Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Aeron Iri



Aeron Iri

0"The...Therius?" Aeron memanggil nama sang raja dengan wajah terpukau. Ia masih tak percaya pada penglihatannya sendiri.     

Therius hanya mengangguk ringan kepada sang penyanyi.     

"Aeron," katanya dengan suara kalem. Walaupun ia tidak menunjukkannya di permukaan, tetapi sebenarnya     

Therius merasa sangat geli melihat Aeron tampak seolah tak dapat berkata-kata. Ia mengerti temannya itu pasti sangat kebingungan. Bagaimana mungkin Therius Moria yang dikenalnya selama bertahun-tahun di akademi adalah pangeran Licht Wolfland yang sekarang menjadi Raja Licht Wolfland.     

Ahh... kalau sampai teman-teman sekolah mereka mengetahui hal ini, pasti akan sangat heboh. Bayangkan... raja Akkadia sendiri... ternyata dulu pernah bergaul bersama mereka di sekolah yang sama.     

"Kenapa?" tanya Aeron dengan suara ragu-ragu.Ia hendak menanyakan kenapa Therius menyembunyikan identitasnya dulu semasa bersekolah di akademi, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya. Ia masih terlalu shock.     

"Maksudmu kenapa aku menggunakan identitas lain?" tanya Therius, mewakili isi hati Aeron. Pemuda itu mengangguk. Therius mengangkat bahu. "Karena, kalau aku menggunakan identitasku yang sebenarnya, kalian akan memperlakukanku secara berbeda. Aku tidak menyukainya. Lagipula, kau tahu sendiri bahwa keluarga raja sangat tertutup. Aku tidak ingin privasiku diganggu kalau orang-orang tahu aku sekolah di akademi."     

Aeron akhirnya mengangguk paham. Ia dapat mengerti maksud Therius. Bahkan tanpa identitasnya sebagai pangeran putra mahkota, Therius sangat populer di akademi, terutama di antara para siswa perempuan.     

'Wahh, sayang sekali, Lady Aderra tidak tahu Therius adalah putra mahkota Akkadia. Padahal ia sangat mencintai Therius.' pikir Aeron dalam hati. 'Ia terpaksa memutuskan hubungan karena orang tuanya hanya menginginkan ia menikah dengan bangsawan.'     

Emma mengerutkan keningnya saat membaca pikiran Aeron dan mendengar nama gadis lain. Ia menoleh ke arah Therius dan menyipitkan matanya.     

'Siapa itu Lady Aderra?' tanyanya dengan nada suara datar. 'Kau pernah punya berapa kekasih di akademi?'     

"Eh...?" Therius menatap Emma keheranan. Ia lalu menatap Aeron dan segera menyadari apa yang terjadi. Ahhh.. sial. Rupanya mantan teman sekolahnya ini sedang memikirkan berbagai nama gadis yang dulu pernah mengejar-ngejar Therius semasa di akademi.     

Lady Aderra, Lady Miriam, ada juga si cantik Lodina... dan beberapa nama lainnya. Therius pernah bermain-main dengan mereka karena bagaimanapun ia adalah lelaki normal.     

Walaupun ia bukan playboy seperti Aeron dan tidak pandai menghadapi wanita, tetapi gadis-gadis itu tidak pernah surut mengejarnya, dan kucing mana sih yang menolak ikan?     

Tetapi, sungguh, tidak ada satu pun yang mengisi hatinya seperti Emma. Ia bahkan tidak mengingat mereka sama sekali setelah keluar dari akademi.     

Ia terlalu disibukkan dengan politik dan bagaimana ia dapat mengamankan kedudukannya sebagai calon raja. Lagipula, sebelum ia bertemu Emma, ia telah berpikir untuk menikahi Yldwyn dari Terren.     

"Ada apa, Yang Mulia?" tanya Aeron keheranan karena mendengar Therius mengucapkan 'eh,' Ia mengira sang raja mengajaknya bicara.     

"Suamiku hanya bertanya-tanya apakah kau masih berhubungan dengan teman-teman dari akademi," kata Emma dengan cepat. Ia mencubit tangan Therius diam-diam di bawah meja. "Seperti.. mm, Lady Adera dan Lady Miriam. Apakah kau tahu bagaimana kabar mereka sekarang?"     

Therius seolah merasakan jantungnya hampir copot saat mendengar ucapan Emma. Duh, memang tidak enak punya istri seorang telemancer. Ia dapat dengan mudah mengetahui semua rahasia dari orang lain.     

Ia seketika menyesal telah mengundang Aeron datang. Emma dapat mengetahui semua tentang masa lalunya. Walaupun ia tidak pernah memiliki kekasih serius, Therius bukan lelaki perjaka yang tidak pernah tidur dengan wanita. Ia tentu saja memiliki sejarahnya sendiri.     

Ugh... memang Xion adalah teman terbaik. Ia adalah mage yang sangat kuat sehingga mustahil bagi Emma untuk menembus pikirannya dan membaca isi hatinya. Sungguh Aeron ini tidak berguna. Ia hanya dapat menggoda wanita.     

'Semua itu sebelum aku bertemu denganmu,' kata Therius dengan nada putus asa. Rasanya ia ingin segera membanting Aeron ke lantai dengan aeromancy dan membuatnya gegar otak agar kehilangan ingatannya.     

Aeron memandang ke sekelilingnya dan bicara dengan suara berbisik. "Sesungguhnya aku melihat Lady Aderra datang ke pesta ini bersama orang tuanya. Baru-baru ini keluarga mereka mendapatkan kehormatan dan pindah ke ibukota. Makanya mereka bisa menghadiri pesta ulang tahun baginda."     

"Oh.. benarkah?" tanya Emma dengan suara renyah. Ia melirik ke arah Therius dan hampir tertawa melihat ekspresi suaminya. "Kurasa kita perlu bertemu dengan keluarga Lady Aderra."     

Ia hanya bercanda. Ia tidak benar-benar serius ingin membuat Therius merasa tidak nyaman. Karena ini adalah hari ulang tahun suaminya, Emma merasa perlu mengerjainya sedikit.     

Lagipula, kalau sampai Therius mengakui identitasnya kepada teman-teman sekolahnya dulu di akademi, orang-orang akan tahu bahwa keluarga kerajaan ada yang bersekolah di sana dengan menggunakan identitas lain, sama seperti Putri Arreya dulu. Hal ini akan buruk bagi Emma sendiri jika ia ingin masuk ke akademi dengan menyamar, karena bisa jadi orang-orang juga akan mencurigainya.     

Therius menghela napas mendengar kata-kata Emma. "Itu sudah lama sekali. Waktu itu aku masih muda."     

Emma mengangguk dan akhirnya tersenyum lebar. "Aku tahu. Aku hanya mengerjaimu."     

Seketika, Therius menjadi tertegun melihat senyuman lebar di wajah istrinya. Ia hampir tak peraya pada penglihatannya sendiri. Benarkah Emma memang sudah bisa bercanda seperti ini? Ia bahkan tersenyum lebar.     

Therius ingat betapa Emma bersedih selama berbulan-bulan dan hampir tidak pernah tersenyum lepas. Kini ia tampak begitu ringan dan murah senyum. Ah... Therius sangat senang. Mungkin ini memang tandanya Emma pelan-pelan sudah mulai pulih dari rasa sedihnya.     

Sang raja menggenggam tangan Emma dan meremasnya lembut.     

"Kau membuatku kaget," katanya jujur.     

Emma hanya mengangkat bahu. "Aku tahu itu semua di masa lalu. Yang penting kau sekarang bersamaku."     

Kata-kata Emma membuat Therius sendiri teringat bahwa Haoran juga merupakan bagian dari masa lalu. Yang penting sekarang Emma bersamanya. Bukankah kehidupan Emma bersama Haoran turut membentuk kepribadian Emma menjadi seperti sekarang ini?     

Ia harus berhenti cemburu diam-diam kepada Haoran dan mulai merasa tenang dengan hubungan mereka. Haoran sudah tidak ada.     

Sepasang mata topazny berkilauan saat Therius menampilkan senyum lebarnya yang jarang itu dan menunjukkan sepasang lesung pipi di wajahnya.     

Pemandangan di depannya membuat Aeron terkesima sekaligus iri. Ahh.. ia benar-benar iri kepada Therius, oh namanya sekarang adalah Raja Licht Wolfland. Aeron bisa mendapatkan gadis mana saja yang ia inginkan selama ini, tetapi ia belum pernah jatuh cinta.     

Kadang-kadang hal itu membuatnya penasaran. Selama ini, ia hanya dapat mengagumi kisah cinta orang lain dan menuliskannya menjadi lagu yang menyentuh. Namun, ia sendiri belum pernah merasakan seperti apa jatuh cinta itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.