswa laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, bukan?     

"Aeron oke sih," Emma mengangguk. "Suaranya bagus. Aku mengerti kenapa kalian menyukainya."     

"Tidak, aku tidak suka. AKU MENCINTAI AERON!"     

"Tunggu, apakah ini artinya, kau sudah pernah bertemu Aeron secara langsung? Atau kau sudah menonton pertunjukannya secara langsung?"     

Emma tertawa kecil melihat antusiasme mereka. Ia mengangguk dan tersenyum tipis. Hal ini membuatnya teringat Nadya dan Mary di sekolahnya yang lama ketika mereka sedang bergosip tentang selebriti dan para murid laki-laki tampan di sekolah.     

Di mana-mana perempuan memang sama saja, tidak peduli dari planet mana mereka berasal. Peristiwa hari ini membawa kembali begitu banyak kenangan indah yang Emma miliki tentang kehidupan lamanya di bumi.     

Sekarang, ia juga merindukan teman-teman perempuannya dari SMA St. Catherine.     

Ahh... seketika membuat perasaannya menjadi terenyuh. Dengan sabar Emma menjawab semua pertanyaan penuh semangat dari gadis-gadis di sekitarnya.     

Ia memutuskan untuk mengakui bahwa ia memang pernah menonton pertunjukan Aeron secara langsung dan bertemu dengannya.     

"Ya, aku pernah melihatnya tampil di Festival Tiga Bulan Api di kotaraja. Ia sangat berbakat," kata Emma. "Aku juga pernah bertemu dengannya secara langsung. Kekasihku mengenalnya saat mereka sekolah bersama."     

"Ya Tuhan ... kau sangat, sangat beruntung. Aku sangat iri kepadamu." Seorang gadis hampir menangis. saat mendengar Emma pernah bertemu Aeron "Apakah ada kemungkinan kau juga bisa memperkenalkan kami kepada Aeron?"     

"Astaga ... kenapa kau menangis? Kau baik-baik saja?" Emma kaget melihat gadis itu menangis. Astaga .. gadis-gadis ini terlalu berlebihan, pikirnya.     

"Aku akan baik-baik saja kalau kau bisa mengenalkan aku kepada Aeron ... hiks..."     

TOK TOK     

Sebelum Emma sempat menjawab, dua ketukan di pintu mengalihkan perhatian mereka dari topik tentang Aeron. Mereka semua menoleh ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang. Hanya Emma yang masih memperhatikan gadis yang menangis barusan.     

Para siswa di dalam ruang film saling bertukar pandang. Rasanya semua siswa dari Kelas-B ada di dalam ruangan ini. Jadi, siapa yang datang dan mengetuk pintu itu?     

Apakah itu Marci? Tapi tadi Marci bilang ia akan menunggu mereka di aula ...     

Loran? Mungkin saja dia.     

Samu memutuskan untuk bangkit dari kursinya dan membuka pintu. Mereka bisa melihat pertugas perpustakaan di dekat pintu. Tampak senyum lebar menghiasi wajahnya.     

Di belakangnya ada seorang laki-laki tinggi dan tampan dengan rambut berwarna platinum dan mata biru topaz, yang terlihat sangat mirip dengan Emma, ​​menjulurkan kepalanya untuk melihat ke dalam ruang film.     

"Nona Lee Wolfland? Ada yang datang di sini mencarimu," kata petugas perpustakaan itu dengan senyum lebar. Setelah ia berbicara, Therius masuk ke dalam dan tersenyum.     

"Lee.. apakah itu kakakmu?" Miri menjawil Emma ketika dia melihat pria itu. Gadis itu segera berbalik menuju pintu dan ia langsung kaget melihat kehadiran Therius.     

Astaga.. bukankah Therius seharusnya berada di kotaraja? Apa yang ia lakukan disini?     

Emma baru saja berbicara dengannya tadi malam ... bagaimana dia bisa datang ke sini tiba-tiba?     

Senyuman indah menghiasi wajah gadis itu saat dia bangkit dan berjalan ke pintu. Teman-teman sekelasnya tercengang ketika mendengar dia berkata, "Tidak. Itu pacarku."     

Mereka semua tercengang. Bukankah Emma baru saja mengatakan bahwa pacarnya bekerja di ibu kota. Dari sana ke sini jaraknya jauuuuh sekali. Ia baru saja di sini beberapa hari yang lalu untuk mengantar Lee dan sekarang ia datang ke sini lagi ???     

Oh ... sungguh gadis yang beruntung memiliki pacar yang begitu menyayanginya! Laki-laki itu sampai datang jauh-jauh dari ibukota.     

Hal lain yang mengejutkan mereka adalah, tentu saja, kesamaan penampilan Emma dan Therius. Mereka awalnya mengira pria itu adalah saudara laki-lakinya karena mereka sangat mirip.     

Lalu, kalau mereka tidak berhubungan darah tetapi masih terlihat mirip .. bukankah ini berarti mereka adalah pasangan Avena?     

Sekali lagi, sangat beruntung!     

Andai saja mereka tahu bahwa hidup Emma jauh dari keberuntungan, mereka tidak akan menganggapnya seperti itu. Namun, mereka hanya melihat dari luar dan pada saat itu mereka semua mengira Emma memiliki kehidupan yang begitu baik.     

Emma telah bertemu belahan jiwanya, laki-laki yang ditakdirkan bersamanya, dan pria itu mengenal Aeron secara pribadi. Fakta ketiga saja sudah cukup untuk membuat semua gadis iri kepada Emma.     

"Apa yang kau lakukan di sini?" Emma bertanya kepada Therius dengan ekspresi malu-malu. Saat itu, Therius merasa Emma terlihat sangat menggemaskan.     

Dia bisa melihat bahwa kejutannya berhasil!     

Emma tidak menyangka akan melihatnya di akademi hanya beberapa jam setelah mereka berbicara tadi malam.     

Therius memang berjanji untuk datang ke Innstad dan mengunjungi Emma, ​​tetapi rencananya dia datang pada akhir pekan. Seharusnya ia baru datang empat hari lagi.     

Melihat senyum Emma yang bahagia dan tampak terkejut membuat Therius berharap saat itu kalau ia adalah Xion. Kalau ia adalah Time Master, ia akan membekukan waktu dan menciumi Emma sepuasnya.     

Namun, pria itu hanya bisa tersenyum dan berkata, "Aku merindukanmu."     

"Aww ...."     

Semua gadis di ruang film menghela nafas panjang bersama. Mereka terpesona melihat curahan kasih sayang yang begitu jelas di hadapan mereka.     

Sebagian besar murid laki-laki membuang muka dan berpura-pura tidak melihat pemandangan yang membuat teman perempuan mereka terkesan.     

"Maksudku ..." Emma kehilangan kata-kata. Ia tidak pernah bermimpi akan dapat melihat suaminya datang tiba-tiba mengunjunginya. "Aku tahu itu, tapi ... bukankah kotaraja sangat jauh dari sini? Belum lagi ... aku tahu kau sangat sibuk ..."     

'Aku akhirnya memutuskan untuk memanfaatkan posisiku sebagai raja,' kata Therius kepada Emma dengan telemancy. 'Aku mungkin bukan Space Master, tetapi aku bisa memanfaatkan Dragonite untuk datang ke sini dan menghabiskan waktu bersamamu sebelum aku kembali bekerja.'     

Sekarang, Emma benar-benar tercengang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.