Sistem Teknologi Gelap

Maukah Kau Menantang Bahaya? (1/3)



Maukah Kau Menantang Bahaya? (1/3)

0Setelah Luzhou masuk ke dalam mobil, Xiao Wang membawanya ke kawasan Universitas Jinling.     

Saat mobil melewati gerbang universitas, Luzhou melihat sebuah spanduk terpasang.     

[Selamat, Profesor Honorer Luzhou telah memenangkan penghargaan tingkat pertama Ilmu Alam!]     

Luzhou terdiam melihat spanduk berwarna merah dan putih yang terpajang itu.     

Sudah berapa kali namanya muncul di spanduk seperti ini?     

Ia masih ingat bagaimana dulu ia hanya memenangkan Piala Pendidikan Lanjutan dan Lomba Model Komputer …     

Xiao Wang ikut memandang spanduk dan tersenyum. "Jadi, ini almamater Anda."     

"Iya." Luzhou pun tersenyum.     

Xiao Wang melihat wajah Luzhou yang terlihat serius, ia tersenyum dan berkata. "Apakah Profesor Lu ada rencana kembali ke Jinling?"     

"Iya," Luzhou menjawab. "Di sini sumber dayanya cukup bagus, dan aku suka suasana tempat ini. Rencananya, aku akan membantu membangun institusi yang lebih tinggi di Jinling dengan menggunakan pengetahuan yang kudapatkan dari Princeton. Aku ingin mengangkat Universitas Jinling menjadi institusi terkuat di Asia atau mungkin di dunia."     

Ia menjawab dengan tidak terlalu serius.     

Sehingga, masalah ia akan berhasil atau tidak bisa dipikirkan nanti, dan tidak akan ada yang menganggap perkataan itu sebagai janji atau sumpah.     

Namun, perkataan itu sudah cukup untuk membuat Wang terkesan.     

Padahal, orang lain pasti hanya akan menganggapnya omong kosong belaka.     

Tetapi, Luzhou ...     

Jika Luzhou yang mengatakannya, ia percaya ini bisa terjadi!     

Wang terdiam sesaat karena kagum, sebelum akhirnya berkata ...     

"… Hebat, Profesor Lu hebat sekali!"     

"Haha," Luzhou tersenyum. "Jangan terlalu dianggap serius. Sekarang, semua itu masih angan-angan."     

Belajar dan mengajari adalah dua hal yang berbeda.     

Profesor Qiu sudah mencoba hal serupa, dan sampai sekarang pun ia tidak bisa mengembangkan Universitas Shuimu menjadi universitas dengan standar dan kehebatan seperti Princeton. Bahkan, Jurusan Sains Material Komputer ciptaannya saja masih belum berkembang sampai sekarang.     

Sementara itu, Wang tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya mengingat perkataan itu untuk dilaporkan kepada atasannya nanti.     

Jika ini memang bisa dilakukan ...     

Negara akan merasakan manfaatnya.     

Akhirnya, mobil berhenti di depan gedung laboratorium. Namun, saat Luzhou turun, Wang juga ikut turun.     

"Aku mungkin akan berada di sini selama beberapa jam. Apa kau ingin mencari tempat untuk kill time?"     

Wang terdiam, "Kill time?"     

Luzhou berdehem, "Maksudku, tempat untuk melakukan kegiatan sambil menunggu."     

"Tidak, aku tunggu saja di mobil." Wang tersenyum dan menggeleng perlahan.      

Luzhou memutuskan untuk menerima keputusan itu.     

Luzhou mengambil sebuah kotak dari bagasi mobil dan membawa kotak itu ke dalam gedung.     

Masa-masa ujian sudah berakhir, dan para mahasiswa sudah pulang meninggalkan universitas. Seluruh gedung menjadi sangat sepi.     

Sesampainya di depan pintu kantor, Luzhou mengulurkan tangan dan mengetuk.     

Terdengar suara tidak asing dari dalam.     

"Silahkan masuk."     

Luzhou membuka pintu dan berjalan masuk.     

Melihat Luzhou masuk, Tang Zhiwei terdiam sesaat sebelum menyunggingkan senyum.     

"Sudah kubilang, kalau kau mau datang berkunjung, datang saja. Tidak perlu membawa oleh-oleh."     

"Ah, jangan sungkan. Aku sendiri merasa sungkan kalau datang tanpa membawa apa-apa." Luzhou meletakkan kotak yang dibawanya di meja. "Kubawakan teh."     

Profesor Tang menggeleng, tersenyum, dan memandang muridnya.     

"Xiao Wang, tolong sajikan teh."     

 "Baiklah."     

Xiao Wang berdiri dan berjalan ke meja dapur di ujung ruang kantor.     

Dalam beberapa menit, air pun mendidih.     

Xiao Wang membawa dua gelas teh serta teko berisi air mendidih, berjalan ke sofa tempat Luzhou duduk, dan meletakkan gelas-gelas itu di meja.     

Melihat kakaknya yang sering menyajikan teh untuknya itu, Luzhou pun bertanya.      

"Kakak Wang masih belum lulus?"     

Wang tersenyum mendengar pertanyaan itu.     

"Tahun ini lulus ... Aku sudah menerima tawaran dari Shuimu. Nanti bulan Mei baru mulai ke sana."     

 "Program S3?"     

 "Ah, iya."     

"Selamat, ya." Ucap Luzhou seraya tersenyum.     

Mendengar ucapan itu membuat Wang tidak tahu harus senang atau sedih.     

Xiao Wang menatap asap yang membumbung dari teko dan menghela nafas.     

"Ah, tidak, kau tetap lebih hebat. Dulu, saat aku menempuh S2 kau masih belum lulus S1, sekarang kau sudah jadi profesor di Princeton sementara aku baru lulus S2."     

Luzhou tidak tahu bagaimana cara menenangkannya.     

Sebenarnya, untuk orang-orang pada umumnya, menerima undangan dari Shuimu adalah sebuah pencapaian yang sangat besar.     

Luzhou tidak mengerti mengapa ia merasa sedih.     

Akhirnya, teh yang Luzhou bawakan pun tersaji, dan bau teh hangat memenuhi ruangan tersebut.     

Profesor Tang menyesap sedikit teh dan menghela nafas lega. "Enak sekali, teh apa ini?"     

"Itu ... Itu teh dari hotel tempatku tinggal. Tidak ada labelnya." Ucap Luzhou sambil tersenyum.     

Dan ia menemukan teh itu secara kebetulan.     

Saat ia tinggal di hotel, ia merasa teh yang diminumnya sangat enak, sehingga ia bertanya kepada Manager Zhang di mana ia bisa membeli teh itu.     

Manager Zhang tidak mengatakan tempat membeli teh itu, ia hanya memberikan beberapa kotak teh ke kamar Luzhou. Awalnya, Luzhou ingin membayar, namun Manager Zhang menolak dan menjelaskan bahwa teh itu adalah teh persediaan dan tidak bisa dijual tanpa izin, serta hanya untuk kalangan sendiri.     

Akhirnya, Luzhou memutuskan untuk menerima teh tersebut.     

Ia sendiri jarang minum teh, namun teh itu bisa dijadikan oleh-oleh.     

Ayahnya juga suka minum teh.     

Luzhou masih ingat bagaimana ayahnya mengatakan bahwa hobinya adalah bersantai dalam sejuknya angin, minum teh, dan memancing di empang.     

"Kalau begitu, aku tidak akan bertanya." Profesor Tang menggeleng. "Aku tidak tahu bahwa teh-mu tidak ada lisensinya atau apa."     

"Kalau Bapak suka, akan kubawakan lagi." Luzhou berujar seraya tersenyum.     

Profesor Tang menatap muridnya dan menghela nafas. "Dari awal, aku tahu bahwa kau akan mendapatkan berbagai pencapaian besar, dan dulu aku harus mengajarimu matematika. Sekarang, kau telah membuktikan kemampuanmu melebihi perkiraanku. Bahkan sepertinya kau bisa mengajariku."     

"Ah, jangan bilang begitu." Luzhou menggeleng. "Sampai sekarang aku masih menggunakan ajaran Bapak saat melakukan proyek matematika."     

Profesor Tang sudah membantunya baik di dalam maupun di luar hal-hal akademik.     

Sebelum ia pergi ke Princeton waktu itu, namanya sama sekali tidak dikenal dan ia hanya terkenal di dunia akademik. Awal popularitasnya adalah presentasi di Princeton waktu itu.     

Dan presentasi itu tidak akan terjadi tanpa bantuan Profesor Tang.     

Sangat sulit bertemu profesor yang baik seperti itu.     

Luzhou juga senang ia berkesempatan belajar di bawah Profesor Tang.     

Dan ia tidak akan melupakan sosok-sosok yang membantunya.     

"Ah, jangan terlalu memujiku." Profesor Tang melambaikan tangannya. "Guru, dosen, atau ilmuwan, aku tetaplah seorang manusia dengan kekurangan tersendiri ..."     

Profesor Tang terdiam selama beberapa saat.     

"Kau sudah bukan mahasiswa S1 yang menjadi muridku dulu, kau sudah menjadi seorang profesor terkenal baik di dalam maupun di luar negeri. Ditambah lagi, kau sudah punya banyak sumber daya dan prestise serta ilmu. Secara akademik, aku sudah tidak punya ilmu lagi untukmu. Namun, aku bisa memberimu saran."     

Luzhou segera duduk, memandang Profesor Tang, dan menunggu dengan raut wajah serius.     

Profesor Tang berpaling tanpa melihat Luzhou, memandang Xiao Wang. Sepertinya, ia ingin memberikan saran kepada kedua muridnya di sana.     

"Penghargaan Ilmu Alam tingkat pertama di tanganmu itu adalah penghargaan tertinggi dari negara. Dengan sertifikat merah di tanganmu itu, kau bisa melakukan hal-hal yang bahkan tidak bisa dibayangkan oleh para ahli biasa."     

"Sekarang, di bidangmu, tidak ada yang bisa melawanmu selama kau masih menuruti aturan. Walau kau melanggar pun, selama pelanggarannya tidak terlalu parah, tidak akan ada yang bisa menantangmu. Tetapi kekuatan ini adalah pisau bermata dua, berhati-hatilah."     

"Jika kau ingin memanjat lebih tinggi lagi kau harus berhati-hati. Pertimbangkan apakah kau mau menantang bahaya dan kesulitan besar? Tentukanlah jawabanmu sendiri."     

Xiao Wang ikut menatap Profesor Tang dengan serius. Namun, dalam hati ...     

Bangsat!     

Walau kau memberitahuku, aku tidak akan bisa menggunakan pengetahuan 'berharga' ini!     

Jangankan penghargaan tingkat negara, penghargaan tingkat provinsi saja dia tidak bisa dapat ...     

Namun ekspresi Luzhou terlihat sangat serius.     

Perkataan Profesor Tang sesuai dengan apa yang ia pikirkan selama ini.     

"Jangan terlalu serius, ini hanya saran." Profesor Tang meminum tehnya. "Ah, aku ingin bertanya."     

"Ada apa?" Tanya Luzhou.     

 "Bagaimana kabar Luo Wenxuan? Sudah lulus?"     

Mendengar nama Kakak Luo, Luzhou pun tersenyum.     

"Dia sudah menulis makalah kelulusan. Dua bulan lagi dia akan mendapat sertifikat kelulusan dari Profesor Witten."     

"Benarkah? Baguslah kalau begitu!" Profesor Tang tersenyum. "Senang mendengarnya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.