THE RICHMAN

The Richman - Woman In Shadow



The Richman - Woman In Shadow

0Christabell tengah membawa bayinya berkeliling di sekitar komplek perumahannya bersama sang perawat bayi dengan kereta dorong premium yang di buat khusus untuk bayi Adrianna. Meskipun Richard bukan ayah yang cukup hangat, tapi dia berusaha memberikan semua yang terbaik untuk bayinya itu.     

Hubungannya dengan Adrianna juga semakin menghangat setelah Christabell berhasil membagi perhatiannya pada bayi besar dan bayi mungilnya. Beberapa keseruan bahkan sempat mewarnai malam-malam mereka.     

"Zoey, bisakah kita duduk di sana?" ajak Christabell. Zoey adalah pengasuh Adrianna yang dipekerjakan oleh Richard setelah melalui berbagai seleksi termasuk test kepribadian dan di interview langsung oleh Christabell. Hal itu dilakukan untuk memastikan bahwa bayi mereka berada di tangan orang yang tepat. Christabell bahkan langsung menerima Zoey setelah mengobrol dengan gadis berusia dua puluh tiga tahun itu.     

Kemiripan antara dirinya dan Zoey, sama-sama tidak tahu dimana orang tua mereka. Zoey juga tumbuh dan dibesarkan tanpa orang tua, dia di besarkan oleh para biarawati di sebuah biara. Namun setelah dewasa Zoey memilih jalannya sendiri, dia ingin hidup layaknya manusia biasa dan meninggalkan biara.     

Zoey tersenyum dan ikut duduk di sebelah Christabell, sementara Adriana tampak senang bermain memainkan berbagai mainan di atas kereta dorongnya juga menikmati sejuknya udara pagi.     

"Kau pernah berpikir mengapa orangtuamu meninggalkanmu?" tanya Christabell mendadak. Pertanyaan tersebut membuat Zoey sedikit terkejut.     

"Tidak." gelengnya.     

"Kau menerima keadaan begitu saja?" Christabell menoleh ke arah Zoey.     

Gadis muda itu tersenyum manis, lesung pipit dan tatapan teduh membuat Christabell jatuh hati padanya. Gadis itu mengingatkannya pada masa muda, masa pencarian jati diri dengan tanda tanya besar yang bersarang di kepalanya soal alasan orangtuanya meninggalkannya.     

"Aku dibesarkan oleh biarawati yang selalu mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Aku ditakdirkan untuk lahir dan keberadaanku di muka bumi ini adalah kehendak Tuhan. Aku tidak perlu mempertanyakan apapun dan menyalahkan siapapun." ujarnya.     

Christabell tersenyum, sejurus kemudian tatapannya menerawang jauh. "Aku sama denganmu." timpalnya.     

Alis Zoey bertaut. "Apa maksud nyonya?" dia tampak tak bisa mengerti maksud perkataan Christabell barusan.     

"Aku tidak tahu siapa orang tuaku." Christabell menghela nafas dalam setelah mengutarakan fakta itu. "Aku tahu beratnya menjadi orang-orang seperti dirimu, itu sebabnya aku memohon pada suamiku untuk menerimamu[WU1] , meski kualifikasi pendidikanmu tidak mendapatkan persetujuannya." Chritabell tersenyum lebar. "Entah mengapa saat melihatmu, rasanya aku melihat diriku sendiri."     

Zoey tampak berkaca. "Aku tidak tahu bagaimana harus berterimakasih pada anda nyonya."     

"Kau tidak perlu berterimakasih, mungkin seperti yang kau katakan tadi, semua yang terjadi di muka bumi ini adalah takdir."     

Zoey tersenyum.     

Dalam percakapan yang dalam diantara mereka itu, tiba-tiba seorang wanita setengah baya datang dan berdiri di kejauhan menatap mereka. Christabell tak begitu sadar dengan keberadaannya karena di hari libur, taman memang di kunjungi beberapa orang untuk bersantai atau berjalan kaki bersama keluarga. Absennya Richard hari ini karena dia sedang dalam kunjungan keluar negeri untuk urusan bisnisnya.     

"Nyonya, sepertinya ada yang memperhatikan kita." ujar Zoey, dia tampak protektif karena langsung berdiri dan menutupi wajah Adrianna dari pandangan wanita asing itu.     

"Dimana?" Christabell langsung panik dan menebar pandangan ke sekeliling.     

"Dari arah jam tiga." Zoey memberikan kode.     

Christabell langsung bangkit berdiri dan membawa Adrianna dalam pelukannya. Dia berjalan cepat sementara Zoey membawa kereta dorong Adrianna. Nafas mereka memburu mengiringi langkah derap mereka menuju rumah. Wanita yang semula tampak hanya melihat mereka dari jauh, rupanya diam-diam mengikuti dari belakang. Memasuki gerbang rumahnya yang megah dimana dua orang penjaga berada di pos, Christabell segera meminta mereka untuk memeriksa keluar.     

"Ada seseorang mengikuti kami, periksa." Perintah Bell sebelum akhirnya masuk kedalam rumah, disusul oleh Zoey. Wajah mereka berdua tampak pucat pasi.     

"Kau melihat wajah wanita itu?" Tanya Christabell ketakutan, sementara Zoey mengangguk cepat berkali-kali sebelum menelan ludah.     

"Aku tidak sempat melihat wajahnya, mungkin kita bisa mencari tahu dari CCTV jika dia berani mendekat ke arah rumah." Christabell membaringkan Adrianna di ranjangnya, dengan tangan gemetaran dia mengambil ponsel dan berniat menghubungi Richard.     

"Kau boleh pergi." ujar Christabell, Zoey mengangguk dan meninggalkan kamar Christabell.     

Setelah Zoey keluar dari kamarnya, pintu kembali tertutup menyisakan dirinya dan bayi mungilnya. Beberapa kali dia mempertimbangkan untuk menghubungi suaminya, namun memilih untuk mengurungkannya. Urusan sekecil ini tentu saja tidak harus sampai ketelinga suaminya yang sedang sibuk dengan urusan yang jauh lebih penting. Christabell memutuskan untuk menghubungi penjaga dan meminta rekaman cctv untuk di kirimkan padanya.     

***     

Christabell duduk termangu menatap wajah wanita setengah baya yang terekam di kamera keamanan rumahnya. Wanita itu bukannya menyembunyikan wajahnya saat dia tahu ada kamera pengintai, dia justru tampak sengaja menunjukkan wajahnya pada kamera.     

Terdengar suara Richard yang bicara pada seseorang di luar kamar. Christabell langsung meletakkan ponselnya di meja dan bangkit dari tempatnya duduk.     

"Hai sayang." sambutan berupa senyuman lebar juga kecupan singkat di bibir untuk suami tercintanya.     

Richard membalas senyuman isterinya itu. "Ada masalah?" tanya Richard, dia menarik tangan Christabell dan membuat isterinya itu menatap matanya. Christabell bergidik.     

"Tidak ada." bohongnya.     

"Kau terlihat gelisah."     

Christabell tersenyum lebar, menyembunyikan rasa gelisahnya. "Aku merindukanmu." Christabell berjinjit untuk mengecup bibir Richard. Meskipun Rich tidak sepenuhnya percaya, tapi dia berusaha untuk menunggu waktu yang tepat, mengorek kebenaran dari isterinya itu.     

"Aku sangat kotor, bisakah kau memandikanku?" Goda Richard sambil melucuti vest yang dia kenakan.     

"Oh… kau nakal sekali." Christabell memutar matanya pada suaminya itu, dan Rich tidak marah untuk ketidaksopanan yang barusan diperbuat isterinya itu. Karena Richard langsung memboyong isterinya itu masuk kedalam kamar mandi.     

"Rich!!!" Christabell meronta ditengah tawa dan keterkejutannya karena Rich menguncinya di kamar mandi. Dengan tidak sabaran, setelah menahan hasrat lebih dari seminggu membuat Richard bagaikan singa kelaparan yang tak sudi lagi melepaskan mangsanya.     

Rich membuat posisi Christabell terjepit antara dirinya dan wastafell. Dengan lembut Rich membenamkan tulang hidungnya yang tinggi ke pangkal leher Christabell membuat isterinya meremang.     

"Kau merindukanku?" bisik Rich.     

"No!!." goda Ciristabell.     

"Benarkah?�� Richard menekankan dirinya mendesak tubuh Christabell hingga membuat wanita itu semakin tak berdaya. Sejurus kemudian Richard mulai melumat bibir Christabell dengan penuh gairah. Saat Rich melepaskannya, Christabell tahu betul apa yang harus dia lakukan. Dimulai dengan menyiapkan bathup dengan air hangat dan juga wewangian, dilanjutkan dengan melucuti pakaian suaminya itu.     

"Come." Richard mengulurkan tangannya begitu dia berada di dalam bathup.     

"Aku harus menyusui Adrianna." tolak Christabell.     

Richard mengerutkan alisnya. "Adrianna tertidur pulas saat aku masuk ke kamar."     

"Ya, aku hanya khawatir jika dia bangun."     

"Kita bisa membiarkan pintu kamar mandinya terbuka jika kau takut tak bisa mendengar suaranya saat dia terbangun." Richard memberikan opsi.     

Christabell mengigit bibirnya, dia berusaha mempertimbangkan. "Aku akan mengunci pintu kamar kita." Dia berjalan cepat keluar kamar mandi dan segera mewujudkan niatnya. Setelah memastikan pintu kamarnya terkunci rapat, dia juga memastikan Adrianna masih tertidur pulas di ranjangnya.     

Setelah itu dia membiarkan pintu kamar mandi tetap terbuka sebelum menyusul suaminya didalam bathup. Meski Christabell tampak tak begitu menikmati momen ini, tapi Richard selalu menikmati detik-detik saat isterinya itu membuka pakaiannya satu persatu. Perutnya yang masih ramping meskipun sudah melahirkan seorang anak, dadanya yang semakin penuh, dan rona merah muda yang membuatnya begitu ranum dan menarik.     

Richard mengecup tengkuk Christabell, membuat Bell semakin meremang. Tidak lagi bisa dielakkan, hasrat laki-laki Rich tersalurkan di dalam bathup dengan sempurna. Meski setelah Richard menemukan puncaknya, Christabell langsung melompat keluar dari bathup dan membilas tubuhnya kemudian berlari keluar kamar dengan handuk melilit tubuhnya.     

Richard melihat keanehan itu, tapi masih berusaha menahan diri. Sembari membilas dirinya di bawah shower, Rich memikirkan berbagai kemungkinan yang terjadi.     

"Apa Pablo menghubunginya lagi?" alis Richard bertaut dalam.     

***     

Bagaikan kucing-kucingan, belakangan ini Christabell tampak menyembunyikan sesuatu. Setelah semalam Richard berusaha mengorek informasi dan gagal. Pagi ini bahkan di sela sarapan dia masih belum juga bisa membuat isterinya itu membuka mulut.     

Setelah mengecup bibir isterinya dan kening puteri kecilnya, Richard berlari kecil menuju mobilnya. Sesaat sebelum masuk ke dalam mobil, Zayn, penjaga rumahnya menghampiri dia tampak berbisik pada Rich sekilas. Beberapa saat kemudian Richard masuk kedalam mobilnya, setelah melambai pada Bell dan puterinya, mobil yang di tumpangi Rich melesat meninggalkan halaman rumah.     

Dalam perjalanan Richard menghubungi seseorang.     

"Aku membutuhkan informasi tentang seseorang." Ujar Richard pada seseorang di seberang telepon.     

"Aku akan mengirim fotonya padamu sekarang." Tutup Richard. Kegelisahan tampak jelas di sorot matanya. Richard segera menghubungi orang lain dari ponselnya, tampaknya dia menghubungi Zayn.     

"Perketat penjagaan rumah, jangan biarkan orang asing masuk apapun alasannya."     

"Understand Sir." Jawab Zayn.     

"Pastikan Christabell tetap nyaman."     

"Yes Sir."     

Richard memperhatikan lagi wajah wanita itu, tak tampak seperti penjahat atau orang yang memiliki keinginan jahat. Tapi mengapa Zayn mengatakan bahwa isterinya Bell di ikuti seorang wanita saat sedang membawa Adrianna jalan-jalan ke taman bersama Zoey.     

Richard memainkan tangannya sementara pandangannya menerawang keluar. Pikirannya bercampur aduk antara bisnis dan keluarganya. Beberapa pesaing bisnis memang mungkin sekali menggunakan cara-cara intimidatif sedemikian rupa untuk membuat Richard melepaskan salah satu project yang tengah dikerjakannya. Meskipun tak beretika namun hal itu pernah menimpa beberapa pebisnis seperti dirinya.     

Dunia bisnis terkadang lebih kejam dari pada rimba raya, manusia tak segan menyakiti manusia lainnya demi keuntungan diri sendiri dan golongan tertentu. Memikirkan hal demikian membuat Richard menginventarisir dalam benaknya siapa-siapa saja pesaing bisnisnya yang mungkin berbuat curang padanya. Munculah satu nama, Marco Michael.     

Atau ini adalah kelanjutan dari perbuatan Gabrielle Zein?     

Richard langsung memastikan semua posisi musuh-musuhnya. Semua masih aman, Gabrielle Zein masih mendekam di penjara, sementara itu Marco Michael tampaknya tak berpotensi untuk mengganggunya mengingat mereka tidak bersaing untuk mendapatkan kontrak apapun saat ini. Selain itu, tidak mungkin ini soal Brandon Anthony. Adik laki-lakinya itu masih dalam perawatan di sebuah rumahsakit jiwa dan beberapa kali Richard bahkan sempat mengunjunginya untuk memastikan kondisinya.     

Satu-satunya yang bisa dilakukan oleh Richard adalah menunggu berita dari orang-orang kepercayaannya untuk mencari tahu siapa nama wanita yang ada di dalam foto.     

***     

"Sayang mengapa begitu banyak orang di rumah?" Protes Christabell begitu Richard menerima panggilan teleponnya.     

Richard menghela nafas dalam. "Kau menyembunyikan sesuatu dariku Mrs. Anthony."     

"Oh… kau sudah tau?"     

Richard menekan pangkal hidungya. "Jangan menyembunyikan hal sepenting itu dariku lagi."     

"Aku minta maaf." Sesal Christabell.     

Richard menjelaskan. "Aku menambah pengamanan di rumah, sampai aku tahu siapa yang wanita itu."     

"Oh tunggu sebentar." Chrstabell mememutuskan panggilannya. Richard kebingungan mengapa mendadak isterinya mematikan panggilannya, hingga dia menghubunginya kembali.     

"Halo sayang." Richard tampak cukup khawatir.     

"Oh maaf." Christabell harus membuat Rich tidak curiga, jadi bersikap wajar adalah satu-satunya pilihan saat ini.     

"Aku harus menenangkan Adrianna, dia tampak mulai menangis." Bohong Christabell.     

"Ok. Aku akan menghubungimu lagi nanti." Richard percaya karena memang ada suara tangisan Adrianna yang tak sengaja bertepatan terdengar.     

"Ok."     

Pembicaraan mereka berakhir dan Christabell bergegas turun dan berjalan menuju ke pagar depan untuk memastikan keramaian yang ada.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.