THE RICHMAN

The Richman - Jerk!



The Richman - Jerk!

0Tiba waktunya makan malam dan kami sibuk menata meja makan, seolah sepasang kekasih akan menikmati makan malam romantis untuk mereka berdua. Set meja makan lengkap dengan lilin, bunga dan berbagai menu yang siap menggoyang lidah, namun tampaknya meja ini di set untuk delapan orang.     

"Mrs. Nourah, mengapa begitu banyak piring yang disiapkan?" Entah mengapa aku merasa sangat penasaran.     

"Em . . . nanti kau akan tahu." Senyumnya. Sejak pertama kali bertemu dengan wanita ini hingga sekarang, baru kali ini aku merasa dia benar-benar berubah menjadi wanita yang lembut.     

Setelah semua siap, kami pekerja di rumah ini duduk di meja besar yang sama untuk menikmati makan malam dengan si pemilik rumah. Ini begitu mengejutkan, karena jarang sekali bos bersedia duduk dengan para anak buahnya untuk makan malam bersama.     

Sementara kami menunggu, Mrs. Nourah naik ke lantai dua dan tak lama dia kembali diikuti oleh dua orang pria yang sama-sama tampan namun sangat berbeda dilihat dari sudut manapun. Seolah ketampanan mereka tidak bisa diperbandingkan namun mereka benar-benar tampan dalam versi masing – masing. Richman atau Richard Anthony jelas sangat tampan dengan gaya parlentenya sementara adik tirinya tampan dengan gaya militer, rambut prontos, otot dimana-mana, namun entah bagaimana mereka bisa memiliki senyum yang sama-sama manis.     

"Selamat malam semuanya. Senang sekali karena malam ini kita bisa berkumpul di meja makan untuk bersantap malam bersama. Ini tradisi yang sudah dimulai turun-temurun dan kami ingin tradisi ini terus ada." Katanya.     

Semua hening mendengarkan pidatonya. "Lebih istimewa karena kita kedatangan tamu, adikku, Brandon Anthony." Dia menoleh ke arah pria yang duduk di samping kanannya.     

"Thanks bro." Pria di sebelahnya tersenyum ringkas. "Aku memang jarang sekali berkunjung, tapi beberapa dari kalian sudah sering kulihat, kecuali satu." Kata pria berambut prontos, jika tidak salah ingat, namanya adalah Brandon.     

Richard melempar pandangan padaku dan aku hanya bernai membalas tatapannya dari balik bulu mataku. Richard berdehem sebelum memperkenalkanku. "Mss. Christabell, dia bekerja di sini."     

"Maaf, tapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak memuji anda nona Christabell, anda sangat manis. Aku Brandon Anthony by the way." Pria prontos itu memperkenalkan dirinya, dan aku hanya tersenyum saat dia menatapku. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan demi sopan santun selain tersenyum.     

"Ok, sebaiknya kita mulai makan." Richard tidak terlalu suka tampaknya jika aku terlalu banyak berinteraksi dengan adik tirinya itu, buktinya dia langsung memotong pembicaraan diantara kami dan mengalihkannya pada makanan di hadapan kami.     

Aku hanya mengambil sup kacang merah dalam mangkuk kecil di hadapanku dan memakannya. Perutku rasanya tidak begitu nyaman apalagi setelah melihat ekspresi Richard yang tidak terlalu ramah.     

Dari caranya memperkenalkanku, entah bagaimana aku merasa Richard benar-benar hanya menganggapku seorang pekerja di rumahnya meski dia mengatakan tidak seperti itu. Lagipula apa yang dia lihat dari diriku, seorang gadis biasa, jauh sekali dari level kehidupannya apalagi saat aku tidak lagi menjadi pekerja seks yang didandani dengan sangat glamour dengan perhiasan dan pakaian terbaik.     

Di tempat ini, aku hanyalah seorang pelayan yang sama sekali tidak menarik, kecuali Brandon yang hari-harinya dihabiskan di medan perang atau berlatih perang, melihatku sudah seperti melihat gadis paling cantik di dunia. Sementara kakaknya, jelas sekali berbeda karena dia bisa membayar untuk melihat gadis model apapun yang dia inginkan, dan sudah jutaan gadis cantik yang dia lihat mungkin, dan entah sudah berapa yang merasakan tidur dengannya.     

"Christabell . . . makananmu akan marah jika hanya kau aduk-aduk seperti itu." Kata Mrs. Nourah mengagetkanku, ternyata sejak tadi aku tidak menyuapkan barang sesuappun kedalam mulutku.     

"Oh ya." Aku tersadar dan memasukkan sesendok kedalam mulutku kemudian ku kunyah.     

Suasana menjadi hening kecuali Brandon yang terus mengoceh menceritakan berbagai lelucon pada Mrs. Nourah yang antusias mendengarkannya, sesekali dia menimpali dan Brandon menjadi semakinan antusias. Saat aku melihat ke arahnya, tak sengaja tertangkap oleh tatapan mataku, mata Richard tajam menatapku, aku segera menyembunyikan pandanganku.     

"Oh ya . . . nona Christabell, bagaimana akhirnya kau bisa tersesat di rumah besar ini dengan kakakku yang sedinigin es?" Tanya Brandon tiba-tiba, membuatku hampir tersedak, dan tatapan Mrs. Nourah tampak tidak menyukai kejadian itu. Dan entah mengapa Richard menyodorkan gelasnya ke hadapanku, karena tempat duduk kami memang berdekatan.     

"Hati-hati." Katanya singkat sambil menatapku khawatir dan pemandangan itu menarik perhatian seluruh mata yang mengelilingi meja.     

"Terimakasih Sir." Aku mengambil gelasku sendiri kemudian meneguknya.     

"Kurasa sebaiknya kita mengobrol setelah kita selesai makan." Brandon mengkoreksi, dan aku mengangguk.     

Aku melirik ke arah Richard dan dia tampak tidak menghiraukan kami, dia mengunyah makannnya dengan tenang, kemudian menyelesaikannya dengan cepat dan meletakkan alat makannya, menuang sendiri wine kedalam gelasnya kemudian meneguknya.     

Richard bangkit berdiri dan berujar ringan,"Aku akan ada di ruang kerjaku jika kalian membutuhkanku." Katanya.     

"Aku akan membawakan kopi untuk anda." Kataku spontan dan semua mata tertuju padaku. Aku juga entah mengapa menjadi sangat reaktif terhadap apa yang dikatakan atau dilakukan pria itu.     

"Aku baru makan jadi tidak usah terburu-buru." Katanya sambil menatapku dan aku mengangguk.     

"Iya, kakakku orang yang sangat disiplin dengan dirinya sendiri. Jadi tidak perlu terlalu kau pikirkan nona Bell." Seloroh Brandon. "Kau justru akan punya banyak waktu untuk mengobrol denganku, karena dia tidak ingin di ganggu saat dia sedang asik bercinta dengan pekerjaannya."     

"Iya Sir." Aku mengangguk lagi, dan tidak bisa menolak itu menyiksa rasanya. Seharusnya jika posisiku lebih baik dari seorang pembantu rumah tangga, aku bisa memiliki posisi tawar lebih hingga berhak menolak ajakan pria itu, tapi aku hanya pelayan yang harus mengiyakan apapun yang dikatakan oleh majikanku. Lagipula aku sudah dibayar dengan sangat mahal oleh kakaknya untuk memiliki kehidupan bebas sebagai manusia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.