Dewa Obat Tak Tertandingi

Meminta Hukuman



Meminta Hukuman

0Jantung Zhao Chenggan tidak pernah merasa berdetak sekencang ini. Dalam keheningan, setiap detik terasa seperti setahun.      

"Aku sudah tahu." Suara yang terasa dingin itu terdengar lagi.      

Tubuh Zhao Chenggan bergetar. Kini tubuhnya sudah basah kuyup dengan keringat dingin.      

"Silahkan hukum aku, Ayah! Aku tidak... aku tidak.."     

"Ini adalah ujian yang Kaisar berikan padamu. Kau sudah lulus ujian karena berani datang ke sini."     

Ketika Zhao Chenggan mendengar kalimat ayahnya, dia merasa jiwa dewanya terasa akan menghilang dari tubuhnya. Tidak ada kata yang lebih membuatnya senang selain kalimat ayahnya ini.      

Sebagai satu-satunya orang yang memiliki kekuatan di tingkat Tanpa Ikatan, bahkan orang bodoh pun paham seberapa menakutkannya Kaisar Angin.      

Zhao Chenggan tahu betul kalau yang membuat Kaisar Angin menakutkan bukan saja kekuatannya melainkan juga memang diri kaisar sendiri.      

"Terima Kasih. Baginda!" Zhao Chenggan berkata dengan cemas.      

"Jangan cepat berterima kasih. Masalah ini ada karena dirimu. Jadi carilah cara untuk menyelesaikannya. Kau tahu bahwa aku sendiri tidak berani untuk menyinggung Penguasa Bintang. Bagaimana bisa kau berani menyentuh 'jenggotnya."     

Meski suara Kaisar Angin terdengar tenang, Zhao Chenggan tahu kalau orang yang sedang diajaknya bicara sedang marah.      

"Aku tahu salahku di mana. Baginda, tolong tunjukkan jalan yang benar!" Zhao Chenggan seperti sulit bernafas sekarang karena takut.      

"Pikirkan sendiri. Ini juga ujian bagi dirimu. Baik. pergilah. Tinggalkan tempat ini."     

Ketika suara Kaisar Angin hilang, balai utama istana hening kembali.      

Ketika Zhao Chenggan keluar dari istana, dia seperti baru saja melewati peristiwa mati dan hidup. Dia seperti baru keluar dari air karena memang saat ini tubuhnya basah kuyup karena keringat dingin. Ketika dia sudah sampai di kediamannya, dia menarik nafas panjang, lega.      

Untunglah dia langsung sadar untuk mengaku salah pada ayahnya, kalau tidak akibatnya akan semakin buruk.      

Kaisar Angin tidak pernah percaya dengan peribahasa yang mengatakan bahwa 'segalak-galaknya macan tidak akan mungkin memangsa anaknya sendiri.' Dapat dikatakan dia adalah sosok yang tidak mengenal kasih.      

Zhao Chenggan sudah membuat masalah yang cukup besar di saat yang penting seperti saat ini. Kalau sampai dia tidak bisa menyelesaikan masalah ini, maka hukumannya adalah mati.      

Setelah berpikir sejauh itu, kepala Zhao Chenggan menjadi semakin pusing. Apa yang harus dilakukan agar Penguasa Bintang mencabut sangsi yang telah dia berikan kepada keluarga kerajaan?      

Beberapa hari terakhir ini, Zhao Chenggan juga mulai sedikit banyak tahu perangai Penguasa Bintang. Orang ini sebenarnya cukup ramah, tetapi ketika dia sudah menyinggung bagian penting dari dirinya maka dia bisa begitu menakutkan bagi siapa saja termasuk juga Kaisar Angin dalam hal ini.      

Pikiran Zhao Chenggan akhirnya tertuju pada Ye Yuan. Apakah dia memang harus meminta maaf pada bocah sialan itu? Namun ketika dia ingat bagaimana sombongnya anak itu, Zhao Chenggan urung melakukannya. Dia merasa meski dia sudah datang untuk minta maaf, Ye Yuan tidak akan memaafkannya.      

Lalu kalau sudah begini, apa yang harus dia lakukan?      

Semalaman, Zhao Chenggan berpikir di kamarnya. Ketika fajar mulai menyingsing, dia tiba-tiba mengepalkan tangannya dan berdiri. Sepertinya dia sudah menemukan jalan keluar.      

Hari menjelang siang. Banyak orang berlalu lalang di pusat ibukota yang selalu ramai. Tiba-tiba, semua orang berhenti melakukan kegiatan mereka. Pandangan mereka tertuju pada satu hal.      

Ada seorang anak muda yang bertelanjang dada, membawa satu ikat duri di punggungnya. Karena hal seperti ini jarang terlihat maka banyak orang yang tertarik untuk melihatnya.      

"Apa yang sedang dia lakukan? Kenapa pula dia membawa seikat duri di punggungnya? Apa dia sudah gila? Itukan Batang Pohon Gigi Gergaji. Batangnya saja penuh dengan duri yang tajamnya seperti mata pisau. Apalagi, lihat! Batang-batang itu menutupi tubuhnya. Luka yang dialaminya jauh lebih sakit daripada terkena hunusan pisau."     

"Hei.. apa kau mau mati? Dia ternyata adalah Pangeran Ketujuh! Ya Dewa! Apa yang telah Pangeran lakukan hingga dia harus melakukan hal seburuk ini untuk mendapatkan hukuman? Apakah dia memang sudah bosan hidup?"      

"Hehe! Siapa pula yang tahu apa yang sudah dia lakukan? Pangeran Ketujuh merupakan orang yang paling pantas untuk menunggangi kedudukan Kaisar Angin. Orang yang bisa membuatnya sampai berbuat sejauh ini pastinya orang hebat! Kalau dilihat dari arah dia berjalan, dia sepertinya sedang menuju ke Pegunungan Qixia. Hanya ada satu orang mulia di sana yang bisa membuat Pangeran Ketujuh, Kaisar Angin sampai bisa melakukan hal seperti ini. Dia seperti orang yang sedang membawa cambuk dan mengharapkan untuk dicambuk."     

"Maksudmu... Penguasa Bintang? Apa yang telah Pangeran Ketujuh lakukan? Sampai-sampai dia membuat marah Penguasa Bintang?"      

"Hehe! Itu adalah pertanyaan yang aku tidak tahu jawabannya."     

Orang-orang berkeliling untuk melihat. Tak berapa lama, banyak orang yang membuntuti Zhao Chenggan. Karena tahu bahwa Pangeran ini tangguh maka mereka menjaga jarak dari dirinya.      

Zhao Chenggan sendiri melangkah mantap menuju arah Pegunungan Qixia. Ketika dia sudah sampai di kaki gunung, ada begitu banyak orang yang mengikutinya di belakang. Saking banyaknya, hingga tidak terlihat baris yang paling belakang.      

"Ji Qing, aku, Pangeran Ketujuh datang ke sini membawa 'cambuk' meminta hukuman padamu."     

Zhao Chenggan mengatakan setiap kata dengan berlutut. Suaranya menggelegar karena dia menggunakan energi murni penuhnya. Dengan cara ini, seluruh orang di Pegunungan Qixia seharusnya bisa mendengarnya.      

Orang-orang di belakangnya menjadi riuh seketika. Pangeran Ketujuh yang maha mulia ternyata bisa juga berlutut.      

"Siapa Ji Qing ini? Aku tidak pernah mendengar namanya di ibukota sebelumnya?"      

"Aku juga belum pernah mendengar nama itu. Bukankah Penguasa Bintang hanya memiliki tujuh murid? Sepertinya tidak ada yang namanya Ji Qing, kan?"      

"Kau ini bodoh sekali. Apa kau tidak tahu kalau beberapa hari lalu Keluarga Ting dan Xiao sedang ikut pertandingan di Perkumpulan Pil Agung? Awalnya, Keluarga Xiao sudah terlihat akan kalah namun ternyata ada Ji Qing yang membalik keadaan. Dia mengalahkan tabib muda nomor satu dari keluarga Tong, Tong Wenchang. Dia yang menyelamatkan Keluarga Xiao. Dan lagi, si Ji Qing ini memang telak dari Tong Wenchang sampai-sampai anak Keluarga Tong tidak berani mendongakkan kepalanya. Aku dengar kalau wenchang ini juga sudah tidak boleh keluar lagi dari rumah kediaman Keluarga Tong. Dia sudah tidak berguna lagi bagi mereka."     

"Ah.. ternyata ada kejadian seperti itu. Padahal baru-baru ini toko keluarga Tong kan sedang mulai jaya-jayanya. Ternyata ada kejadian besar yang menimpa mereka. sepertinya si Ji Qing ini memang punya nyali. Apakah mungkin..."     

"Dugaanmu benar. Dia sudah diangkat menjadi murid oleh Penguasa Bintang. Dia sekarang adalah muridnya yang nomor delapan."      

"Tapi.... kenapa Pangeran Ketujuh sampai seperti itu ingin meminta maaf pada Ji Qing?"      

"Aku juga tidak tahu. Hmm... ternyata penerus Kaisar Angin yang berwibawa itu harus menanggung malu sebesar ini. Ibukota pasti akan ramai lagi."      

Di atas puncak Pegunungan Qixia, Shi Haoran melihat ke arah Ye Yuan dengan tersenyum.      

"Adik Ji, langkah yang diambil guru ini memang kejam. Dia sampai membuat Pangeran Ketujuh berbuat sejauh ini."     

Ye Yuan tertawa.      

"Dia memang harus menyalahkan dirinya sendiri."     

Shi Haoran mengangguk, setuju.      

Ye Yuan sudah menjelaskan insiden yang terjadi antara dirinya dan Zhao Chenggan pada semua orang. Orang itu hampir saja membunuhnya hanya karena tidak setuju dengan kalimat yang diucapkan oleh Ye Yuan. Memang dia memiliki kebiasaan kalau ingin membunuh orang, dia pasti akan melakukannya. Namun, sepertinya dia lupa kalau ada orang-orang yang tidak bisa dia perlakukan seperti itu."     

"Haha. Si Bocah kurang ajar ini memang pantas menerimanya. Ngomong-ngomong, kapan kau akan turun untuk menemuinya Adik Ji?" Tang Zhi ikut bertanya dengan suara tawanya.      

Ye Yuan ikut tertawa.      

"Untuk apa buru-buru? Biarkan dia untuk sementara waktu berlutut. Mari kita berbicara tentang ilmu pengobatan terlebih dahulu."      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.