Dewa Obat Tak Tertandingi

Gang-Gang Kosong



Gang-Gang Kosong

0 "Jurus Beku Azure Kilat Ungu."     

 Di panggung nomor 1, Tian Yu meneriakkan nama jurusnya dan lawannya langsung kalah dengan jurus tersebut.     

 Di babak ketiga, akhirnya panggung nomor 1 mendapat giliran yang diumumkan pertama. Hanya saja, tidak ada orang yang memperhatikan hal itu saat ini. Bahkan Tian Yu sendiri sudah tidak tertarik lagi untuk mendengar pengumumannya. Dia langsung turun dari panggung kemudian bergerak ke arah panggung di mana Ye Yuan dan Zhang Jing bertarung.     

 "Jurus Tarian Phoenx Sembilan Surga!"     

 Di panggung nomor 2, Tang Yu juga meneriakkan jurusnya. Sebuah kain sutra merah di tangannya mengikat lawannya dengan cara aneh, membuatnya jatuh tersungkur.     

 Hal sama juga terjadi dengan para murid yang berada di posisi sepuluh besar teratas. Mereka ingin segera melihat pertarungan yang ada di panggung nomor 52.     

'Dewa' macam apakah si no.52 ini?     

 Pada saat bersamaan, pertarungan di antara para murid elit juga semakin sengit. Jumlah murid elit tidak banyak berubah dan berganti seperti halnya murid inti. Yang membedakan adalah jumlah murid elit hanya ada 20 orang saja. Bisa dikatakan bahwa ke 20 murid ini adalah harapan masa depan Aliran Awan Tenang.     

 Kompetisi di antara pada murid elit berbeda dengan para murid inti. Di setiap kompetisi besar macam ini mereka bertarung memutar bergantian. Ada 20 putaran. Ini juga berarti bahwa setiap murid akan bertarung sebanyak 19 kali. Siapa yang menang paling banyak hingga babak terakhir akan dinobatkan sebagai pemenang. Dan tiga murid terbawah harus melakukan pertarungan dengan tiga murid inti untuk menentukan apakah dia akan tetap berada di golongan murid elit atau tidak.     

 Di panggung nomor 3, seorang anak muda melepaskan siluet bayangan pukulan tinju secara tiba-tiba hingga membuat lawannya terjatuh tidak bisa menghindari pukulannya. Dia kehilangan kekuatan untuk melawan. Yang bisa dia lakukan adalah melihat si lawan menarik mundur pukulan tinjunya dan berteriak lemah.     

 "Pukulan Tinju Keji Tanpa Batas."     

 Suara ledakan terdengar. Si lawan terpelanting jatuh dari panggung.     

 "Kakak Wujiu, seni pukulan tinjumu semakin kuat! Sangat sempurna!" Si lawan yang kalah hanya bisa menggerutu.     

 Ketika dia masih berada di atas panggung, Wujiu menunjukkan aura keji dan penghinaan terhadap hidup. Namun saat ini ketika berada di bawah panggung, dia terlihat lemah lembut seperti anak tetangga. Keadaan sebelum dan setelah bertarung sangat ketara perbedaannya. Orang-orang yang menyaksikan Wujiu mungkin tak akan mengira bahwa petarung yang ada di panggung dan di luar panggung adalah orang yang sama.     

 Nama lengkap Wujiu adalah Ti Wujiu. Seorang yang pantas menjadi pemimpin dari kalangan murid elit. Setiap bertarung, dia seperti kerasukan dewa perang. Dia akan terus menyerang lawan hingga si lawan tidak berkutik sama sekali.     

 Dari awal kompetisi hingga saat ini, pertarungan yang dihadapi oleh para murid elit sudah setengah. Ti Wujiu adalah yang pertama memenangkan semua pertarungan. Ini adalah hal yang sudah biasa terjadi.     

 Murid yang bertarung dengan Ti Wujiu barusan bernama Cheng Wu. Kekuatannya memang terbilang rendah dibanding dengan murid lainnya. Karena hari ini dia sudah berkali-kali kalah, maka dia dipastikan akan masuk ke golongan murid tiga terbawah jika tidak ada sesuatu yang terjadi.     

 Melihat Cheng Wu menggerutu, Ti Wujiu tersenyum ramah.     

 "Bagaimana mungkin ada seni pukulan tinju yang sempurna? Kau hanya belum menemukannya. Kalau yang kuhadapi saat ini adalah Kakak Mo atau Xin, mereka pasti menemukan seni pukulan tinjuku ini banyak kekurangannya."     

 Sudut mulut Cheng Wu berkedut.     

 "Mereka adalah murid pribadi yang masuk aliran lebih dulu dari pada Kakak Ti Wujiu. Aku yakin nanti kekuatan Kakak Wujiu pati akan menyamai mereka! Dan lagi, Kakak Ti Wujiu juga mendalami Dao melalui seni pukulan tinju. Sangat sulit untuk menyamai apa yang sudah Kakak Wujiu capai."     

 Mo Yuntian dan Xin Lie diterima sebagai murid pribadi oleh kepala Balai. Meski mereka memang masih termasuk murid namun mereka tidak perlu mengikuti Kompetisi besar lagi.     

 Murid pribadi kepala Balai biasanya hanya mengikuti gurunya untuk meningkatkan kekuatan dan mereka juga akan langsung dikirim ke luar untuk menjalankan misi dari aliran.     

 Status mereka ini tidak jauh berbeda dari para Tetua biasa. Ti Wujiu hanya tertawa dan tidak meneruskan membahas topik yang dibicarakan oleh Cheng Wu.     

 "Adik Wu sepertinya kau akhir-akhirnya agak teledor. Kau sudah banyak kalah dalam kompetisi ini."     

 Begitu mendengar kalimat Ti Wujiu, wajah Cheng Wu langsung berubah menjadi masam.     

 "Hah! Kakak Wujiu. Aku bukannya teledor. Yang jadi masalah adalah kalian semua berkembang dengan sangat cepat! Aku tidak bisa mengikuti langkah kaki kalian lagi. Sudahlah.. aku tidak akan membahasnya lagi! Kakak Wujiu, Sepertinya kita memiliki sedikit waktu luang saat ini! Bagaimana kalau kau menemaniku untuk melihat-lihat panggung-panggung murid inti dan mungkin mencari musuh di sana? Aku ingin melihat seberapa jauh si Tian Yu itu berkembang."     

 Ti Wujiu tidak menolak ajakan Cheng Wu. Dia mengangguk, mengiyakan dan kemudian pergi bersama lawannya ke arah di mana para murid inti bertarung.     

 "Heh? Ada apa ini? Jangan katakan kalau pertarungannya sudah selesai? Di mana perginya orang-orang ini?"     

 Cheng Wu melihat ke sekitar. Semua panggung pertarungan sepi kecuali hanya satu. Banyak sekali orang yang berkumpul di panggung itu.     

 Keadaannya sekarang ini layaknya sebuah gang yang sepi.     

 "He? Agak aneh. Siapa yang sedang bertarung di atas panggung itu? Kenapa banyak sekali yang menonton?" Ti Wujiu juga ikut penasaran.     

 "Ayo. Kita ke sana dan menonton," ajak Cheng Wu.     

 Ketika keduanya sudah mendekati panggung, tatapan Ti Wujiu menjadi lebih tajam. Di atas panggung cahaya pedang bersinar ketika energi murni pedang qi saling meluncur dengan derasnya.     

 Seorang murid muda yang belum pernah dia lihat sedang bertarung dengan sengitnya dengan Zhang Jing dari Asrama Bumi.     

 Yang paling menakutkan adalah si murid muda itu hanya berada di tingkat keempat Penggabungan Jiwa. Meski begitu, pencapaiannya dalam seni pedang sudah sangat hebat. Ini membuat orang-orang terkagum-kagum.     

 Kemampuannya bertarung melawan seorang lawan yang berada di tingkat puncak Kesembilan Penggabungan Jiwa menunjukkan bagaimana kuatnya anak muda itu.     

 Dari mana datangnya murid 'gila' ini?     

 "Kakak Wujiu, lihat! Tian Yu juga ada di sana menonton. Ada juga Tang Yu da Luo Chengfeng! Mereka semua ternyata menonton si murid muda itu!" Cheng Wu berseru kaget ketika dia menemukan sesuatu hal yang baru.     

 Ti Wujiu menganggukkan kepala.     

"Aku penasaran. Siapa murid itu? Seorang yang masih berada di tingkat keempat Penggabungan Jiwa namun sudah memiliki kemampuan bertarung seperti itu."     

 Orang-orang yang menonton di bawah panggung sudah lama terpesona. Ye Yuan dan Zhang Jing sudah lama bertarung namun sampai sekarang belum ketahuan siapa yang menang.     

 Pemahaman Ye Yuan yang tinggi mengenai seni pedang membuat mereka yang menonton menjadi malu karena lebih senior namun belum berada pada posisi Ye Yuan sekarang ini.     

 Apa pun jurus pedang yang diluncurkan oleh Zhang Jing, Ye Yuan bisa menangkalnya. Meski begitu, Zhang Jing juga memiliki kekuatan yang tidak lemah. Ye Yuan mencoba mencari celah di mana dia bisa mengeluarkan jurus Tehnik Sembilan Pedang.     

 Karena terlalu terburu, kekuatan dari jurus Teknik Sembilan Pedang tidak mengeluarkan kekuatannya penuh. Sementara itu, Zhang Jing hampir saja tidak bisa menghindar dari sembilan goresan cahaya pedang.     

 Setelah kejadian tersebut, Zhang Jing langsung berkeringat dingin. Dia menjadi sangat berhati-hati dan tidak memberikan kesempatan pada Ye Yuan untuk meluncurkan Teknik Sembilan Pedang.     

 Saat ini, Zhang Jing sepenuhnya menunjukkan kekuatannya sehingga Ye Yuan tidak memiliki kesempatan untuk menyerangnya.     

 Seperti inilah, Ye Yuan dan Zhang Jing bertarung terus dengan sengitnya. Semua serangan Zhang Jing tidak berpengaruh kepada Ye Yuan tetapi Ye Yuan juga tidak memiliki kesempatan untuk memberikan serangan balasan. Keduanya bertarung dengan sengit.     

 Semua pertarungan sudah selesai. Yang tertinggal hanyalah pertarungan antara Ye Yuan dan Zhang Jing.     

 Tidak semua orang yang menonton marah. Semua penonton rata-rata mempelajari Seni Pedang Azure sehingga mereka cukup peka terhadap seni pedang.     

 Dari awal pertarungan hingga sekarang, penonton merasa tidak terlalu banyak mendapat keuntungan dengan melihat bagaimana Ye Yuan menunjukkan kemampuan jurus pedangnya.     

 Kekuatan pedang Ye Yuan aslinya memiliki kekuatan Pedang Azure. Meski memang jurus Ye Yuan mudah untuk dipahami namun bukan berarti mereka tidak mendapatkan sesuatu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.