THE RICHMAN

The Richman - Promises



The Richman - Promises

0"Aku berjanji untuk mencintaimu dan melindungimu seumur hidupku." Janji suci itu lantang diucapkan oleh Richard, sementara Christabell yang berkaca-kaca membalas janji pria tampan di hadapannya yang selangkah lagi menjadi suaminya.     

"Aku berjanji akan setia padamu seumur hidupku."     

Sebuah janji yang tersusun dalam kalimat-kalimat sederhana itu mengikat mereka menjadi pasangan suami isteri mulai detik itu. Berita tentang pernikahan Richard sempat menghebohkan karena pria ini dikenal selalu berstatement tidak akan terikat dalam sebuah pernikahan, namun toh pada akhirnya dia mengingkari kata-katanya itu.     

Meski demikian, semua orang senang karena pada akhirnya pria keras kepala itu bisa luluh dan memulai sebuah petualangan baru dalam kehidupannya, pernikahan.     

"Kita akan memakai kamar ini selama kau hamil." Ujar Richard membuat Bell melongo menatap suaminya itu.     

"Mengapa kita harus berpindah kamar?" Tanya Bell polos.     

"Kamar ini sangat luas, ada satu ranjang besar dan sofabed, jadi selama kehamilanmu kau akan tidur di ranjang itu dan sofabed untukku." Ujarnya.     

Alis Bell mengkerut semakin dalam. "Mengapa harus begitu?"     

Richard meraih wajah Bell."Dokter mengatakan bahwa kehamilanmu sedikit beresiko pendarahan karena letak plasenta bayi yang tidak pada posisi, jadi kau akan butuh banyak istirahat. Aku tidak akan mengganggumu selama kau mengandung bayi ini."     

Bell menelan ludah, ekspresinya berubah seketika. "Jadi kita akan tidur terpisah?"     

"Ya… Demi bayi dalam kandunganmu."     

Mata Bell berkaca-kaca, kelopaknya memerah bersamaan dengan ujung hidung Bell. "Kau tidak benar-benar mencintaiku Rich,…" Bell melafalkan kalmat itu dengan sangat pelan, dia terhuyung kebelakang hingga jatuh terduduk di sebuah sofa.     

"Hei… apa maksudmu?" Richard berlutut di hadapannya.     

"Kau hanya menginginkan bayi ini bukan?" Bell menatap nanar pada Richard dan pria itu membalas tatapan isterinya degan kebingungan.     

"Aku mencintaimu, karena itu dokter melarangku dan aku mengikutinya."     

Christabell menengadah. "Bisakah kau keluar dari kamar ini sekarang?" Pinta Christabell. Kehamilan pertama ini membuat dirinya bingung. Selama ini dia berpikir bahwa hamil adalah proses dimana seorang bayi tumbuh di rahim ibunya, hanya itu saja. Baginya alasan mengapa Richard tidak ingin tidur di ranjang yang sama dengan dirinya hanyalah sebuah pembodohan.     

"Christabell, aku akan menghubungi dokter. Kau bisa bicara dengan dokter, biar dia yang menjelaskan padamu mengapa kehamilanmu beresiko." Ujar Richard, namun Christabell tampak tak mudah menerimanya.     

"Berikan aku waktu untuk sendiri."     

Richard menyerah, dia adalah pria dewasa yang tahu kapan harus berjuang untuk menjelaskan, kapan untuk menyerah dan memberikan waktu pada lawan bicaranya untuk menenangkan diri. Karena ada kalanya menjelaskanpun tak ada gunanya sama sekali saat situasi emosi keduabelah pihak sedang tidak stabil.     

Rich memilih keluar dari ruangan dan duduk di sebuah sofa, semua kejadian ini terlalu cepat juga baginya. Membuat keputusan untuk menikah demi memberikan status sipil yang jelas pada sang anak adalah keputusan yang harus dia ambil sesegera mungkin, meski perasaannya pada Christabell juga bukan sesuatu yang bisa di abaikan. Dia benar-benar mencintai gadis itu, tapi lebih dari semua yang dia rasakan pada Christabell, entah mengapa rasa harunya saat melihat sebuah titik kecil dari hasil cetak USG yang di tunjukan dokter bersama rekam medis Christabell membuat pikirannya mantap ingin merawat anak itu.     

***     

Rich terlibat percakapan dengan dokter kandungan yang menangani Christabell.     

"Bagaimana caraku menjelaskannya pada Bell, dia mengira bahwa aku hanya menginginkan anaknya dan buan dirinya."     

Sang dokter tampaknya tersenyum. "Masalah hormonal seperti ini terkadang memicu perasaan-perasaan yang berubah dengan drastis, menjadi lebih sensitif pada awal kehamilan, dan itu wajar."     

"Apa yang harus kulakukan?"     

"Saya tidak meminta anda untuk tidur di ranjang yang berbeda dengan isteri anda, hanya saja sebaiknya anda tidak melakukan hubungan intim dalam masa kehamilan ini, karena kehamilan isteri anda termasuk dalam kategori kehamilan beresiko."     

Rich menekan pangkal hidungnya. "Bisakah kau datang dan memberikan penjelasan padanya?"     

"Anda bisa memberi isteri anda bahan-bahan bacaan agar pemahamannya lebih terbuka Sir. Jika perlu aku akan datang ke rumah anda, tapi sementara itu, dia hanya perlu merasa dincintai."     

"Ok, terimakasih dokter."     

Rich menutup teleponnya dan beralih pada mesin pencari google untuk menemukan rekomendasi buku-buku yang bisa di baca ibu hamil untuk memberiken pengetahuan dalam proses kehamilannya. Bahkan karena terlalu banyak, Rich akhirnya memutuskan untuk pergi sendiri ke toko buku terdekat dan mendapatkan beberapa judul buku yang mendukung hipotesa sang dokter terkait dengan kehamilan beresiko yang dijalani oleh Christabell.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.