THE RICHMAN

The Richman - Mother in Law



The Richman - Mother in Law

0Christabell terbangun dan segera melucuti pakaian konyolnya yang sengaja dia beli untuk di persembahkan pada Richard semalam. Namun apa daya, dia terlalu lelah untuk mewujudkan rencananya karena Rich kembali ke rumah sudah begitu larut.     

Dan kini saat pagi datang, Richard masih meringkuk seperti bayi. Bahkan dengkuran lembut masih terdengar di sela-sela bibirnya yang setengah terbuka. Siapa bilang pria tampan tidak mendengkur saat tidur dan tidak terbuka mulutnya hingga tak jarang berliur tanpa sadar seperti pria kebanyakan. Hanya bedanya mereka tetap tampan dan mempesona dalam posisi tidur seperti apapun. Begitu juga dengan Richard Anthony.     

Setelah mengganti pakaiannya dan menyembunyikan kostum itu jauh-jauh dari jangkauan siapapun, Christabell kembali ke dalam kamar. Memastikan bayinya masih tertidur pulas dengan tiga botol susu bekas pakai yang berjajar di atas menja. Lebih layak di sebut berantakan daripada berjajar rapi.     

Christabell menoleh ke arah suaminya, rupanya pria berhati malaikat itu semalam terbangun berkali-kali untuk memberikan susu pada Adrianna bahkan sebelum baby Adrianna membuat kegaduhan dan membangunkan ibunya.     

***     

Beberapa saat kemudian Richard menggeliat malas, perlahan matanya mulai terbuka dan berhasil menemukan keberadaan isterinya yang sedang berdiri di tepi box bayi tempat baby Adrianna juga masih tertidur pulas.     

"Oh... I'm so sorry..." Sesal Rich.     

Christabell tersenyum, dia merangkak ke atas ranjang dan menindih tubuh suaminya itu, tepat di atas pinggangnya.     

"Woops..." Ricahard melengkung sekilas. Pagi hari adalah saat-saat bagian itu seharusnya tidak disentuh siapapun karena sangat sensitif.     

"Sorry." Balas Christabell.     

"Maaf sayang, semalam ada masalah kecil di kantor sebelum aku pulang. Sedikit urgent untuk di selesaikan."     

Alis Christabell bertaut. "Masalah?" Dia tampak menuntut penjelasan.     

"Ya." Richard menaikkan alisnya sekilas. "Seseorang memasuki ruang server cadangan dan mengambil beberapa data."     

"Seriously?" Christabell mendadak menjadi sangat takut, dia beringsut turun dari atas tubuh suaminya dan memilih untuk duduk menghadap suaminya itu.     

Richard menghela nafas dalam. "Pihak kepolisian sedang menyelidiki kasus itu. Tidak perlu kau cemaskan, bukan hal yang penting."     

Christabell mengusap wajah suaminya itu. "Bagiku apapun yang menyangkut keselamatanmu menjadi sangat penting Rich." Ujar Bell.     

"Sejauh ini masih bisa kutangani sayang." Richard meyakinkan isterinya itu. "Yang sangat ku khawatirkan sekarang adalah, apakah isteriku akan membalas dendam atas kelalaianku semalam atau tidak." Seloroh Rich.     

"Oh come on...." Christabell memutar matanya. "Aku rasa kau harus menerima hukuman yang setimpal Mr. Anthony." Ujar Christabell.     

"Apa?" Tanya Richard penasaran.     

"May be this." Ujar Christabell sembari mendekatkan bibirnya ke bibir suaminya itu dan mengecupnya, hanya sekilas.     

"Hanya itu?"     

Christabell melipat tangannya di dada. "Itu balasan yang pantas kau terima Mr. Anthony. Sebuah perasaan menginginkan lebih sementara kau tidak bisa mendapatkannya." Christabell beringsut turun karena baby Adrianna tampak tidak suka jika ayah dan ibunya menghabiskan waktu berdua untuk bercengkerama. Entah mengapa dia sudah mulai terdengar gelisah dan bangun dari tidurnya.     

"Adrianna,... harusnya kau berada di team daddy." Protes Richard. Dia terlihat kesal dan memilih menelungkupkan tubuhnya di atas ranjang dengan bantal menutupi kepalanya sementara Christabell segera mengambil Adrianna dari box bayi dan menggendongnya. Sudah waktunya Adrianna mendapatkan perhatian penuh setelah semalaman terpaksa di layani oleh ayahnya soal menyusu.     

Richard akhirnya menyerah dan memilih untuk turun dari ranjangnya dan pergi mandi. Hari ini tentu saja sudah banyak pekerjaan yang menunggu di tuntaskan olehnya.     

Christabell mendekati Rich yang sedang mengikat dasi dan mengambil alih tugas itu, sebagian untuk merayu suaminya sebagian karena itu bagian dari tugas hariannya. "Sayang hari ini aku akan menemui ibu."     

"Undang saja ibumu kemari, biarkan dia menginap beberapa hari." Ujar Rich, dia tampak tak keberatan sama sekali dengan ide isterinya itu.     

"Ide yang bagus." Puji Christabell.     

Richard mengerucutkan bibirnya sekilas, "Bagaimana jika aku menjemputnya sebelum pergi bekerja dan membawanya kemari, jadi kau bisa fokus pada baby Adrianna." Richard menawarkan diri.     

Christabell menatap suaminya dengan mata kekaguman,"Ya mungkin dengan begitu dia tidak akan merasa canggung lagi pada menantunya."     

Richard tersenyum. "Aku melewatkan fase meminta pada orang tuamu untuk menikahimu, mungkin aku bisa menebus moment itu hari ini."     

"Wow, sangat gantlement." Goda Christabell.     

"Bukankah itu yang membuatmu tergila-gila Mrs. Anthony." Seloroh Rich. Keduanya terbahak, moment kekonyolan seperti ini selalu membuat mereka merasa sajtuh cinta setiap harinya.     

Setelah menyelesaikan berpakaian, Richard yang sudah tahu tempat tinggal ibu mertunya itu bergegas meninggalkan rumah. Tujuan pertamanya kali ini bukan kantor, melainkan apartment ibu mertuanya. Rencananya adalah mengajak ibu mertuanya untuk sarapan, sudah barang tentu suasana akan menjadi cair saat dipadukan dengan makanan, itu prinsip Rich.     

***     

Richard datang ke apartment yang di tinggali oleh ibu mertuanya itu. Sedikit canggung tapi Rich tidak bisa membuang banyak waktu. Akhirnya Rich mengetuk pintu itu, dan seorang wanita setengah baya membuka pintunya.     

Wanita itu jauh lebih cantik dibandingkan saat wajahnya terekam di kamera CCTV. Matanya berbinar dan senyumnya terlihat tulus.     

"Hai…" Layla tampak surprise saat seorang pria muda tampan yang adalah menantunya sendiri berdiri di ambang pintunya. Richard tak kalah canggung.     

"Hi." Balas Richard dengan senyum ragu.     

"Kau datang dengan Christabell?" tanya Layla.     

Richard menggeleng. "Tidak, aku datang kemari untuk mengajak anda sarapan. Mungkin ini baik untuk saling mengenal."     

"Oh kau terlalu formal, panggil aku Layla."     

"Bagaimana jika aku memanggilmu mommy, sama seperti isteriku memanggilmu?"     

Layla tersenyum lebar, matanya bersinar-sinar. "Aku akan sangat bahagia nak." Jawabnya. "Kau ingin aku memasak sarapan untukmu? Masuklah."     

Richard menjawab cepat. "Tidak, tentu saja tidak. " Jawabnya.     

"Aku ingin mengajakmu sarapan di rumah kami."     

"Apa?" Layla terlihat jauh lebih terkejut.     

Richard tersenyum lebar. "Aku tidak bercanda. Aku dan Christabell benar-benar ingin kau tinggal di rumah kami."     

"Oh, wanita tua ini hanya akan merepotkan." Layla berjalan masuk dan membiarkan pintunya terbuka. Richard menyusul masuk dan duduk di sebuah sofa kecil yang tampak terlalu kecil untuk si pria besar itu.     

"Aku akan ikut denganmu hari ini hanya untuk sarapan. Setelah itu aku akan pulang."     

Richard tidak ambil pusing. "Setidaknya bermainlah dengan cucumu."     

"Tentu, pasti akan kulakukan. Tapi aku tidak akan menginap."     

"Itu bisa kita bicarakan nanti. Sekarang ganti pakaianmu dan kita akan pergi."     

***     

Layla dan Rich berada di dalam mobil Richard, mereka tengah kembali ke kediaman keluarga Anthony.     

"Maaf karena aku baru menemuimu sekarang." Richard membuka pembicaraan, karena ibu mertuanya tampak tak banyak bicara.     

Layla menoleh dan tersenyum ke arah Richard. "Aku berterimakasih banyak padamu, kau menyelamatkan hidup puteriku."     

"Aku mencintai puterimu." Jawab Rich.     

"Dan aku juga berterimakasih untuk itu." Layla menatap Richard dengan binary ketulusan di matanya. Sejurus kemudian Layla menghela nafas dalam. "Kau tahu?" Jedanya. "Aku sempat menyesali pilihanku untuk tetap mempertahankan Christabell saat pertama kali aku melihat bayi mungil yang begitu cantik dalam dekapanku di rumahsakit." Ujarnya memulai cerita masalalunya.     

"Apa yang kau sesalkan?" Richard menoleh sekilas, tatapannya penuh empati.     

Layla melempar tatapan keluar jendela, mencoba menetralisir getaran emosi dalam dirinya yang mungkin akan membuatnya bercucuran air mata. Dan dia tidak ingin terlihat seperti itu dihadapan menantunya.     

"Saat itu aku berusia duapuluh tahun, kabur dari rumah, homeless, dan tidak tahu harus bagaimana menghidupi seorang bayi mungil yang lahir dari rahimku itu? Aku merasa sangat bersalah karena menyeretnya dalam kehidupan yang buruk."     

"Kau wanita yang hebat." Puji Rich.     

Layla tersenyum getir. "Aku merasa begitu buruk sebagai seorang ibu karena telah meninggalkan anaknya dipanti asuhan."     

"Kau tidak memiliki pilihan saat itu." Timpal Rich.     

Layla menggeleng. "Aku bisa saja memberitahu pada ayah biologis Christabell dan memintanya membiayai hidup kami, atau justru meninggalkan isterinya dan menikahiku. Tapi nuraniku mengatakan tidak untuk melakukan hal seperti itu."     

Richard meraih tangan keriput wanita itu. "Sekarang kau memiliki kami. Jangan menghawatirkan tentang kehidupan lagi, sudah cukup berjuang. Saatnya kau menikmati kenyamanan di harituamu."     

Layla berkaca, dia bahkan segera menyeka wajahnya saat bulir-bulir air matanya mulai berjatuhan. "Christabell and you, both of you are miracle for me."     

Richard masih memegang tangan ibu mertuanya itu. "Aku kehilangan ibuku saat usiaku masih kecil. Terimakasih karena kau kembali untuk Christabell, karena meski sangat ingin, ibuku tidak bisa kembali untukku." Richard menjadi kecut hati.     

"Oh Son…." Layla menatap Rich penuh empati. "Aku akan jadi ibumu mulai sekarang, kau dan Christabell, kalian berdua adalah anak-anakku."     

"Thanks."     

Tak berekspektasi sejauh itu, tapi Richard benar-benar merasakan kenyamanan dan keteduhan berada di dekat wanita tua ini. Meskipun masa mudanya dipenuhi dengan kesulitan, tapi tak tampak merubah karakternya sama sekali. Layla masih wanita yang sama, sederhana dan baik hati.     

Selama berpuluh-puluh tahun dia bekerja keras, mulai dari menjaga swalayan, menjadi pengasuh anak, menjadi pelayan di restoran, dan banyak pekerjaan berat lainnya dia lakukan untuk mengumpulkan uang. Dia berniat suatu hari akan datang menemui Christabell dan memberikan semua hasil jeripayahnya saat muda sebagai ganti rugi. Namun apa yang dia kumpulkan tak pernah cukup banyak ternyata.     

Beberapa tahun lalu wanita itu sempat mengalami kecelakaan yang mengharuskan dia merogoh seluruh tabungannya karena dia tidak memiliki asuransi kesehatan. Dan kini, saat dia kembali pada Christabell, dia datang tanpa sepeserpun. Bell dan Rich justru membiayai hidupnya.     

Setiba dirumah, ini justru menjadi kejutan balik bagi Christabell, dia tidak menyangka bahwa ibunya akan datang dan menyantap sarapan pagi bersama keluarga kecil itu. Richard bahkan menunda pergi ke kantor demi melakukan kegiatan super manis di pagi ini, sarapan bersama dengan isteri, anak dan ibu mertuannya.     

Mereka duduk melingkar mengitari meja makan besar itu dan menyantap hidangan yang sudah diolah chef professional yang bekerja di rumah itu.     

��Aku suka moment ini." Richard memcah keheningan.     

"Aku terharu." Layla tersenyum lebar dengan mata berkaca-kaca. "Aku tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi dalam hidupku."     

"Mom…." Christabell meremas tangan ibunya itu untuk memberikan dukungan.     

"Kita bisa melakukan ini lebih sering jika mommy tinggal di sini." Imbuhnya.     

Layla menatap Richard. "Jadi ini bagian dari rencana besarmu anak muda?"     

Richard tertawa. "Aku tahu bagaimana memepengaruhi orang secara emosional." Rich memuji dirinya sendiri setelah tawanya mereda.     

"Apa kalian benar-benar tidak akan merasa kerepotan?" Tanya Layla memastikan.     

"Kami akan sangat bahagia." Ujar Rich dan Christabell hampir bersamaan.     

Layla menghela nafas dalam. "Berikan aku waktu beberapa saat untuk memikirkannya."     

"Ok, kami tidak ingin memaksamu. Kami bisa menunggu." Christabell menjawab. Setelah itu mereka mulai bersantap sambil berbincang tentang banyak hal. Rich menceritakan tentang pekerjaannya, sementara Christabell menceritakan tentang perkembangan Adrianna yang setiap kali membuatnya terheran-heran, sementara Layla menikmati mendengar banyak hal dari mulut anak-anaknya. Cerita tentang dunia mereka dimana Layla boleh menjadi bagiannya tanpa penolakan sedikitpun.     

***     

Setelah menyantap sarapan pagi, Layla memutuskan untuk bermain dengan Adrianna. Sementara Zoey sedang merapikan pakaian dan perlengkapan Adrianna, dan Christabell menerima telepon dari Richard, dia menitipkan baby Adrianna di gendongan ibunya. Awalnya Layla menggendong Adiranna di sekitar kamar. Tapi saat selesai menelepon Christabell tak menemukan keberadaan ibunya dan puterinya itu.     

Mendadak kepanikan menyeruak, Bell segera meminta Zoey membantu menemukan ibunya. Begitu juga dengan semua orang yang ada di rumah. Barulah setelah sepuluh menit mencari, sang ibu ditemukan dalam keadaan ketakutan sembari menggendong cucunya.     

"Aku tersesat..." Bisiknya dengan wajah pucat pasi.     

"Mom..." Christabell mengambil alih Adrianna dan meminta Zoey memapah ibunya masuk kedalam kamar.     

"Jangan khawatir mom, kau ada di rumah kami."     

Layla mengangguk, entah mengapa beberapa saat yang lalu dia mendadak bingung berada dimana dan sedang menggendong siapa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.