Sistem Teknologi Gelap

Pulang Untuk Merayakan Tahun Baru



Pulang Untuk Merayakan Tahun Baru

0Biasanya, awal-awal program televisi yang berkaitan dengan pendidikan akan sangat membosankan.     

Kamu mau membeli kemampuanku untuk 50 ribu yuan?     

Tambahkan 1 nol lagi di belakang, baru Luzhou akan terima langsung saat itu juga.     

Akhirnya, saat Luzhou sampai di depan kereta, jurnalis dan perwakilan stasiun TV pun diusir. Di dalam kereta, Luzhou segera mencari tempat duduk dan duduk.     

Setiap kali ia pulang, ia pasti akan merasa kelelahan, dan ia harus menggunakan banyak sekali mode transportasi. Setelah turun pesawat, ia harus naik kereta, setelah itu harus menggunakan kereta cepat.     

Jarak seribu mil dapat ditempuh dalam satu hari? Hanya bualan semata.     

Setelah perjalanan panjang, akhirnya kereta sampai di kota Jiangling, kota kuno dengan suasana yang sangat tenang.     

Setelah turun dari kereta cepat, ia terlalu malas untuk menunggu bis, sehingga ia memutuskan untuk menghentikan taksi di luar stasiun.     

Ia memandang pepohonan yang tumbuh di kedua sisi jalan, kawasan yang tidak asing, dan tempat-tempat yang ia kenali. Semua yang ada di depan matanya masih sama, sama persis seperti saat ia pergi.     

Luzhou menarik kopernya ke pintu rumahnya, jantungnya berdebar-debar karena gembira. Setelah menarik nafas, akhirnya ia mengulurkan tangan dan menekan bel.     

Ting-Tong!     

Seketika, terdengar suara tapak kaki dari balik pintu.     

Tidak lama kemudian, pintu terbuka, dan sosok yang tidak asing muncul dari balik pintu tersebut.     

"Cari siapa… Nak?" Fang Mei terkejut saat melihat wajah anaknya, senang bisa melepas rindu, "untuk apa kemari? Masuklah, masuklah! Kenapa kamu tidak menelepon, apa kamu ada masalah?"     

"Tidak ada masalah, hanya saja datangnya tanpa rencana, sehingga aku tidak menelepon."     

Luzhou tertawa dan berjalan masuk, seraya menarik kopernya.     

Fang Mei berusaha mengambil koper itu, namun Luzhou menolak, sehingga Fang Mei berteriak ke arah kamar mandi, "Yah, pergilah dan belikan ikan, anak kita sudah datang, kita akan makan ikan untuk makan malam."     

"Ha? Anakku sudah datang?"     

Terdengar suara Ayah Luzhou dari kamar mandi, diikuti dengan suara siraman.     

Luzhou segera menggeleng, "Tidak apa-apa, ibu, aku juga bukan orang yang pilih-pilih. Tidak perlu capek-capek, kita makan saja apa yang ada di rumah."     

Fang Mei tersenyum dan berkata, "Ibumu ini masih kuat, dan istirahat terus juga tidak baik! Kamu saja yang istirahat."     

Selama mereka berbincang-bincang, Ayah Luzhou berjalan keluar dari kamar mandi dan mencuci tangan sambil tertawa dengan keras, "Nak, kemarilah! Ayah ingin tahu apa kamu sudah tambah tinggi!"     

"Mana mungkin bisa tambah tinggi… Ayah, ibu, Xiaotong, ada oleh-oleh untuk kalian." Luzhou berjongkok, membuka kopernya, dan mengambil dua botol anggur merah dan dua botol produk perawatan kulit, masing-masing diberikan kepada ayah dan ibunya.     

"Kamu bawa pulang oleh-oleh? Bukankah sudah kubilang jangan membuang-buang uang? Berapa harga semua ini?" Walaupun sang ayah terus bertanya, sudah jelas bahwa ayahnya menyukai oleh-oleh tersebut.     

"Tidak mahal, hanya hadiah-hadiah kecil seharga 100 atau 200 dolar. Itu bukan barang mahal, dan aku membelinya dengan sisa uang dari universitas." Luzhou berkata sambil tersenyum.     

Pihak universitas tidak mengharuskannya mengembalikan uang, sehingga ia memutuskan untuk membelikan oleh-oleh.     

"Dolar?" Ayah Luzhou terdiam, "ini dibeli di… Amerika Serikat?"     

"Benar." Luzhou tersenyum, "bukankah aku sudah bilang kalau aku pergi ke Princeton untuk konferensi akademik? Aku membeli semua ini di sana."     

Ayah dan Ibu Luzhou saling pandang, tersenyum canggung lalu berdehem, "Kukira Princeton itu sejenis Shangri-La, hotel terkenal di Jinling… Kenapa kamu ke sana? Bukankah orang-orang di sana tidak sopan semua?"     

"….?" Luzhou terdiam dan tampak bingung mendengarnya.     

....     

Pada kelas-kelas musim dingin, tidak ada kelas tambahan, sehingga Xiaotong kembali sekitar jam 6.30     

Melihat kakaknya duduk di ruang tamu, pandangan gadis itu menjadi berbinar-binar. Ia meneriakkan nama kakaknya dengan gembira.     

Mungkin karena sudah lama tidak bertemu, ya…     

Bagi Luzhou, sekarang, saat gadis itu sedang bersekolah di SMP, gadis itu sudah jauh berbeda jika dibandingkan saat ia masih kecil, dan tidak lagi suka memeluk orang.     

Tetapi, satu tahun tidak bertemu, membuatnya menarik pendapat barusan.     

Saat makan malam, Fang Mei memasak, dan suasana meja sangatlah riuh, sesuai dengan suasana tahun baru pada umumnya.     

Ayah Luzhou mengambil anggur yang dibelikan anaknya, mengambil gelas di bawah meja dapur, dan menuangkan segelas anggur untuk dirinya dan untuk anaknya.     

"Mari kita bersulang, Nak."     

Ting!     

Melihat ayah dan kakaknya yang sedang minum-minum, Lu Xiaotong pun berteriak, "Ayah, kurang-kurangi minum! Kamu juga, Kak! Ayah sudah lama tidak minum, tapi kamu malah bawa dua botol anggur saat pulang!"     

"Tidak apa-apa, Nak. Dua gelas untuk perayaan tahun baru sudah biasa. Jangan bicara tidak sopan pada Ayahmu! Kemarilah ke meja dan makanlah!" Biasanya, Fang Mei akan membela Xiaotong, namun kali ini wanita itu sibuk memasak.     

"Ibu, tidak perlu repot-repot mengambilkan makanan, aku sudah besar." Melihat makanan yang sudah tersaji di atas meja, Luzhou tidak tahu harus menangis atau tertawa.     

Seluruh keluarganya sangat antusias akan kedatangannya, hingga ia merasa sedikit malu.     

"Kakak kembali, dan kedudukanku dalam keluarga langsung turun! Awas saja, aku akan masuk dalam universitas ternama nanti, tidak akan kubiarkan ini terus terjadi!"     

Xiaotong adalah gadis pada umumnya, namun di sisi lain, Luzhou tahu bahwa adiknya cepat lupa, sehingga ia memutuskan untuk tidak menjawab pernyataan sang adik.     

"Kalau begitu, kamu harus makan banyak. Ayo makan kepala ikan ini, ini nutrisi otak."     

"Haha, Kakakku baik sekali!"     

"Ah, ada-ada saja."     

...     

Suasana makan malam sangatlah riuh.     

Kebahagian pertemuan kembali setelah sekian lama, tahun baru, melihat anak bertumbuh menjadi semakin dewasa… Ayah Luzhou tidak tahu harus bagaimana.     

Ayah Luzhou meminum banyak anggur malam itu.     

Pria itu, walaupun sering minum, jarang minum sampai mabuk.     

Setelah makan, Lu Bangguo menepuk pundak anaknya dan berkata, "Luzhou, Nak, harapan terbesarku di hidup ini adalah melihat anakku memiliki hidup yang lebih baik. Ayah menghabiskan hidup dengan bekerja keras dan menerima cacian. Tapi sekarang, Ayah bangga melihatmu sudah hidup dengan keadaan yang jauh lebih baik! Tidak perlu memikirkan apa yang kupikirkan dalam semua pilihanmu. Kamu sudah dewasa, dan kamu berhak memilih!"     

Luzhou tidak terlalu banyak minum, namun ia sudah sedikit mabuk, "Ayah adalah seorang matematikawan. Siapa yang berani mencaci Ayah? Katakan siapa, akan kuhajar."     

"Ah, kamu ada-ada saja… Apa Ayah juga termasuk penyumbang dalam semua pencapaianmu itu?"     

Tanpa sempat mendengar jawaban Luzhou, Lu Bangguo terbaring dan tertidur.     

Luzhou mengambil remote TV dan menurunkan volume suaranya.     

Xiaotong baru saja selesai membantu mencuci piring, dan ia berlari ke arah kakaknya dan bertanya, "Kak, apa benar Kakak pergi ke Amerika Serikat?!"     

Luzhou memutar matanya, "Yang benar saja… Ayah tidak tahu di mana Princeton itu, jangan bilang kamu juga tidak tahu!"     

Xiaotong memutar matanya, menarik tangan kakaknya dan tersenyum, "Di mana oleh-olehku?"     

Luzhou menghela nafas, "Ada di koper, tapi apa harus kuberikan? Nanti jadinya malah kacau."     

Xiaotong berkata dengan memelas, "Kakak, aku ini Adikmu yang tersayang, kan…??"     

"Aku takut kamu tidak rajin belajar saat kamu ganti telepon genggam." Ujar Luzhou.     

Mendengar perkataan kakaknya, mata Xiaotong menjadi berbinar-binar, "HP baru! Apa aku dapat iPhone?!"     

Luzhou tidak menjawab dan bertanya, "Berapa nilai matematikamu?"     

"145!" Xiao Tong menjawab dengan berteriak, "jika tidak percaya, aku ada buktinya!"     

Luzhou tersenyum dan bertanya, "Sungguh?"     

"Iya, aku tidak bohong!"     

Luzhou melambaikan tangannya, "Ada di koper, buka dan ambillah sendiri."     

"Hore! Kakak baik, deh!"     

Luzhou tersenyum, mencium kening adiknya, dan berdiri dari sofa.     

Ia memandang adiknya itu berlari ke kamar.     

Suasana rumah memang tidak berubah, ya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.