Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Apa Kau Cari Mati?



Apa Kau Cari Mati?

0"B-bagus .. sekali.." gumam Miri sambil menyeka sudut bibirnya. "Kalau.. kalau kau benar-benar bisa meyakinkan mereka untuk membantu .. aku akan .. aku akan melakukan apapun yang kau ingin aku lakukan. "     

'Mengapa kau melibatkan Marlowe dan Aeron, tapi bukan aku?' Therius tampak cemberut saat mendengar rencana Emma secara terperinci.     

Jadi, Emma sebenarnya berencana menggunakan pria-pria lain itu .. tapi bukan Therius? Apakah Emma ragu meminta bantuannya karena Therius adalah raja?     

Bukan salahnya kalau ia kebetulan adalah raja, bukan?     

Meskipun Emma menganggap bahwa meminta bantuan Therius sangat berlebihan, suaminya itu sangat ingin dapat membantu Emma dan menjadi berguna untuknya.     

'Aku melibatkan Marlowe dan Aeron karena mereka cocok dengan pekerjaan itu,' Emma menoleh kepada Therius dan tersenyum. Ia menyentuh pipi lelaki dengan lembut. "Apa kau tidak merasa bersalah kepada rakyatmu kalau raja mereka sibuk mengurusi hal-hal sepele, bukannya melakukan tugasnya sebagai raja?"     

'Tidak.' Therius mengangkat bahu tidak acuh.     

Emma tahu suaminya tidak bersungguh-sungguh. Namun, ia menyadari bahwa Therius ingin lebih terlibat dalam hidupnya. Pria itu berulang kali mengatakan kepadanya bahwa ia ingin dibutuhkan oleh Emma.     

Jadi, mungkin sebaiknya Emma dapat mencari sesuatu untuk dapat dilakukan suaminya. Hal itu tidak akan terlalu merugikan tim lain, kan?     

Ah, Emma benar-benar akan merasa seperti curang jika dia melibatkan suaminya. Hmm .. apa yang harus dia lakukan?     

'Aku akan membutuhkan bantuanmu, tetapi tidak sekarang," kata Emma akhirnya kepada Therius dengan menggunakan telemancy.     

"Aku ingin membantumu." Ekspresi laki-laki itu menjadi lebih cerah saat mendengar Emma mau meminta bantuannya.     

Emma menyadari, ia selalu terbiasa mandiri. Ia hanya menerima bantuan dari Haoran di masa lalu karena Haoran itu sangat pandai dalam menawarkan bantuannya.     

Haoran membuat seolah-olah ia tidak membantu Emma, tetapi hanya memberinya pekerjaan untuk dilakukan.     

Jadi, ia tidak memberi Emma uang karena kasihan. Ketika Haoran menawarkan untuk membiayai perjalanan karyawiswata Emma ke Paris, ia melakukannya dengan membayar biaya lesnya setahun di muka.     

Haoran mengatakan, "Kau bekerja untuk mendapatkan uang itu. Kau tidak berutang apa-apa padaku."     

Ketika Haoran membantu Emma mencari orang tuanya dan mendapat bantuan dari Goose, ia juga membuat seolah-olah ia tidak membantu Emma.     

Ia mengatakan bahwa saat itu ia melakukannya demi kepentingannya sendiri di masa depan. Haoran berkata bahwa semua yang ia miliki akan menjadi milik Emma jika mereka menikah saat mereka dewasa nanti.     

Sayangnya, ketika mereka menikah, Emma dan Haoran tidak bisa menikmati kehidupan sebagai suami istri dalam waktu yang lama, sehingga ia masih belum terbiasa menganggap harta suaminya sebagai miliknya.     

Sekarang setelah Emma menikah dengan Therius, sang raja, ia masih harus membiasakan diri untuk menganggap bahwa ia dapat memanfaatkan Therius untuk membantunya dalam hal apa pun yang ia butuhkan. Bahwa apa pun yang dimiliki Therius adalah juga miliknya.     

Mereka berdua bukan lagi dua manusia yang terpisah. Mereka adalah entitas yang berbeda, tetapi pada saat yang sama, mereka juga adalah dua yang menjadi satu.     

Itulah sebabnya Therius sangat tertarik dengan apa pun yang dilakukan istrinya dan ingin menjadi bagian dari semua hal itu sebisa mungkin.     

Butuh beberapa waktu untuk membiasakan diri, pikir Emma. Ia akan memikirkan cara terbaik untuk melibatkan suaminya dan meminta Therius untuk membantunya tanpa berlebihan.     

"Baiklah. aku sangat senang dengan proyek ini. Sebenarnya, kami sudah menonton beberapa video dari para peserta tantangan tahun lalu, baik yang menang dan yang kalah, dan bahkan beberapa proyek dari 2-3 tahun terakhir. Tidak satu pundari kami yang memiliki ide nyata untuk diterapkan," Stell mengaku. "Jadi, aku sangat senang kau menemukan sebuah solusi."     

"Oke. Jadi, apakah semua orang setuju dengan ide tadi?" Emma melihat sekelilingnya, untuk melihat reaksi mereka.     

"Setuju!"     

"Ya! Saya suka dengan ide Lee barusan!"     

Suara persetujuan terdengar dari sekelilingnya. Emma berdeham. Ia senang melihat antusiasme mereka.     

"Kalau begitu, kita bisa berbagi dengan Marci dan Loran dan menanyakan pendapat mereka."     

"Aku setuju."     

"Kita harus kembali ke aula utama."     

"Baiklah." Emma berpaling ke Therius. "Kami akan mulai bekerja. Apakah kau ingin menungguku di sini atau ...?"     

Therius mengangkat bahu. "Aku sudah mengambil libur satu hari. Aku akan pergi berkeliling dan melihat-lihat akademi ini."     

"Baiklah, kalau begitu," Emma menyentuh pipinya dan tersenyum mani. Ia kemudian beralih kepada teman-teman sekelasnya dan mengajak mereka kembali ke aula.     

***     

Marci mengerutkan alisnya karena curiga ketika dia melihat siswa yang dibimbingnya memasuki aula utama dengan wajah-wajah cerah.     

Ia ingat mereka meninggalkan aula pagi ini dengan wajah murung, tapi sekarang mereka kembali dengan senyum terhias di wajah mereka?     

Apakah terjadi sesuatu? Ia bertanya dalam hati.     

Marci menyilangkan tangan dan mengangkat sebelah alisnya ketika ia bertanya pada Miri tentang diskusi mereka. "Apakah kalian menemukan ide untuk dijadikan proyek?"     

Miri sangat bersemangat hingga dia lupa bahwa Marci adalah senior mereka. Ia melompat ke arah sang putri dari Myreen dan memeluknya.     

"Kami berhasil!! Uhm .. sebenarnya, Lee yang berhasil," katanya setelah melepaskan pelukannya.     

Marci terbatuk dan Miri segera menyadari bahwa dia sudah berbuat keterlaluan. Gadis gemuk itu tampak sangat malu. "Oh .. maafkan aku .. Aku tadi terlalu bersemangat! Yah .. Lee yang punya ide. Aku akan membiarkan dia menjelaskan semuanya."     

Ia lalu mundur dengan wajah memerah. Marci menepuk pundaknya dan sekarang mengalihkan perhatiannya ke Emma.     

Murid kelas dua yang tampan, Loran, yang juga menjadi mentor kelas mereka, duduk dengan santai di sebelah Marci. Dia juga sekarang memperhatikan Emma.     

"Baiklah. Mari kita dengar idemu, Lee," kata Marci sambil tersenyum. Ia dapat menebak bahwa di balik sikap pendiamnya, Emma adalah siswa yang sangat cerdas.     

Marci penasaran ingin tahu ide-ide hebat apa yang Emma hasilkan yang bisa mengubah ekspresi teman-temannya dari kalah menjadi penuh harapan. Apakah bisa seperti itu?     

Emma mengangguk dan duduk di depan Marci. Ia lalu menjelaskan apa yang sudah ia katakan kepada yang lain dan menambahkan bagian di mana dia ingin memasukkan Marlowe dalam video edukasi mereka.     

Mulut Marci berkedut-kedut saat mendengar penjabaran Emma. Ia mengangguk mengerti dan bahkan mendesah kaget ketika ia mendengar bagian tentang melibatkan Aeron. Itu menunjukkan bahwa Marci benar-benar terkesan dan menyukai ide-ide yang disampaikan Emma.     

Namun, ketika Emma menyebut Marlowe, sang putri hampir tidak bisa menahan tawanya.     

"Apakah kau serius ingin melibatkan Beast Teacher kita?" Marci bertanya pada Emma. "Apakah kau ini mau cari mati?"     

Emma menggelengkan kepalanya. "Aku serius dan aku tidak cari mati. Maksudku, siapa yang akan menjadi kandidat yang lebih baik untuk berbicara tentang lingkungan daripada Beast Teacher kita sendiri? Dia telah bekerja keras untuk melestarikan lingkungan dan melindungi hewan."     

"Baiklah .. kita punya Aeron. Dia seorang herbomancer. Kita bisa pakai dia..." kata Marci.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.