THE RICHMAN

The Richman - Once Upon a Night



The Richman - Once Upon a Night

0Hampir setiap malam, selama kurang lebih dua bulan terakhir Richard memilih tidur sangat larut, saat Christabell sudah tertidur pulas. Wanita itu sering sekali tiba-tiba jatuh tertidur saat sedang menonton TV sambil mendekap toples snack atau membaca buku, atau bahkan kadang dia tidur di ranjang tidak dalam posisi yang seharusnya, hingga mengharuskan Rich harus membopongnya.     

Namun entah mengapa, bahkan sudah lewat tengah malam, dia masih asik menonton TV. Richard yang sedari tadi menunggunya jatuh tertidur terpaksa masuk ke dalam kamar sebelum Bell tertidur.     

"Kau belum tidur?" Tanya Richard, beringsut naik ke atas ranjang.     

"Aku sengaja menunggumu." Ujar Bell sembari mematikan layar plasma lebar di sisi kiri kamar yang sengaja di tambahkan atas permintaannya.     

Richard tampak menautkan alisnya. " Ada masalah?"     

Christabell berusaha bangkit dari tempatnya tidur dan mendekap bantal untuk menutupi perutnya yang membesar. "Apa aku seburuk itu?" Tanya Bell.     

"Apa maksudmu?" Richard terlihat sangat bingung.     

"Apa akau seburuk itu hingga kau tidak ingin menyentuhku lagi Mr. Richman."     

Richard tersenyum lebar. "Aku tidak ingin membahas ini lagi sayang, kita sama-sama tahu apa alasannya."     

Christabell mengerucutkan bibirnya. "Aku sudah berkonsultasi dengan dokter dan dokter mengatakan bahwa kondisi kehamilanku sudah semakin baik, aku semakin sehat dan kuat, begitu juga dengan bayinya, aku bahkan dengan bodoh bertanya apakah aku bisa berhubungan dengan suamiku, jika ya dengan gaya apa yang paling aman dan dokter menjelaskannya hingga aku paham, meski itu sangat memalukan. Aku bahkan harus membaca berbagai literasi dari berbagai sumber yang menjelaskan tentang bagaimana cara yang aman agar aku bisa berhubungan seks dengan suamiku meski aku hamil, dan kau.... menjauhiku begitu saja, seolah-olah akau sangat menjijikan bagimu!" Christabell mengomel dengan air mata berderai-derai, sementara Richard yang sedari tadi mengamatinya tampak tersenyum lebar sekali lagi.     

"Apa kau merasa seperti itu, sungguh?" Tanyanya saat isterinya yang manja itu sudah bergulung dalam pelukannya.     

"Ya... Aku merasa tak lebih baik dari handuk kotor yang di lempar ke keranjang pakaian." Bell berujar di tengah isakannya.     

Rahang Rich mengeras sekilas "Dasar hormon sialan!" umpatnya dalam hati.     

"Sayang, aku benar-benar tidak ingin melukaimu ataupun dia." Ujar Rich sambil mengusap perut buncit Bell. "Percayalah, aku meringukanmu setiap hari. Melihatmu meliuk-liuk di hadapanku penuh kenikmatan. I'm crazy of you." Richard mengecup kening Bell.     

"Aku ingin bercinta denganmu seperti biasa, bahkan lebih dari biasanya, fantasiku liar setiap kali melihatmu tertidur di hadapanku. Tapi aku tidak ingin melukainya, atau melukaimu. Melihatmu tak berdaya di rumahsakit, aku masih bisa merasakan kengerian itu setiap kali hasratku hampir mencekikku, aku ingat semua kejadian itu. Aku ingat bagaimana rasanya ketakutan kehilanganmu." Jujur Richard.     

"Benarkah?" Bell mengusap air matanya, menengadah menatap suaminya, yang memeluknya erat.     

"Percayalah." Richard mengangguk, dia tampak begitu tenang menghadapi Christabell yang mendadak sulit di kendalikan. "Berhenti bertingkah aneh dengan tidur tanpak pakaian dan lainnya, semua tingkah anehmu hanya akan membuatku makin tersiksa. " Ujar Rich, yang sudah barang tentu membuat Bell mengigit jarinya. Dia mengingat betapa konyolnya dirinya, mulai dari tidur dengan Lingerie dengan berbagai model meski perutnya sudah sangat buncit, bahkan kadang dia sengaja melucuti pakaiannya dan berbaring di balik selimut. Dia berharap saat Richard menyentuh kulitnya, hasratnya akan bangkit dan mereka akan bercinta. Namun sudah sekian puluh malam di habiskan dalam berbagai tingkah konyol dan Rich tak pernah menyentuhnya barang sekalipun.     

"Aku tahu, mengandung anak ini membuatmu sangat kelelahan. Bahkan saat aku mengganti lingerie yang kau kenakan dengan piyama kau sudah tak lagi menyadarinya."     

Christabell mengusap wajah Richard. "Kau akan kembali ke ..." Dia tak sanggup melanjutkan kalimatnya.     

Richard menggeleng. "Kau pikir aku akan mencari wanita lain untuk menggantikanmu?" Tanya Richard dengan wajah kelam. "Kau sungguh berpikir aku serendah itu?"     

Bell terkesiap, dia tidak bermaksud menyinggung perasaan Richard. "Bukan itu maksudku." Sesalnya.     

Richard melepaskan pelukannya, menyelimuti Bell kemudian beringsut turun dari ranjangnya. Dia berjalan meninggalkan kamar di bawah tatapan Christabell yang tampak penuh sesal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.