Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Pagi Hari Sang Pengantin Baru



Pagi Hari Sang Pengantin Baru

0Mereka berpelukan erat dengan dada berdebar kencang dan napas memburu, sambil memejamkan mata. Ini adalah hari paling membahagiakan dalam hidup Therius. Mulai hari ini, hidupnya lengkap. Ia tidak menginginkan apa pun lagi di dunia ini.     

Ahh... mungkin kalau waktunya sudah tepat, ia ingin memiliki anak-anak bersama Emma. Mereka pasti akan sangat menggemaskan.     

Pikiran itu membuat senyuman tersungging di bibirnya. Begitu napasnya menjadi teratur, ia membuka matanya dan mencium bibir Emma kembali.     

"Aku sangat mencintaimu. Terima kasih untuk malam ini.." bisiknya dengan suara parau. Sepasang mata topaznya menatap Emma dengan penuh cinta.     

"Hmm..."     

Emma balas menatap Therius dengan ekspresi puas dan bahagia. Ia hanya menggumam, tidak sanggup lagi berbicara. Seluruh tenaganya telah terkuras akibat permainan cinta mereka semalaman     

Ia sangat lelah... tetapi juga sangat puas. Ia tidak mengira hubungan seksual mereka akan sangat memuaskan seperti ini. Tangannya melingkari pinggang Therius dan kemudian memeluknya.     

Emma lalu memejamkan mata dan tertidur. Therius tersenyum senang melihat wajah puas istrinya. Ia merasa bahwa pengalaman seksual Emma bersama Haoran tidak dapat dibandingkan dengan pengalaman Emma bersamanya. Hal ini membuat egonya sebagai laki-laki menjadi terangkat.     

Sebenarnya, ia memang sengaja mengerahkan segenap kemampuannya, karena ia ingin hubungan seksual pertama mereka meninggalkan kesan yang dalam bagi Emma. Dan ia merasa ia berhasil.     

Therius dan Emma tidur sepagian dan baru bangun saat matahari sudah sangat tinggi. Tentu sebagai orang paling berkuasa di Akkadia, mereka tidak perlu harus memikirkan siapa pun. Mereka dapat tidur dan bangun sesukanya.     

Therius yang biasanya hanya tidur maksimal lima jam, kali ini benar-benar tidak mau bangun dan turun dari tempat tidur.     

Saat ia membuka mata dan menyadari bahwa wanita yang ia cintai sedang berbaring dalam pelukannya, Therius segera memutuskan bahwa ia tidak ingin bangun. Rasanya, kalau perlu mereka tidak usah melakukan apa-apa selama seminggu.     

Ahhh.. ia memejamkan mata dan membayangkan kembali peristiwa tadi malam yang berakhir di pagi hari. Pipinya memanas saat ia teringat semua yang mereka lakukan. Ahhh... kesabarannya membuahkan hasil.     

Tanpa disangkanya, Emma bersedia menyerahkan diri kepadanya lebih cepat dari perkiraannya. Tadinya Therius sudah siap untuk menunggu hingga Festival Tiga Bulan Api berikutnya... ternyata, setelah mereka resmi menikah, keduanya dapat merasakan hubungan sebagai suami istri.     

Therius sengaja mengeluarkan semua kemampuannya untuk membuat Emma terkesan. Ia sadar, bagaimanapun ia adalah lelaki kedua dalam hidup Emma, karenanya ia harus berusaha menjadi lebih baik dari yang pertama, agar Emma pelan-pelan dapat melupakan Haoran dan sepenuh hati hanya mencintainya.     

Dari reaksi Emma, ia dapat melihat bahwa usahanya membuahkan hasil. Ahh.. ia sungguh bahagia.     

Ketika Emma membuka matanya, ia merasakan tangan Therius yang masih memeluknya. Ia memutar tubuhnya dan menghadap pemuda itu.     

"Hallo," Therius tersenyum dan menyapanya. "Bagaimana tidurmu semalam?"     

Ia hendak mengoreksi ucapannya dan bertanya bagaimana tidur Emma sepagian, karena mereka baru tidur di pagi hari, tetapi rasanya aneh bertanya seperti itu. Karenanya ia tetap bertanya bagaimana tidur Emma semalam.     

"Hmm... tidurku sangat menyenangkan," kata Emma. Ia meraba dada Therius yang telanjang dengan tangannya dan wajahnya seketika bersemu merah saat mengingat tubuh perkasa itu tadi malam memuaskannya tanpa henti.     

Therius balas tersenyum melihat perbuatan Emma. Dadanya berdebar keras dan dipenuhi sejuta kebahagiaan. Ia memejamkan mata dan menikmati belaian tangan Emma pada kulitnya.     

Gairahnya yang tadi telah padam selama mereka tidur, pelan-pelan bangkit kembali. Emma yang sedang mengagumi otot-otot di dada suaminya mulai merasakan perubahan pada tubuh Therius ketika napas pria itu menjadi semakin cepat dan tubuh bagian bawahnya menegang.     

"...."     

Barulah ia sadar bahwa perbuatannya ini membangkitkan macan yang tadi sudah tidur dan kini bangun dengan kekuatan baru.     

"Sayang..." Therius membuka matanya dan berbisik dengan suara serak. "Aku... sangat mencintaimu."     

"Mmm... aku tahu," jawab Emma sambil tersenyum. Cinta Therius kepadanya sangat jelas dan dapat dilihat oleh siapa pun bahkan dari jarak yang jauh. Semua rakyat Akkadia mengetahui betapa raja mereka sangat mencintai istrinya dan melakukan apa pun untuknya.     

Bahkan, kerajaan jajahan Akkadia juga tahu bahwa Therius membebaskan mereka karena Emma. Semua orang, dan Emma tahu bagaimana perasaan raja muda tersebut kepadanya.     

Therius menatap Emma dalam-dalam. Ia berharap, suatu hari nanti, Emma akan dapat menatap matanya dan balas mengatakan cinta kepadanya. Sampai saat itu tiba, ia akan bersabar.     

Therius mencium Emma dengan mesra lalu bangun dan menindih tubuh gadis itu. Mereka kembali berpagutan di tempat tidur dan melanjutkan bercinta dengan energi baru.     

"Satu kali saja," bisik Therius sambil mendorong masuk ke dalam tubuh Emma dan memeluknya erat. "Sesudah ini kita makan siang."     

Suara desahan dan aroma bercinta kembali memenuhi kamar raja yang megah itu saat pasangan pengantin baru kembali memadu kasih.     

***     

Wajah Emma tampak kemerahan saat ia mandi bersama Therius setelah percintaan panas mereka. Walaupun di kamar suaminya memang ada dua kamar mandi demi memberikan privasi kepada Emma, tetapi setelah memadu kasih semalaman, keduanya merasa sebaiknya mandi bersama untuk menghemat waktu.     

Setelah membersihkan diri, keduanya berjalan keluar kamar sambil bergandengan tangan. Para pelayan istana yang melihat mereka segera membungkuk hormat. Therius dan Emma menikmati makan siang dengan lahap sebelum memutuskan untuk bersantai di balkon kamar Therius.     

"Jadi.. bagaimana? Kau mau pindah ke kamarku?" tanya Therius sambil menatap Emma dengan senyum lebar.     

Untuk sesaat Emma terpesona melihat lesung pipi di wajah suaminya yang hanya muncul saat hatinya benar-benar gembira dan ia tersenyum lebar.     

"Aku juga bisa pindah ke kamarmu," kata Therius lagi. "Bagiku tidak penting di mana aku tidur, asalkan bersamamu."     

Pipi Emma kembali memerah mendengar kata-kata Therius. Ia mendeham dan mengangguk.     

"Kita bisa tidur di kamarmu. Ukurannya lebih besar."     

"Ahh.. baiklah. Aku akan memerintahkan pelayan untuk membereskan barang-barang dan pakaianmu dan memindahkannya ke sana."     

Therius benar-benar bahagia mendengarnya. Mereka sedang menikmati teh sore sambil memandang langit yang mulai diliputi rona senja.     

"Hm... ngomong-ngomong, kita belum membahas ini lagi," kata Emma kemudian. "Tadi malam, kau selalu mengeluarkannya di dalam. Kebetulan aku sedang tidak di masa subur, jadi kurasa kita akan baik-baik saja. Tetapi untuk yang berikutnya, kita harus membicarakan kemungkinan aku hamil."     

Therius memasang telinga baik-baik mendengar perkataan Emma. Ia tahu istrinya masih sangat muda untuk memiliki anak, dan dulu ia pernah mengatakan tidak ingin memiliki anak dulu. Therius setuju, karena ia masih ingin menikmati waktu berdua saja dengan Emma.     

Kalau mereka cepat-cepat memiliki anak, ia yakin perhatian Emma akan teralihkan kepada anak mereka yang pasti akan membutuhkan semua waktu dan tenaga istrinya.     

Tetapi... di sudut hatinya, ia juga ingin mereka segera memiliki anak. Therius tahu bahwa perempuan akan memiliki perasaan lebih mendalam kepada suaminya jika ia memiliki anak dari lelaki itu.     

Ia bersyukur Emma dan Haoran tidak memiliki keturunan. Kalau tidak, mungkin sampai sekarang akan sangat sulit bagi Emma untuk melepaskan diri dari bayang-bayang Haoran dan menerimanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.