Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang

Kejutan Dari Therius



Kejutan Dari Therius

0"Maaf, bolehkah aku meminjam Lee sebentar? Aku akan mengembalikannya setelah istirahat makan siang," kata Therius kepada siswa Kelas-B. Semua gadis dengan cepat mengangguk dan tersenyum.     

Mereka langsung teringat bahwa LAKI-LAKI INI ADALAH TEMAN SEKOLAH AERON. Mereka harus bisa mengambil hatinya dan berharap ia akan berbaik hati untuk... ahem...mengundang Aeron ke sekolah mereka dan tampil di sini? Itu akan luar biasa!!     

"Ya, silakan. Tidak usah buru-buru," kata Miri bersemangat. Dia mendorong Emma ke pelukan Therius dan dengan cepat menutup pintu.     

Mereka bisa mendengar tawa Therius dari luar ruang film.     

YESSS! Sepertinya laki-laki itu sedang dalam suasana hati yang bagus!     

Nanti, ketika ia mengembalikan Emma kepada mereka, gadis-gadis teman sekelas Emma akan menanyakan tentang Aeron kepadanya. Hehehe.     

Hal ini membuat suasana hati Stell, Miri, dan yang lainnya menjadi sangat cerah.     

"Aku suka teman-teman sekelasmu," komentar Therius. Setelah mereka berada di luar dan pintu ditutup di belakangnya.     

Pria itu menarik Emma ke pelukannya dan mencium rambutnya. Ia sangat senang karena kejutannya berhasil.     

Petugas perpustakaan segera mengundurkan diri dan meninggalkan pasangan itu sendirian. Emma masih kaget dan ia tidak dapat mengatakan apa-apa selama beberapa saat.     

"Aku mencintaimu," kata Therius dengan berbisik.     

Ia tidak dapat tidur sepanjang malam setelah Emma mengaku bahwa ia juga mencintai Therius. Setelah memikirkannya sepanjang pagi, akhirnya sang raja memutuskan untuk mengambil langkah drastis dan menggunakan The Dragonite untuk datang ke Innstad.     

Alih-alih beberapa jam, ia bisa tiba di sana dalam waktu beberapa menit saja. Dia benar-benar ingin mendengar 'Aku mencintaimu' dari Emma secara langsung.     

Emma masih tidak bisa mempercayai matanya dan tertegun untuk beberapa saat.     

Therius ada di sini!     

Pria itu berdiri di hadapannya dan dia bahkan memeluk dan mencium rambutnya.     

Dan Therius barusan berbisik bahwa ia mencintai Emma. Astaga ...     

Hati Emma dipenuhi dengan kegembiraan. Ia mencintai pria ini. Sangat cinta!     

Emma baru menyadari perasaannya kepada Therius setelah mereka berpisah dan ketidakhadirannya membuat Emma sangat rindu. Inikah perasaan yang dimiliki Therius selama setahun terakhir kepadanya?     

Sekarang Emma mengerti rasanya.     

"Jadi?" Therius menatapnya dengan senyum hangat.     

Emma tahu suaminya sedang dalam suasana hati yang sangat baik karena lesung pipi yang biasanya tersembunyi, kini terlihat saat ia tersenyum.     

"Aku juga mencintaimu," balas Emma dengan suara berbisik.     

Hanya itu yang perlu didengar sang raja. Dia menahan kepala Emma dengan tangan kirinya dan mendekatkan wajahnya untuk melumat bibir istrinya. Tangan kanannya memeluk pinggang Emma dengan erat.     

Mereka berciuman untuk waktu yang lama, dan ketika Therius akhirnya melepaskan ciumannya, wajahnya dihiasi senyum yang sangat lebar.     

"Aku senang hari ini aku mengambil keputusan untuk bersikap egois," kata pria itu penuh kasih. "Aku hanya perlu mendengar kata-kata itu."     

"Kau kan sudah mendengarnya tadi malam," kata Emma sambil tersenyum.     

"Tapi aku ingin mendengarnya langsung dari bibirmu," jawab Therius. "Ini berbeda."     

Emma tidak tahu bahwa mendengar kata-kata itu langsung dari bibirnya sangat berarti bagi Therius. Ia merasa tersentuh.     

"Oke," katanya malu-malu.     

Diam-diam, Emma membuat catatan mental untuk sering mengatakan 'Aku mencintaimu' saat mereka bersama. Ini untuk menebus masa selama lima bulan pertama pernikahan mereka saat ia belum dapat mengucapkan kata-kata cinta itu kepada Therius.     

Therius meraih pinggang Emma dan berjalan bersamanya menuju lift. Gadis itu menarik lengan bajunya dan bertanya. "Kemana kita akan pergi?"     

Pria itu menekan tombol lift untuk turun. Setelah pintu terbuka, ia masuk bersama Emma. "Aku akan mencari semua telemancer di daerah ini dan membuat agar mereka tidak mengganggumu."     

Mendengar kata-kata Therius, Emma merasa lega. Ia telah menghindari Bastian sebisa mungkin karena ia tahu pemuda itu adalah telemancer yang lebih kuat daripada dirinya dan Bastian bisa dengan mudah membaca pikirannya.     

Tak hanya Bastian, Emma pun terkadang khawatir ada telemancer lain di sekitarnya yang tidak ia ketahui.     

Rasanya sungguh tidak nyaman, kalau ia memikirkan bahwa orang-orang itu dapat menyerang pikirannya. Emma merasa terganggu dan privasinya dilanggar.     

Setidaknya ia tidak akan memiliki privasi dengan pikirannya di sekitar orang-orang itu. Jadi, kalau suaminya dapat mengurus masalah itu Emma merasa sangat lega.     

"Aku hanya tahu ada satu orang telemancer di sini. Aku tidak tahu apakah ada telemancer lain di akademi ini," kata Emma.     

Pintu lift menutup dan mereka turun ke lantai pertama.     

"Aku tahu cara untuk mengetahuinya," kata Therius.     

"Oh, benarkah?"     

"Iya."     

Therius meremas tangan Emma dengan lembut sambil menunggu lift bergerak turun. Begitu lift berhenti dan pintu terbuka, ia melangkah keluar dengan tenang.     

"Apakah kau akan bertanya kepada Dean Anrankin?" Emma menebak saat ia berjalan di sisi Therius     

Therius terkekeh. "Ya, itu salah satu cara yang bisa kulakukan. Dia tahu semua orang dan kekuatan apa saja yang mereka miliki. Tapi aku juga bisa memanggil para telemancer itu untuk menemuiku secara pribadi. Aku akan menegur mereka dan membuat mereka tidak dapat membacamu. Mereka bahkan tidak akan heran kenapa mereka tidak dapat membacamu."     

Emma menatap Therius dengan mata membulat. Gadis itu merasa sangat terkesan. Seorang telemancer yang bisa mengendalikan telemancer lain pastilah sangat sakti. Ia senang laki-laki ini bukan musuhnya.     

"Kalau kita datang ke kantor dekan, menurutku orang tidak akan curiga," kata Emma. "Mungkin akan lebih baik kalau kau memanggil para telemancer itu ke kantor dekan dan kau bisa segera menangani mereka."     

"Memang itu rencanaku," Therius mengangguk.     

Mereka berjalan bergandengan tangan menuju gedung abu-abu tempat admin sekolah dan para guru berkantor.     

Sepanjang jalan, Emma bertemu dengan beberapa siswa yang mengenalinya sebagai siswa tahun pertama dari Kelas-B dan bertanya-tanya mengapa dia berpegangan tangan dengan pria yang lebih tua di lapangan sekolah.     

"Kau tidak usah mengkhawatirkan mereka," kata Therius sambil terkekeh dan melambaikan tangan kanannya. "Mereka tidak akan mengingat semua ini."     

"Wow, benarkah?" Emma senang mendengarnya. "Kau sangat mengesankan."     

Therius tahu kemampuannya sendiri dan dia tidak membutuhkan pujian dari siapa pun .. tetapi mendengar istrinya mengungkapkan kekagumannya terhadap kekuatannya, pria itu merasa bangga. Tentu saja, dia akan menjadi pria yang akan dibanggakan wanita ini sebagai suami.     

"Itu bukan apa-apa," kata Therius.     

Segera mereka berdua sudah berada di dalam kantor Dean Anrankin. Orang tua itu tampak sangat terkejut mendapatkan kehormatan dikunjungi oleh raja, lagi.     

"Oh, halo, Yang Mulia. Untuk apa saya berhutang kunjungan yang luar biasa ini, sudah dua kali minggu ini?" Dia berkata dengan wajah berseri-seri.     

Therius mengangkat bahu. "Aku hanya ingin memastikan bahwa istriku aman dan nyaman."     

"Oh, ya, kami melakukan segala yang kami bisa untuk memberikan Yang Mulia pengalaman terbaik," jawab Dean Anrankin. Matanya tampak dipenuhi rasa hormat.     

"Ya, kau tahu. Namun, aku ingin menggunakan kantormu di sini untuk berbicara dengan semua telemancer di area ini," Therius menjelaskan tujuan kunjungannya. "Masalahnya adalah, istriku tidak merasa nyaman kalau orang-orang di sekitarnya yang tahu siapa dia dan mungkin mengungkap rahasianya."     

"Oh ..." Dekan Anrankin segera mengerti. Ia adalah salah satu dari sedikit orang yang tahu bahwa Therius adalah seorang telemancer dan ia dapat langsung menebak apa yang direncanakan sang raja. "Nah, telemancer di sini cuma ada satu. Setidaknya tahun ini sampai dia lulus tahun depan."     

"Apakah maksudmu di akademi ini tidak ada telemancer lain selain Bastian?" Emma bertanya kepada sang dekan.     

Lelaki tua itu mengangguk. "Benar. Eh.. bagaimana Yang Mulia tahu bahwa Bastian adalah—"     

Tiba-tiba Dekan sadar bahwa ratu juga adalah seorang telemancer.     

Ahhh ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.