Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Persiapan Ke Akademi



Persiapan Ke Akademi

0"Kurasa, kalau Yang Mulia mengeluarkan semua kemampuan Anda, tidak mungkin Anda tidak menarik perhatian," kata Atila sambil mendesah. "Lima kemampuan sekaligus... itu adalah rekor yang sebelumnya hanya dimiliki Putri Arreya yang legendaris itu. Yang Mulia cukup mirip dengan beliau. Orang-orang di akademi akan menghubung-hubungkan kalian kalau kekuatan Anda juga banyak seperti beliau."     

Hingga kini, bahkan Atila tidak mengetahui bahwa Emma juga seorang telemancer seperti ibunya, sehingga Emma sebenarnya memiliki enam kekuatan, bukan lima. Emma mengikuti langkah Therius yang menyembunyikan kemampuannya sebagai telemancer agar tidak membuat orang-orang takut atau benci kepadanya.     

"Aku tahu," kata Emma. "Makanya aku hanya akan memilih menunjukkan satu kekuatan saja."     

"Hmm... Yang Mulia punya beberapa kekuatan yang offensive, seperti pyromancer dan electromancer. Anda bisa menggunakan itu untuk mendapatkan sikap hormat orang-orang," kata Atila memberikan pertimbangannya. "Atau Anda bisa mengeluarkan herbomancy saja, dan membuat orang-orang menganggap Anda lemah."     

"Hmmm... bisa juga," kata Emma. Ia tahu herbomancer adalah jenis mage yang paling dianggap enteng oleh orang-orang, tetapi ia tahu pasti bahwa ayahnya bukanlah orang lemah. Ia adalah herbomancer terkuat di Akkadia dan pernah bertarung melawan mage dengan kekuatan offensive lainnya seperti electromancer dan pyromancer dan menang dari mereka. Ia menatap Atila sambil tersenyum. "Aku akan menjadi seorang herbomancer."     

Atila mengangguk puas. "Rasanya itu hal yang tepat untuk dilakukan."     

***     

Ketika Emma memberi tahu Therius tentang rencananya di akademi, sang raja mengangguk puas. Ia setuju jika Emma tidak terlalu menarik perhatian selama ia berada di akademi. Biarlah orang-orang mengagumi Emma Stardust, sang ratu Akkadia sebagai multiple-element mage. Di akademi, akan lebih baik jika orang-orang tidak tahu ia memiliki banyak kekuatan sekaligus.     

Akan sulit menyembunyikan identitasnya sebagai anak perempuan Putri Arreya jika orang-orang tahu Emma memiliki lima bahkan enam kekuatan sekaligus.     

"Bagaimana makan siangmu tadi dengan Aeron?" tanya Emma kepada Therius sebelum mereka tidur malam itu.     

"Hmm... baik-baik saja. Kami bertukar kabar. Ia masih sulit percaya bahwa aku adalah Therius, teman sekolahnya dulu," kata Therius sambil tersenyum.     

"Aku yakin siapa pun pasti akan kaget," kata Emma membenarkan. "Kuharap kau bisa meluangkan waktu sesekali untuk bertemu teman lama dan tidak selalu menyibukkan diri dengan urusan kerajaan."     

Therius mengerti apa yang dimaksud Emma. Ia memang tidak punya teman, dan hidupnya nanti setelah Emma pergi ke akademi akan terasa sangat sepi. Ia tahu Emma ingin ia mengisi hidupnya dengan teman-teman baru. Tapi... bagaimana bisa? Therius bukan orang yang mudah berteman.     

Apalagi sekarang dengan kedudukannya sebagai raja. Akan jauh lebih susah baginya untuk mendapatkan orang-orang yang tulus kepadanya, tanpa menginginkan sesuatu atau memandang kedudukannya.     

Ia merasa, bagi orang seperti dirinya, mencari teman baru di saat seperti ini sudah terlambat. Ahh... ia hanya berharap Emma sering pulang dan bisa menghabiskan waktu bersamanya di akhir pekan.     

"Kau tidak usah memikirkan aku," kata Therius sambil menepuk-nepuk tangan Emma dengan lembut. "Aku akan baik-baik saja. Urusan kerajaan sudah membuatku sangat sibuk. Aku tidak punya waktu untuk hal yang lain."     

"..."     

"Aku serius. Kau yang harus bergaul dengan teman-teman baru di akademi. Kurasa penyamaranmu sekarang sangat bagus. Kalau kau mengaku sebagai orang biasa dengan kemampuan yang biasa juga, maka kau akan dapat memilah mana orang yang ingin berteman denganmu karena dirimu sendiri, dan mana yang hanya menginginkan sesuatu darimu," kata Therius, menasihati Emma. "Teman sejati yang kau peroleh di masa muda, biasanya akan bertahan seumur hidup."     

"Baiklah," kata Emma. Ia membuka tabletnya dan meneliti sesuatu. "Aku akan ke akademi minggu depan. Kita hanya punya waktu seminggu."     

Therius berusaha menahan desahan sedihnya ketika mendengar bahwa sebentar lagi Emma akan pergi. Ia melingkarkan lengannnya ke pinggang gadis itu dan memeluknya.     

"Hmmm... aku akan sangat merindukanmu," katanya sambil mencium tengkuk gadis itu. Napas Therius yang hangat di kulit Emma membuatnya kegelian.     

"Kalau kau merindukanku, kau bisa mengunjungiku ke akademi," kata Emma sambil tersenyum. "Kau bisa datang sebagai Therius Moria."     

"Hmm... kau benar juga," kata Therius sambil mengigit pelan leher Emma di bagian belakang. "Aku akan datang sesering yang aku bisa. Aku pun akan mengantarmu ke akademi minggu depan untuk memastikan semuanya baik-baik saja."     

Emma menoleh ke arah Therius dan menggeleng, "Kurasa tidak perlu. Aku didampingi oleh Atila yang akan bekerja sebagai dokter di klinik akademi. Kau banyak pekerjaan."     

Therius tertawa kecil mendengar kata-kata Emma. "Aku ini raja. Tentu saja aku akan dengan mudah mendelegasikan beberapa pekerjaan kepada para mentriku. Buat apa jadi raja kalau mengantar istriku ke akademi saja aku tidak bisa?"     

"Baiklah," kata Emma. "Kau bisa mengantarku. Aku akan sangat senang."     

Therius menyentuh dagu Emma dan mendekatkan wajahnya, lalu mencium bibir gadis itu dengan mesra. Sementara itu tangannya telah bergerilya ke balik pakaian sang istri.     

"Hmm... kita hanya punya waktu satu minggu bersama..." bisik Therius kemudian sambil melepaskan pakaian Emma satu persatu. Emma hanya tersenyum dengan pipi bersemu merah ketika Therius telah berhasil melucuti pakaiannya dengan cepat dan kini telah melepaskan pakaiannya sendiri.     

Tidak lama kemudian sepasang insan muda itu telah kembali hanyut dalam permainan cinta penuh kemesraan yang berlangsung berjam-jam. Suara desahan seksi dan aroma percintaan memenuhi kamar sang raja dan ratu semalaman.     

Therius benar-benar tidak ingin melewatkan kesempatan bercinta dengan istrinya selama Emma belum berangkat ke akademi. Setelah Emma mulai masuk sekolah, mereka akan hidup sebagai pasangan yang berhubungan jarak jauh selama tiga tahun.     

Ahhh.. seandainya ia ingin egois, Therius akan memiliih agar Emma tidak usah ke akademi, melainkan tinggal bersamanya setiap saat. Namun, ia mengerti bahwa Emma masih sangat muda dan perlu melihat dunia dengan lebih luas.     

Ia juga perlu bergaul dengan orang-orang seusianya dan berteman. Ia tidak ingin Emma merasa kesepian seperti dirinya. Selain itu, Emma juga memiliki sangat banyak potensi dengan kekuatannya. Ia harus melatihnya di bawah bimbingan guru-buru terbaik di akademi.     

Therius mungkin akan dapat mengajarinya telemancy dan pyromancy, tetapi ia tidak akan memiliki cukup waktu untuk melakukannya sehingga apa yang Emma pelajari darinya tidak akan maksimal.     

Seperti yang dulu pernah ia katakan, Therius menyukai wanita yang kuat. Ia terpesona oleh Emma pertama kali adalah karena gadis itu sangat kuat. Ia ingin Emma menjadi mage tangguh yang dapat melindungi dirinya sendiri dan juga orang-orang yang penting baginya.     

"Aku sangat mencintaimu," bisik Therius saat mereka menyudahi percintaan panas mereka malam itu. "Aku pasti akan sangat merindukanmu saat kau tidak ada. Aku akan menyibukkan diri dengan pekerjaan."     

"Aku juga akan merindukanmu," balas Emma.     

Wajah Therius tampak berbinar-binar ketika ia mendengar penyataan dari istrinya. Ah, rasanya bahagia sekali saat mengetahui bahwa Emma akan merindukannya selama ia ada di akademi.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.