Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Tamu Kejutan



Tamu Kejutan

0Xion kehilangan kesadarannya. Ia terkulai dalam gotongan para pria yang terburu-buru membawanya ke klinik yang dimaksud untuk menyelamatkan nyawanya. Sementara itu, gadis yang tadi baru masuk ke kompartemennya segera menyusul dengan membawa tas Xion.     

***     

Atila menemani Emma selama beberapa saat setelah ia selesai merawat luka gadis itu. Ia memastikan Emma beristirahat dengan memberinya obat tidur.     

"Tuan Putri akan tidur cukup lama, setelah bangun tubuhnya akan menjadi lebih baik. Namun...." Atila terdiam. Ia sudah mendengar berita tentang kematian Putri Arreya dan merasa sangat sedih untuk Emma. Ia tahu kata-kata penghiburan yang bagaimana pun tidak akan dapat membuat Emma merasa lebih baik.     

"Aku mengerti," kata Therius. Ia tahu Atila merasa bersimpati kepada Emma dan sang dokter hendak mengatakan kepada Therius bahwa walaupun tubuh Emma akan menjadi lebih baik, luka di hatinya akan membutuhkan waktu lebih lama agar dapat sembuh.     

Therius harus bersabar dan menghibur Emma sebisa mungkin.     

"Keadaan mentalnya sangat terguncang. Aku menyarankan agar setelah pemakaman, Yang Mulia membawa Tuan Putri untuk menyepi dan menenangkan diri," kata Atila. "Beliau telah sangat banyak menderita."     

Therius sebenarnya harus langsung mengambil kendali pemerintahan setelah kakeknya meninggal. Setelah mengadakan upacara pemakaman untuk mendiang Raja Cassius, juga Putri Arreya dan Jenderal Kaoshin, ia harus dilantik menjadi raja.     

Kemudian, ia akan menghukum semua orang yang bersalah kepadanya dan kepada Emma. Ia masih belum menentukan hukuman apa yang harus ia berikan kepada neneknya, Ratu Ygrit, Putri Yldwyn, dan sepupunya Heron.     

Setelah itu ia akan mengadakan pertemuan pertama dengan semua pejabat di Akkadia dan perwakilan kelima koloni mereka. Sungguh sangat sibuk dan melelahkan.     

Namun, mengingat kondisi Emma yang sangat buruk, Therius setuju dengan Atila. Lebih baik ia memprioritaskan kesehatan istrinya dan mengurusi negara belakangan.     

***     

Ketika Emma membuka matanya, ia menemukan sepasang mata biru muda yang menatapnya dari atas dengan penuh kelegaan.     

"Kau sudah bangun?" tanya Therius dengan penuh perhatian.     

Emma mengerjap-kerjapkan matanya dan menatap Therius agak lama. Ia lalu memegangi bahunya yang terluka. Pakaiannya sudah diganti dengan pakaian bersih dan lukanya sama sekali tidak terasa sakit.     

"Di mana aku?" Ia tidak mengenali kamar tempatnya berada.     

"Kita menyepi di gunung. Atila bilang kau perlu menenangkan diri. Aku sedang menyiapkan pemakaman agung untuk raja dan kedua orang tuamu. Aku sudah meminta Taeshi mengirim jenazah ayahmu untuk dikuburkan di Akkadia bersama ibumu," kata Therius.     

Emma terdiam. Ia tahu Taeshi adalah kampung halaman ibunya, tetapi ayahnya berasal dari Akkadia. Dan kalau Emma akan menghabiskan sisa hidupnya di Akkadia bersama Therius, tentu akan lebih baik jika makam kedua orang tuanya berada dekat darinya.     

Ia bergerak bangun dan duduk di tempat tidur.     

"Terima kasih," katanya dengan suara lemah. "Kau mengerti apa yang kuinginkan."     

Therius duduk di samping Emma dan menggenggam tangannya. "Aku tidak ingin kau jauh dariku. Kurasa aku melakukannya karena aku egois."     

Emma tersenyum tipis mendengarnya. Ia mengangguk. Gadis itu lalu mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. "Ini di mana? Bukan rumah liburan orang tuamu, kan? Aku tidak mengenali tempatnya."     

Therius menggeleng. "Tempat itu terlalu jauh. Aku memiliki tempat tinggal di gunung, dekat ibukota. Aku harus bolak-balik pergi ke istana untuk melakukan pekerjaanku, jadi aku tidak dapat pergi ke tempat yang jauh."     

"Oh.. berapa jauh dari ibukota?" tanya Emma.     

"Hanya setengah jam perjalanan."     

"Oh..." Emma mengangguk paham. "Sudah berapa lama aku tidur?"     

"Semalaman. Atila ikut merawatmu di sini. Ia akan menjagamu selama aku pergi bekerja." Therius memencet tombol dan berbisik kepada Emma. "Aku punya kejutan untukmu."     

Emma mengerutkan keningnya. Ia tidak tahu kejutan apa yang kira-kira disiapkan Therius untuknya. Tidak lama kemudian terdengar pintu besar di kamarnya diketuk dari luar.     

Emma menoleh ke arah pintu dan menantikan siapa gerangan yang datang. Ketika pintu terbuka, masuklah Atila dengan dua orang bersamanya.     

Seorang wanita berusia awal 40-an dengan wajah cantik dan rambut berwarna cokelat yang disanggul cantik di atas kepalanya, melangkah masuk dengan langkah anggun, diikuti seorang anak laki-laki berusia sekitar 14 tahun.     

Emma menekap bibirnya dengan kaget dan suara desahan tertahan. Ia tidak perlu bertanya untuk mengetahui siapa kedua orang ini.     

"Emma?" tanya wanita itu dengan suara merdu. Ketika ia sudah dekat, Emma dapat melihat betapa miripnya wajah wanita itu dengan Arreya. Apakah ini Putri Lilia, adik kandung ibunya?     

Emma mengangkat wajahnya dan menatap wajah wanita itu dengan pandangan ragu.     

"Kak Emma," anak laki-laki yang ikut bersama Lilia sudah tiba di depan Emma. Wajahnya yang tampan tampak sangat mirip dengan Kaoshin. Rambutnya juga berwarna perak seperti ayahnya. Untuk sesaat, Emma terpukau. Ia seolah melihat ayahnya hidup kembali.     

"Kau... adikku?" tanya Emma dengan suara bergetar. Ia serentak bangun dari tempat tidur dan menghambur memeluk anak lelaki itu.     

Keduanya berpelukan dan menangis bersama. Akhirnya, untuk pertama kalinya dalam hidup, Emma bertemu dengan adik laki-lakinya. Therius dan Lilia memperhatikan pertemuan keduanya dengan wajah penuh haru.     

Therius merasa lega karena ia berhasil mengundang Putri Lilia dan Pangeran Aran datang ke Akkadia tepat waktu. Ia berharap kehadiran mereka berdua dapat menghibur Emma.     

"Namaku Aran," kata Aran sambil mengusap matanya, setelah ia dan Emma saling melepaskan diri. "Ibu sering menceritakan tentang kakak kepadaku. Katanya, suatu hari nanti, aku harus dapat mengunjungi kakak di bumi dan membawamu pulang."     

Emma mengangguk sambil bercucuran air mata. Ia merasa sangat terhibur karena ternyata, setelah orang tuanya meninggal, ia masih memiliki keluarga lain.     

"Emma, aku Lilia, adik ibumu," kata Putri Lilia sambil tersenyum. "Kau bisa memanggilku Bibi Lilia."     

Emma memeluk Lilia dan menangis di pundaknya. Ia tidak pernah mengetahui siapa saja keluarga Arreya sebelumnya, sehingga kesempatan bertemu bibi dan adik kandungnya membuat Emma sangat terharu.     

"Kami datang bersama jenazah ayahmu. Kita akan mengikuti upacara pemakaman yang sudah diatur Raja Licht," kata Lilia sambil mengerling ke arah Therius.     

Raja Licht.     

Ahh... Emma sekarang ingat bahwa Therius bukan lagi seorang pangeran. Ia adalah raja negeri ini. Ia menoleh ke arah Therius dan mengangguk penuh terima kasih.     

"Kau tidak usah memikirkannya. Avato sudah mengurusi segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakaman dan penobatan raja. Kau fokus saja pada kesehatanmu. Nanti kalau kau sudah siap, kita akan melaksanakan pernikahan," kata Therius menenangkan.     

Emma memeluk Therius dan mencium pipinya. "Terima kasih."     

Therius mencium kening gadis itu dan meremas tangannya. "Baiklah.. aku akan kembali ke ibukota dan bekerja. Aku akan meninggalkan kalian di sini untuk bertukar berita dan menghabiskan waktu sebagai keluarga."     

.     

.     

>>>>>     

PENGUMUMAN:     

Teman-teman, bulan November JANGAN membeli Privi/Hak Istimewa Tertinggi ya. Kalau mau beli, cukup beli yang 2 atau 6 bab saja. Soalnya isi bab 7-10 kemungkinan belum bisa saya ganti.     

Jadi, bulan Oktober kemarin privi tertinggi itu nggak sengaja terpasang. Saya nggak niat buat privi sampai 10 bab dan memang tidak punya stok. Tapi daripada babnya ga keluar, saya terpaksa lanjutkan. Mohon pengertiannya. Jadi di di bulan November, kalau mau beli, cukup beli yang Tier 1, (1 coin) atau yang Tier 2 saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.