THE RICHMAN

The Richman - Can’t Stop Thinking



The Richman - Can’t Stop Thinking

0Richard baru saja akan meninggalkan ruang kerjanya saat seseorang menghubunginya. Tampaknya dia adalah orang kepercayaan Rich yang diminta untuk mencari tahu perihal wanita dalam rekamaman cctv yang beberapa hari lalu muncul di taman dan mengikuti isterinya juga bayinya.     

"Sir, aku sudah mengirimkan semua datanya melalui email anda." Itu kalimat yang terdengar dari seseorang di seberang telepon. Rich tampak paham dan setelah mematikan sambungan teleponnya bergegas menyalakan kembali laptopnya dan membuka email untuk memeriksa laporan yang dikirimkan oleh orang kepercayaannya itu.     

Layla Stone, lahir di Boston 25 Januari 1956. Itu kalimat pertama yang di baca oleh Rich. Masih belum menemukan apapun sampai di beberapa lampiran lain. Ada beberapa dokumentasi pendidikan formal yang pernah ditempuh layla. Pekerjaan yang pernah dia lakukan hingga riwayat kesehatannya.     

Layla melahirkan bayinya di usia duapuluh tiga tahun dan menitipkan bayinya di sebuah panti asuhan. Richard membaca nama panti asuhan itu dan juga riwayatnya hingga nomor kontak yang bisa di hubungi. Sejurus kemudian Rich menghubungi nomor yang tertera di data tersebut. Tiga kali panggilannya tak terjawab, tapi Richard masih belum putus asa. Dia menghubungi ke empat kalinya dan terdengar suara serak seorang wanita di seberang. Tampaknya wanita itu sudah tidak muda lagi.     

"Selamat malam nyonya." Sapa Richard ramah.     

Wanita itu menjawab. "Selamat malam."     

Richard tampak canggung tapi dia tidak mengurungkan niatnya. "Apakah betul saya bicara dengan pemilik panti asuhan?"     

"Ya."     

"Aku akan memberikan donasi untuk panti, tapi maaf sekali harus menghubungimu selarut ini."     

Suara wanita di seberang terdengar lebih riang. "Oh, tidak masalah Sir. Terimakasih banyak untuk kebaikan hati anda."     

"Besok pagi aku akan berkunjung ke panti, tapi sebelum itu akan kutransfer donasiku mala mini."     

"Semoga Tuhan memberkati anda dan keluarga anda Sir. Terimakasih banyak sudah peduli pada orang-orang seperti kami." Ujar sang pemilik yayasan itu.     

"Ok. Terimakasih banyak." Richard mempertimbangkan sekilas apakah dia akan menyebut nama Layla sekarang atau menunggu besok pagi saat dia bertemu langsung dengan ibu panti.     

"Ada lagi yang ingin anda sampaikan Sir?" Tanya wanita itu, seolah bisa membaca kegelisahan Richard.     

"Ada satu hal yang mengganjal di pikiranku saat ini." Richard berusaha membuka pembicaraan pada alasan utama mengapa dia menghubungi panti asuhan itu selarut ini.     

"Silahkan ungkapkan saja, beberapa donatur memang memiliki alasan khusus mengapa mereka memilih untuk berdonasi di panti asuhan kami."     

"Ya." Richard terdengar setuju. "Aku ingin tahu tentang bayi yang di tinggalkan Layla Stone." Kalimat Rich terhenti, dia menunggu reaksi si pemilik panti begitu mendengar nama Layla Stone.     

"Anda mengenal Layla?" Tanya wanita di seberang, dia terdengar sedikit konservatif sekarang ini.     

"Em, dia datang kerumahku beberapa waktu lalu. Dan aku sedang mencari tahu dari mana dia bisa memiliki ide untuk datang ke rumahku."     

Wanita di seberang telepon berdehem. "Anda adalah Mr. Anthony?" Tanya si wanita.     

"Anda mengenaliku nyonya?" Bagaikan tertangkap basah. Beberapa kali Rich dan Christabell memang berdonasi dalam jumlah besar ke panti asuhan atas nama Christabell. Semua urusan donasi di serahkan pada isterinya, jadi Rich tidak pernah terhubunga langsung dengan orang –orang yang ada di panti asuhan. Namun ibu panti jelas tahu banyak tentang suami Christabell, dalam setiap kali kunjungan, Christabell selalu antuias menceritakan tentang suaminya itu.     

"Christabell sering menceritakannya." Jawab sang wanita. "Maksud saya Mrs. Anthony." Ungkapnya mengkoreksi.     

"Jika anda sedemikian dekat dengan Christabell, tolong katakana dengan jujur. Apakah bayi yang di tinggalkan Layla Stone puluhan tahun lalu adalah isteriku?"     

Wanita di seberang telepon terdiam cukup lama, dia bahkan memegangi bibirnya, tangannya gemetaran menahan keterkejutan besar yang tidak pernah dia sangka-sangka. Setelah puluhan tahun mengapa wanita itu akhirnya datang kembali?     

"Tolong jawab." Richard berbicara kembali, terdengar lebih seperti memohon.     

Ibu panti asuhan menelan ludah, tenggorokannya mendadak kering hingga sulit baginya untuk bersuara. "Iya." Pungkasnya. Dia mengakhiri panggilan Richard sepihak dan jatuh terduduk, kakinya lemas membayangkan bagaiman jadinya jika Christabell bertemu dengan ibu kandungya setelah kehidupan nyaman yang dia miliki?     

"Hatinya pasti akan hancur." Gumam ibu panti dalam hatinya.     

Richard meletakkan ponselnya, dia juga menyandarkan dirinya di sandaran kursi kerjanya. Tarikan nafas berat menandakan bahwa masalah ini cukup rumit baginya. Bagaimana harus memberitahukan pada Christabell, isterinya jika wanita yang tertangkap kamera pengintai di rumahnya adalah ibu kandungnya? Untuk apa wanita itu datang? Kemana selama ini dia pergi? Dan apa alsannya meninggalkan Christabell di panti asuhan?     

Richard berpikir untuk sementara waktu dia akan menyembunyikan hal ini dari isterinya. Akhirnya Rich memutuskan untuk pulang kerumah dan bertingkah seolah tak terjadi apa-apa. Dalam perjalanan pulang, melalui ponsel canggihnya Rich menggelontorkan sejumlah dana ke rekening panti asuhan untuk menggenapi janjinya.     

***     

Sesampainya di rumah, Christabell tampak sudah meringkuk di ranjang dan terlelap. Richard menggulung lengannya dan mendekati isterinya itu, kemduian mengencupnya sekilas sebelum berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.     

Setelah mengganti pakaian, Rich kembali ke kamar dan menghampiri box bayi tempat Baby Adrianna juga tertidur pulas. Sekali lagi, helaan nafas Rich terlihat cukup dalam. Dia melempar pandangan secara bergantian, pada baby Adrianna dan ibunya. Richard Anthony akhirnya merangkak naik ke ranjang dan memeluk isterinya kemudian jauh tertidur setelah menghadapi hari yang panjang dan melelahkan.     

Kejadian siang tadi tampaknya mempengaruhi alam bawah sadar Christabell, hingga terbada dalam mimpi dalamnya. Seolah dia berdiri dan menyaksikan semua kejadian yang di kisahkan oleh Layla Stone.     

Bell bisa melihat wanita cantik berusia duapuluh tahun yang tampak atraktif itu menikmati liburannya di Dubai bersama teman-temannya. Lalu adegan dalam pesawat saat dia bertemu pria tampan yang mencuri hatinya kala itu. Mereka benar-benar terlihat seolah tersihir satu dengan yang lainnya. Mimpi itu begitu panjang dan melelahkan, karena Christabell harus menyaksikan gadis muda yang tengah mengandung itu mencoba melarikan diri dari ibunya, dan itu berat. Bahkan dalam mimpinyapun Christabell bisa memperbandingkan kesulitannya harus mengandung baby Adrianna dalan penculikannya di Poerto Rico. Saat-saat yang mengguncang kewarasan, melahirkan tanpa suami di sisinya.     

"Ahhh!!" Christabell terbangun, seolah baru saja di tarik dari kejadian nyata yang terjadi di hadapannya seperti sebuah film panjang yang menguras emosi. Keringat Christabell bercucuran membasahi wajahnya hingga ke leher.     

Richard bangun dan memastikan kondisi isterinya itu. "Hei honny…" Suara parau Rich terdengar sembari mengusap punggung isterinya itu. "Are you ok?" Tanya Rich sembari mengambilkan gelas air mineral di sisi tempat tidur dan menyodorkannya pada isterinya.     

"Ya…" Angguk Christabell. "Hanya mimpi buruk." Ujarnya setelah meminum beberapa teguk air dan mengembalikan gelas itu di meja kecil sisi tempat tidur. Christabell kembali meringkuk di ranjang dan Richard memeluknya.     

"Apa baby Adrianna sempat terbangun?" Tanya Christabell.     

"Beberapa menit yang lalu, mungkin setengah jam lalu. Aku sudah memberinya susu dan dia tertidur lagi." Ujar Rich.     

Christabell mengusap wajah Rich. "Harusnya kau membangunkanku, biar aku yang mengurusnya."     

"Kau terlihat sangan nyenyak, aku tidak tega membangunkanmu." Jawab Rich.     

"Thanks." Bell membenamkan dirinya semakin dalam, dan Richard memperketat pelukannya.     

"Tidurlah kembali." Bisik Rich disusul kecupan di ujung kepala Christabell.     

"Ya." Angguk Christabell.     

Bahkan selain Rich, Bell juga tampak berniat untuk menyembunyikan kejadian tadi siang, saat wanita setengah baya itu datang dan mengaku sebagai ibu kandungnya. Christabell berpikir bahwa ini adalah masalahnya dan harus dia selesaikan sendiri tanpa melibatkan Richard suaminya, karena bagaimanapun Richard sudah terlalu sibuk dengan berbagai hal terkait pekerjaannya. Masalah ini seharusnya tidak membebaninya lagi.     

Setelah semua hal dihandle oleh Richard, terkadang Christabell merasa dirinya tak cukup berguna di rumah itu. Sesekali dia ingin membangu meringankan beban pikiran suaminya itu, salah satunya dengan memilih untuk menyembunyikan soal kemungkinan kembalinya sang ibu kandung yang puluhan tahun lalu sempat meninggalkannya.     

Christabell jatuh tertidur kembali. Tidak ada pelukan yang lebih hangat dibandikan pelukan suaminya. Tempat ternyaman untuk menikmati tidur nyenyak adalah didalam pelukan hangat Richard Anthony, seolah semua luka, semua tangis akan ditanggung olehnya.     

***     

Pagi menjelang dan semua orang mulai bangun dan sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing. Juru masak sudah menyiapkan berbagai hidangan untuk bersantap pagi untuk semua orang di rumah itu. Baby Adriann sudah sibuk mengoceh dengan bahasa bayinya yang tak di mengerti oleh siapapun, sementara ibunya membawanya berkeliling di sekitar rumah untuk menikmati udara pagi. Namun Richard masih tertidur pulas di ranjang, dia tampak tidak mendapatkan cukup istirahat semalam.     

"Bisakah kau bawa Baby Adrianna dan memandikannya?" Tanya Bell pada Zoey. Gadis muda itu mengangguk dan mengambil alih baby Adrianna kemudian membawanya masuk kedalam rumah.     

Sementara itu Christabell yang berada di taman memikirkan untuk kembali menemui wanita yang mengaku sebagai ibukandungnya itu atau tidak? Wajah wanita itu, suaranya yang bergetar menceritakan semua kisah pahit yang dia alami saat usianya baru duapuluh tahun tapi dia sudah memiliki keteguhan hati untuk tetap merawatnya, bahkan ketika neneknya sendiri, wanita bernama Maryam itu ingin agar Layla mengugurkan kandungannya tapi gadis muda itu menolaknya dan memilih untuk meninggalkan kehidupannya dan memulai kehidupan baru yang sulit bersama bayi kecil bernama Christabell.     

Dalam hati Bell terjadi pergolakan hebat. Di satu sisi dia benar-benar ingin datang dan menemui wanita bernama Layla Stone itu lagi dan mempertanyakan alasannya meninggalkan Bell sendiri dan tidak pernah datang lagi mengunjunginya atau bahkan menanyakan kabarnya saat dia berdada di panti asuhan itu.     

Jika dia rela untuk meninggalkan kehidupannya, meninggalkan Maryam ibunya demi bayi kecil tak berdosa yang bernama Christabell, lalu mengapa saat bayi itu bisa menghirup nafas dari lubang hidungnya sendiri justru dia tinggalkan di panti asuhan? Christabell menghela nafas dalam, sembari terduduk di sebuah kursi taman, pikirannya menjadi kalut. Christabell bahkan meremas wajahnya, dan menopang dagunya dalam lamunan.     

Pemandangan itu tertanggkap mata Richard yang baru saja bangun lalu mencari isteri dan anaknya. Dia menemukan Baby Adrianna bersama Zoey namun tidak dengan isterinya. Saat Rich kembali ke kamar dan melihat melalui balkon kamarnya, tampaklah pemandangan itu. Isterinya dengan wajah kusut tengah duduk di kursi taman samping rumah. Untuk beberapa saat Richard menatap ke arah Christabell, mencoba mencari tahu apa yang menjadi beban pikiran isterinya itu.     

***     

Meski Rich termasuk suami yang protektif pada isteri dan anaknya, tapi dia bukan tipe yang suka menginterupsi Richard lebih banyak memberikan ruang pada isterinya untuk bisa membereskan urusannya, dan jika dirasa Christabell tak sanggup menangani masalahnya sendiri, maka Richard akan turun tangan untuk membantunya.     

Saat Christabell kembali kedalam kamar, Richard sudah tampak rapi dengan setelan yang akan dia gunakan untuk bekerja.     

"Kupikir kau bersama baby Adrianna." Ujar Rich, memancing agar isterinya mau bercerita.     

"Oh, baby Adrianna sedang mandi bersama Zoey. Jadi aku berjalan-jalan sebentar di sekitar rumah." Jawab Christabell sembari memastikan penampilan suaminya itu. Bell meraih juntaian dasi dan mengikatkannya di leher sang suami.     

"Kau yakin baik-baik saja Mrs. Anthony?" Tanya Rich.     

Christabell membeku menatap mata suaminya. "Ya…" Angguknya cepat.     

"Aku menghawatirkanmu." Richard merapikan juntaian rambut yang lolos dari cepol isterinya itu dan menyematkannya di belakang telinga. Tatanan rambut di gulung besar di atas kepala dengan beberapa helai yang menjuntai menutupi sisi wajah Christabell justru membuatnya terlihat cantik natural, dan Richard mengidolakan penampilan isterinya itu justru saat dia benar-benar baru bangun tidur.     

"Oh, tenang saja Mr. Anthony. Aku bisa menanganinya, itu hanya mimpi buruk. Banyak hal besar lain yang harus anda khwatirkan, don't be so worry about me." Christabell meyakinkan suaminya itu dan Richard mengerucutkan sekilas bibirnya sebelum mengangguk setuju.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.