Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Larangan Memasuki Hutan



Larangan Memasuki Hutan

0Emma memutuskan untuk tidak mempedulikan apa yang telah terjadi di antara para murid perempuan. Ia sebenarnya kesal karena merasa seolah kembali ke masa-masa SMA di bumi. Tetapi mungkin hal-hal semacam ini, perbuataan kekanakan di antara remaja perempuan dapat terjadi di mana pun tempatnya.     

Ia tidak terpengaruh hal semacam ini karena selain ia lebih tua dari teman-teman sekolahnya sekarang, Emma memang secara psikologis lebih dewasa.     

"Banyak orang yang menggosipkanmu dan bicara jelek tentangmu," kata Ulla dengan wajah prihatin. "Apakah itu benar? Kau tadi malam keluar dengan Pak Marlowe?"     

Emma tidak menjawab. Baginya itu bukan urusan Ulla atau siapa pun. Ia hanya fokus pada teh panas yang ada di cangkirnya. Dengan tenang ia menyesap teh itu setelah menurunkan sedikit suhunya agar siap minum.     

"Astaga.. kau tidak menunggu dulu? Bukankah tehnya sangat panas?" komentar Ulla keheranan. Ia sedari tadi memperhatikan Emma, berusaha melihat reaksinya. Tetapi gadis ini dingin seperti es.     

Ia sama sekali tidak peduli kepada sekelilingnya.     

Emma baru menyadari kalau Ulla terus memperhatikannya dan tahu bahwa teh di cangkirnya seharusnya panas. Uff, semoga saja Ulla tidak curiga kepadaku karena hal ini, pikir Emma.     

"Ini tidak panas," kata Emma santai. "Aku tadi mencampurnya dengan air dingin."     

"Oh.. begitu," Ulla mengangguk-angguk. Ia lalu menyipitkan matanya. "Kenapa kau tidak mau menjawab pertanyaanku? Kalau memang gosip itu benar, sebaiknya kau bilang kepadaku. Aku akan menyampaikannya kepada mereka agar mereka berhenti membicarakanmu."     

"Tidak ada yang perlu dibicarakan," kata Emma santai. "Mereka akan tahu aku sudah memiliki kekasih. Kekasihku akan datang ke sini minggu depan."     

"Ahh.. itu akan membuat situasi menjadi lebih buruk. Mereka akan pikir kau ini wanita nakal. Sudah memiliki kekasih tetapi masih saja mengejar-ngejar lelaki lain," tukas Ulla.     

Emma hanya bisa menghela napas panjang. Ia melihat ke sekeliling mereka. Benar saja tampak wajah-wajah para murid perempuan menatapnya dengan pandangan ketus.     

'Marlowe kau harus bertanggung jawab,' pikir Emma sebal.     

Kalau Marlowe tidak menyuruhnya ikut ke pondoknya untuk membawa Alex Chu dan kemudian memaksa mengantarnya pulang ke asrama, tentu tidak akan ada yang salah paham begini.     

Emma tidak mungkin menggunakan telemancy untuk mempengaruhi pikiran semua gadis di sini agar melupakan gosip itu. Akhirnya ia hanya bisa memijat keningnya.     

"Tidak usah dipikirkan," tukas Emma. Ia lalu menghabiskan makanan dan minumannya lalu segera beranjak keluar dari ruang makan menuju aula.     

Ulla hanya bisa memandang kepergian Emma sambil mengurut dada. Kenapa teman sekolahnya ini sangat acuh?     

***     

"Selamat datang untuk para siswa baru. Kalian adalah orang-orang pilihan yang bisa masuk ke akademi ini karena kalian telah membuktikan bahwa kalian memiliki kekuatan yang sangat menjanjikan. Akademi ini didirikan oleh raja Akkadia dan menerima siswa-siswa dari penjuru negeri. Semuanya ditanggung pemerintah dan kalian selain memperoleh ilmu, juga tempat tinggal dan berbagai fasilitas yang baik," kata Madame Atena membuka acara orientasi siswa baru. "Untuk tahun pertama, kalian akan dibagi menjadi 4 kelas, supaya kalian dapat belajar lebih efektif. Masing-masing kelas akan terdiri dari 25 siswa."     

Madame Atena lalu membacakan nama 25 siswa pertama yang akan masuk ke kelas A. Mereka disuruh berkumpul di bagian depan aula sebelah kanan. Setelah itu, ia lalu memanggil nama 25 siswa lainnya dan menyuruh mereka berkumpul di bagian depan aula sebelah kiri.     

Sisanya, masing-masing 15 siswa disuruh berkumpul di belakang aula sebelah kiri dan kanan. Setiap kelompok mendapatkan dua kakak kelas anggota dewan siswa yang akan memandu mereka untuk mengelilingi area kampus dan menjelaskan berbagai detail dan fungsi setiap tempat.     

Emma satu kelas dengan Miri dan keduanya dengan gembira segera berjalan bersama mengikuti kakak kelas dan teman-teman mereka untuk menjelajahi area sekolah. Tempat ini bagus sekali, pikirnya.     

Setelah mereka berkeliling melihat-lihat ruang kelas, laboratorium dan fasilitas lainnya, mereka kemudian dibawa berjalan ke hutan kecil di belakang sekolah.     

"Siswa tahun pertama tidak boleh berkeliaran di sekitar hutan ini," kata Akane. Ia adalah anggota dewan murid dari tahun ketiga. "Aku hanya akan menunjukkan area pintu masuk ke hutan saja."     

Semua murid di kelas Emma mengangkat bahu dan saling pandang keheranan. Mereka tidak tahu bahwa hutan ini tidak boleh dimasuki. Di acara perkenalan kemarin, Dekan Anrankin sama sekali tidak mengatakan apa pun tentang hal itu.     

"Di hutan ini ada banyak hewan liar yang hidup di habitat aslinya. Kalau kalian melewati bukit di baliknya, ada hutan satu lagi yang lebih besar. Di sana ada hewan-hewan yang tidak berasal dari Akkadia. Sebagian dibawa dari kerajaan lain, dan sebagian malah dibawa dari planet lain," Akane menjelaskan.     

Rekannya, seorang murid laki-laki berpenampilan serius ikut menambahkan. "Tim eksplorasi luar angkasa selalu membutuhkan mage yang tangguh untuk ikut dalam ekspedisi mereka. Kalau kalian terbiasa menghadapi berbagai kondisi alam dan makhluk hidup, kalian akan sangat berguna dalam berbagai penjelajahan planet baru."     

Terdengar seruan-seruan penuh semangat di antara para murid. Departemen Penjelajahan Luar Angkasa adalah salah satu kementrian yang paling dihormati di Akkadia.     

Siapa pun yang berhasil masuk ke sana hidupnya akan terjamin karena gaji yang diberikan sangat besar. Mereka juga akan memperoleh kesempatan untuk bertualang, melihat dunia luar, serta untuk eksplorasi jangka panjang, mereka diizinkan membawa keluarganya.     

Bahkan beberapa penjelajah dan ilmuwan yang terkenal berhasil masuk dalam sejarah sebagai penemu planet baru yang dapat dihuni. Salah satu di antaranya adalah Profesor Daneria yang namanya diabadikan menjadi nama planet yang ditemukannya.     

Siapa yang tidak ingin menjadi abadi di dunia ini?     

Pemikiran itu membuat mereka menjadi antusias untuk menyelesaikan pendidikan mereka di Mage Academy. Setelah lulus dari akademi ini, sebagian akan langsung bekerja, sebagian lagi dapat melanjutkan pendidikan mereka ke universitas untuk mendalami bidang ilmu yang lebih spesifik.     

Bisa dibilang Mage Academy adalah semacam sekolah persiapan untuk masuk ke pendidikan tinggi. Mereka akan belajar semua yang perlukan untuk melatih kekuatan mereka, sekaligus belajar ilmu sains yang dibutuhkan untuk melanjutkan pendidikan mereka ke universitas untuk menjadi master atau doktor.     

"Akane.. kenapa hutan ini sekarang tidak boleh dimasuki oleh siswa tahun pertama?" tanya Miri tiba-tiba. "Aku mendengar dari kakak kelas tadi saat sarapan bahwa hutan ini sebelumnya boleh dimasuki semua siswa. Apakah telah terjadi sesuatu?"     

Emma yakin larangan memasuki hutan ini baru dikeluarkan setelah Marlowe mendapati Lyra diserang. Sekolah ingin memastikan siswa tahun pertama yang rata-rata masih lemah tidak terancam bahaya dengan berkeliaran di dalam hutan.     

Akane hanya menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Miri. "Aku juga tidak tahu alasannya. Mungkin sekolah sedang membuat sesuatu percobaan di dalam hutan, sehingga kalian tidak boleh masuk dulu."     

Ah, ya.. tentu saja sekolah tidak akan mengatakan bahwa ada penjahat berkeliaran kepada murid-muridnya. Hal itu bisa menimbulkan kepanikan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.