Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Rumah Megah Di Puncak Bukit



Rumah Megah Di Puncak Bukit

0Mereka berciuman lagi di travs. Kali ini, Therius dan Emma bisa melakukannya dengan lebih leluasa dan membiarkan hasrat menguasai mereka karena travs ini memiliki fitur self-drive dan mereka berada di ruang pribadi mereka.     

Ketika kendaraan itu mendarat di depan sebuah rumah besar yang bagus di atas bukit yang menghadap ke Meridell Botanical Garden, Emma segera melihat ke luar jendela. Dia terkesan melihat keindahan di sekitarnya.     

"Dari siapa kau membeli rumah ini?" dia bertanya. "Dan kapan?"     

"Aku meminta Avato untuk mencarikanku pilihan rumah terbaik di sekitar Innstad lalu memilih tiga rumah terbaik untuk aku periksa. Aku memintanya untuk mulai mencari sejak beberapa bulan lalu, dan aku menyelesaikan pembeliannya minggu kemarin."     

"Beberapa bulan lalu?" Emma menatap suaminya dengan mata membulat. "Aku belum pindah ke Innstad sampai tiga hari yang lalu. Jadi, kau sudah merencanakannya selama ini?"     

Therius mengangkat bahu. "Aku telah memikirkannya beberapa lama dan akhirnya memutuskan untuk melakukannya. Tiga tahun adalah waktu yang lama. Aku ingin memiliki rumah di daerah ini, supaya kita dapat memiliki tempat yang privasi untuk kita sendiri saat kau sedang libur sekolah dan aku dapat mengunjungimu."     

"..." Emma berseri-seri saat mendengar ucapan suaminya. Ia tidak bisa berkata apa-apa.     

"Aku sebenarnya sempat berpikir untuk memindahkan ibu kota ke Innstad selama tiga tahun, selama kau bersekolah di sini, tapi saya bisa menahan diri dan tidak melanjutkannya .. hahaha," imbuh Therius dengan nada bercanda.     

Emma tertawa ketika ia mendengarnya. Ahh .. Emma benar-benar bisa percaya bahwa Therius akan memindahkan ibu kota ke Innstad untuknya.     

Namun, ia pasti menganggap bahwa hal itu akan terlalu mencurigakan dan orang-orang dapat segera menduga-duga siapa Emma sebenarnya.     

Identitas rahasia Emma akan ketahuan. Lebih baik mencegah jangan sampai terjadi hal-hal seperti itu.     

"Ayo. Biar kutunjukkan rumahnya," Therius membuka pintu dan keluar dari travs. Emma mengikutinya. Mereka lalu berjalan bergandengan tangan dan memasuki mansion melalui pintu besar.     

Emma sangat menyukai rumah itu. Rumah besar ini mengingatkannya pada rumah liburan orang tua Therius di desa tempat Emma menghabiskan waktu berduka atas kematian ayahnya dan memulihkan diri.     

Kedua rumah itu sama-sama dirancang dengan konsep untuk menampilkan perasaan tenang dan damai.     

Rumah baru mereka ini memiliki dua lantai dengan ruangan yang serba besar.     

Ruang tamunya memiliki desain terbuka yang menghadap ke lembah di bawah sana dengan satu air terjun besar yang mengalir dari tebing di sebelah kanannya. Emma bahkan bisa melihat kebun raya Merridel di kejauhan.     

Hanya ada dua staf yang bekerja di sana. Mereka adalah pasangan paruh baya yang tampak ramah, ditemani beberapa asisten android untuk melakukan tugas-tugas yang berat.     

"Ini istriku," Therius memperkenalkan Emma kepada mereka. "Dia sedang belajar di Innstad dan akan tinggal di sini dari waktu ke waktu."     

"Selamat datang, Nyonya," staf yang perempuan menyapa Emma dengan membungkuk untuk menunjukkan rasa hormatnya.     

"Halo, namaku Emma," jawab gadis itu. "Bagaimana aku harus memanggilmu?"     

"Ah .. namaku Stacia, dan ini suamiku, Arland," jawab wanita itu sambil tersenyum. "Beri tahu kami jika Anda membutuhkan sesuatu, Nyonya."     

"Terima kasih." Emma mengangguk sambil tersenyum.     

"Ayo. Aku akan menunjukkan kamar kita," Therius menggenggam tangan Emma dan membawanya ke atas.     

'Apakah mereka tahu siapa kita?' Emma bertanya kepada Therius, menggunakan telemanncy saat mereka berjalan ke lantai dua agar Therius bisa menunjukkan kamar tidur mereka.     

'Tidak. Mereka hanya mengira aku ini pengusaha. Avato sudah mengurus semuanya. Stacia dan Arland tidak perlu tahu siapa kita.'     

'Ah, begitu ...'     

Ketika Therius membuka pintu kamar tidur mereka yang besar, Emma terkesan dengan interior yang indah. Tempat ini tidak kalah mewah dari kamar mereka di istana kerajaan.     

Suaminya adalah seorang raja. Therius tidak akan menerima segala sesuatu yang kurang dari sempurna kalau untuk Emma.     

"Semua yang ada di rumah ini baru. Aku memastikan mereka hanya menyiapkan yang terbaik untuk mendekorasi seluruh rumah," Therius menutup pintu di belakang mereka dan berdiri diam, memegang tangan Emma. Pandangannya menyapu ke sekeliling ruangan yang indah itu dan ekspresinya terlihat puas. Ia kemudian menoleh kepada Emma. "Bagaimana menurutmu? Apakah kau menyukainya?"     

"Aku sangat menyukainya," bisik Emma.     

Ia tersenyum simpul dan menarik tangan Therius untuk berjalan menuju tempat tidur. Laki-laki itu tersenyum lebar ketika ia menyadari apa yang sedang dilakukan istrinya.     

"Haruskah kita mencoba tempat tidurnya?" Dia bertanya dengan suara mesra kepada Emma.     

Emma mengangguk malu-malu.     

Ia merasa senang Therius membawanya ke sini untuk melampiaskan kerinduan mereka satu sama lain. Ini jauh lebih baik daripada tempat tidur single di kamar asramanya yang sederhana.     

Therius memiringkan wajahnya dan melumat bibir Emma dengan rakus. Gadis itu balas menciumnya dan segera tangan mereka sibuk menggerayangi satu sama lain lalu saling menanggalkan pakaian mereka.     

Nafsu berahi segera menyelimuti mereka dan, dalam waktu singkat, pasangan suami istri ini sudah bergumul di tempat tidur baru mereka, telanjang.     

Therius dan Emma bercinta dengan penuh gairah untuk melampiaskan kerinduan dan hasrat mereka yang terpendam selama beberapa hari mereka tidak bertemu.     

Hubungan intim mereka hari ini terasa sangat indah bagi Therius karena, untuk pertama kalinya dalam pernikahan mereka, Therius bercinta dengan wanita yang dicintainya, yang juga membalas cintanya.     

Rasanya ini jauh lebih indah dari hubungan intim mereka yang biasanya. Therius merasa dicintai dan diinginkan dengan setiap sentuhannya Emma pada tubuhnya.     

Sama halnya juga dengan Emma. Sekarang, setelah dia menyadari perasaannya kepada Therius, entah bagaimana, ia mulai memperhatikan hal-hal yang dulu ia abaikan saat mereka bercinta sebelumnya.     

Emma juga bisa lebih menghargai semua yang dilakukan Therius untuknya. Ketika suaminya menciumnya, atau meremas payudaranya, atau memasukinya, Emma dapat merasakan ada begitu banyak cinta dan perhatian yang ada dalam setiap geraknya.     

Beginikah rasanya bercinta dengan Therius yang sebenarnya? Yang mereka lakukan sekarang bukan hanya berhubungan seksual.. tapi sungguh-sungguh memadu cinta dengannya     

Rasanya sangat menyenangkan!     

Dulu, saat mereka berhubungan intim, Emma hanya merasakan kenikmatan. Hubungan seksualdi antara mereka berdua selalu mengesankan dan luar biasa, dan Emma selalu merasa dipuaskan.     

Namun, hari ini, Emma merasa tidak hanya mendapatkan kepuasan dan rasa nikmat.. ia juga merasa seolah batin mereka bersatu. Saat tubuh mereka bertemu, Emma hampir merasa seperti berbagi jiwanya dengan Therius.     

Mungkin ini yang dimaksud dengan belahan jiwa?     

Apakah Therius belahan jiwanya yang sebenarnya?     

Karena Emma telah jatuh cinta kepadanya, Emma merasa bahwa semua yang ia miliki dengan Therius sangat cocok. Mereka memiliki kepribadian yang mirip, bahkan memiliki penampilan fisik yang mirip.     

"Aku mencintaimu," Therius berbisik berulang kali saat mereka bercinta. Tangannya sibuk meremas kedua payudara Emma sementara kejantanannya dengan penuh semangat memompa masuk dan keluar dari inti tubuh istrinya.     

Emma ingin membalas ucapannya dengan berkata, 'Aku mencintaimu', tetapi pikirannya menjadi kacau dan hanya kata-kata racauan yang keluar.     

Kenikmatan yang dirasakannya terlalu intens. Emma hanya dapat membalas dengan geraman lembut, berharap Therius akan mengerti bahwa Emma juga mencintainya.     

Emma sungguh-sungguh mencintai Therius.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.