Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Piknik Di Merridell (1)



Piknik Di Merridell (1)

0Emma berjalan mengitari bunga bangkai dan memperhatikannya dengan baik. Ahh... bunga ini memang bau sekali dan kebetulan sedang dalam proses menuju mekar. Ia merasa beruntung dapat menyaksikannya seperti ini.     

Bahkan, saat ia masih berada di bumi, ia tidak pernah mendapatkan kesempatan melihat bunga bangkai mekar karena bunga ini termasuk tanaman yang sangat langka. Hanya ada beberapa tempat yang memilikinya dan mereka pun hanya mekar empat puluh tahun sekali.     

Ahhh... mungkin memang situasi di Akkadia yang memiliki udara yang kaya dan lebih sehat dan lingkungan yang jauh lebih sehat daripada bumi memberi pengaruh seperti itu terhadap makhluk hidupnya.     

Emma melihat orang-orang Akkadia rata-rata memiliki tubuh lebih besar dan lebih sehat daripada orang-orang bumi. Bahkan, Haoran yang dulu terbaring koma sempat mengalami proses pemulihan pada otaknya, menurut Dokter Salas.     

Ah, kau salah, Emma, kata gadis itu kepada dirinya sendiri. Yang terjadi pada Haoran bukanlah pemulihan, melainkan percikan sebelum apinya padam. Terbukti, Haoran malah menghembuskan napas terakhirnya setelah ia terlihat seolah mengalami kemajuan dalam proses penyembuhannya.     

"Ayo kita ke tempat lain," kata Emma sambil menarik tangan Therius. Ia tidak ingin berlama-lama diingatkan akan kenangan saat ia masih hidup di bumi dan terutama akan Haoran. Ia tak ingin menjadi sedih di depan Therius karena lelaki lain. Bagaimanapun pemuda itu sekarang adalah suaminya.     

Nanti, kalau ia sudah sendirian, Emma dapat memikirkan apa pun sepuasnya. Therius dengan senang hati mengajak Emma berjalan kembali ke halte tram dan menunggu tram berikutnya untuk melanjutkan perjalanan mereka ke halte pemberhentian kedua.     

Mereka kembali bertemu beberapa pengunjung yang tadi satu tram dengan mereka dan berhenti di halte pertama. Orang-orang itu masih memperhatikan kemesraan di antara pasangan ini dengan pandangan iri.     

'Di mana bagian taman yang tidak terlalu banyak dikunjungi orang?' tanya Emma kepada Therius dengan menggunakan telemancy.     

'Hmm.. kurasa, bagian taman yang paling jauh. Halte 51. Dari sana perjalanan akan kembali ke arah sini dengan mengambil jalur melingkar dan melanjutkan ke halte 52, 53, dan seterusnya. Perjalanan ke sana membutuhkan waktu satu jam dengan tram ini.' Therius menjelaskan.     

'Kalau begitu aku mau ke Halte 51. Aku ingin melihat bagian terjauh dari taman ini.'     

'Baiklah. Nanti kita bisa berhenti di Halte 30 dan pindah naik tram berwarna biru untuk melanjutkan ke ujung.'     

Emma sangat senang Therius membawanya ke Merridell. Ia merasa suaminya itu telah sangat mengenalnya dan tahu hal apa yang akan membuatnya senang. Sesungguhnya, Emma merasa sangat terhibur karena dapat menghabiskan waktu bersama Therius selama dua hari berdua saja dengan menikmati pemandangan cantik di tempat yang sangat ia sukai.     

Kecintaan Emma pada alam dan berbagai tanaman membuat Merridell menjadi tempat kencan yang sangat sempurna bagi mereka berdua.     

Kalau dipikir-pikir, sebelum mereka menikah, Therius dan Emma tidak pernah benar-benar pergi kencan seperti pasangan pada umumnya.     

Mereka mengawali hubungan sebagai musuh dan kemudian terikat perjanjian untuk berpura-pura menjadi tunangan selama lima tahun demi memuluskan rencana Therius untuk naik takhta, dan nanti kalau Emma tidak berhasil mengalahkan Therius, maka ia harus bersedia menikah dengannya.     

Siapa nyana, dalam waktu setahun telah terjadi begitu banyak hal dan kini keduanya telah menikah. Takdir memang tidak dapat diprediksi sama sekali.     

Kalau Emma bertanya kepada dirinya sendiri, apakah ia bahagia dengan hidupnya sekarang? Ia akan menjawab bahwa terlepas dari semua kemalangan dan tragedi yang menimpanya, ia merasa bersyukur karena ia memiliki orang-orang yang sangat menyayanginya.     

Walapun sebagian dari orang-orang terkasihnya itu kini telah tiada, bagi Emma, mereka akan selalu memiliki tempat di hatinya.     

Tanpa sadar, ia menaruh tangannya di paha Therius yang duduk di sampingnya. Emma bersyukur memiliki Therius di hidupnya, yang mencintainya begitu dalam dan tidak pernah sekalipun alpa menunjukkan rasa cintanya kepada Emma.     

Therius yang sedang memperhatikan pemandangan pohon-pohon raksasa yang berwarna kemerahan di sebelah kiri mereka seketika tertegun saat merasakan tangan Emma menyentuh pahanya.     

Ia lalu tersenyum tipis dan tanpa menoleh ia menaruh tangannya di atas tangan Emma, lalu menggenggamnya dengan lembut. Mereka berpegangan tangan di sepanjang perjalanan menuju Halte 25. Pemandangan terasa jauh lebih indah dan cuaca sejuk di dalam kebun raya saat mereka berdua seperti ini.     

"Kau akan suka bagian di area 51," kata Therius saat mereka berjalan turun dari tram di halte 25. "Di ujungnya ada danau besar yang dipenuhi banyak burung air. Danau itu adalah batas terakhir Merridell. Setelah itu areanya menjadi hutan liar yang dijaga oleh ranger dan memiliki banyak hewan liar yang dibiarkan hidup bebas."     

"Oh ya? Ada hutan di dekat kota seperti ini? Apakah hewan-hewannya tidak akan masuk ke kota?" tanya Emma keheranan.     

"Tidak. Daerah hutannya diberi pembatas elektronik sehingga manusia yang tidak memiliki kepentingan atau wewenang tidak boleh masuk ke sana. Hewan-hewan di sana hidup damai seperti di habitat alam mereka seperti biasa," kata Therius. "Di dekat danau itu ada lembah yang mirip seperti lembah di Daneria yang kita kunjungi. Ada ribuan jenis bunga yang berwarna-warni. Kau pasti akan suka."     

Sepasang mata topaz Emma berbinar-binar gembira. Ia melihat ada kedai makanan di dekat halte 25 dan segera menunjuk ke arah sana. "Bagaimana kalau kita piknik? Kita tidak usah makan di restoran. Kita beli makanan dan minuman dari sini, lalu kita makan siang sambil piknik di sana? Pasti tempatnya indah sekali."     

Therius mengangguk. Ia suka dengan rencana Emma. Tentu akan sangat menyenangkan bisa menghabiskan waktu seharian di tempat cantik seperti itu bersama wanita yang ia cintai. Ahhh.. ia semakin tergoda untuk meminta Emma membatalkan keinginannya untuk bersekolah.     

Ahem.. Ia menguatkan hatinya dan membuang jauh-jauh keinginan itu. Baiklah. Ia pasti bisa menjalani hubungan jarak jauh selama tiga tahun ke depan. Ia akan mengunjungi Emma setiap akhir pekan dan menghabiskan waktu bersamanya di Innstad.     

Lebih baik seperti itu daripada Emma yang bolak-balik ke ibukota. Ia pasti akan kelelahan. Therius bisa dengan mudah menggunakan pesawat pribadinya dan menemui Emma sesering yang ia inginkan.     

Mereka membeli satu kantong besar berisi sebotol wine, makanan dalam kotak dan perlengkapan piknik lainnya, serta buah-buahan dan selimut piknik yang cantik.     

"Tram yang berwarna merah akan menyusuri Merridell ke arah Barat dan tram biru akan menyusuri arah Timur. Kita akan naik yang biru," kata Therius.     

Emma mengangguk mengerti. Ia dan Therius kembali naik tram dan menikmati pemandangan cantik di rute yang mereka lewati. Para penumpang yang lain naik dan turun di berbagai halte yang dilewati tram biru, tetapi hanya mereka yang terus naik sampai ke halte paling ujung.     

Saat mereka turun, tidak ada penumpang lain, hanya ada mereka berdua.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.