THE RICHMAN

The Richman - Interview



The Richman - Interview

0Seminggu setelah Charlotte tinggal di rumah itu, Christabell akhirnya memutuskan untuk benar-benar melakukan interview asisten babysister setelah beberapa kali dia menolak tanpa alasan yang jelas. Charlotte akhirnya mengalah dan tinggal tiga hari lebih lama dari rencananya semula yang hanya lima hari.     

"Semoga beruntung hari ini." Ujar gadis itu sembari menggendong baby Adrianna. Sementara Christabell masuk ke ruangan tengah yang tak cukup lebar namun ada sebuah sofa berbentul leter L tempatnya berbincang dengan beberapa calon pelamar.     

Empat belas kandidat sudah gugur di beberapa hari terakhir, menyisakan dua kandidat. Satu tampaknya tak datang tepat waktu, dan sudah barang tentu itu menjadi pertimbangan khusus bagi Christabell untuk mempekerjakan orang yang tidak disiplin, dia jelas tidak akan menerimanya.     

Christabell hampir mengakhiri sesi penantiannya pada kandidat berikutnya, namun tiba-tiba seorang gadis dengan kuncir ekor kuda yang tampak muda dan polos masuk ke ruangan, diantar oleh Patric, penjaga keamanan.     

"Selamat siang Mrs. Anthony." Sapanya lembut.     

"Hai." Christabell tersenyum, entah mengapa binar sorot mata dan juga senyum lembut gadis itu membuat hati Christabell menghangat.     

"Silahkan duduk." Imbuh Bell formal.     

Angguk sang gadis sopan. "Terimakasih."     

"Bisa langsung kita mulai, saya tidak memiliki banyak waktu." Mengingat ini hampir waktu Adrianna menyusu.     

"Ya." Gadis itu mengangguk sopan sekali lagi.     

Christabell meletakkan perhatian penuh pada sang gadis yang duduk berhadapan dengannya, entah mengapa rambut coklatnya, bulu mata lentik, dan wajah polosnya benar-benar mengingatkan Bell pada dirinya saat masih tinggal di panti asuhan. "Tell me about you." Ujarnya begitu menemukan kesadarannya kembali setelah sempat tertegun.     

"Namaku Zoey, aku berusia dua puluh tahun. Aku memiliki pengalaman menjadi pengasuh bayi sebelumnya, namun karena mereka pindah ke Italy aku kehilangan pekerjaanku. Anda bisa melihat sisanya di curriculum vitae yang kukirimkan melalui email."     

"Dimana kau tinggal?"     

"Aku tinggal di asrama biarawati saat ini."     

Alis Christabell mengkerut. "Kau tidak tinggal bersama orang tuamu?"     

"Aku di besarkan di sana." Jujur Zoey.     

"Oh…" Christabell menelan ludah. Dia benar-benar menemukan korelasi antara kepolosan gadis ini dan juga dirinya di masa muda. Mereka sama-sama dibesarkan tanpa kehadiran orang tua mereka. Saat tengah mempertimbangkan, Charlotte datang lengkap dengan tangisan baby Adrianna.     

"Sudah kuberikan susu dan dia tetap menangis." Ujarnya panik. Christabell mencoba menenangkannya dengan mengambil alih Adrianna dari gendongan Charlotte dan mencoba menenangkannya, tapi entah mengapa baby Adrianna tampak sedikit berbeda dari biasanya.     

Sementara semua kejadian itu terjadi di hadapan Zoey, gadis itu terlampau berani untuk mendekati Christabell dan berdiri di sebelahnya, membuat Christabell waspada.     

"Bolehkah saya mencoba menenangkannya." Gadis itu meminta dengan sopan, meskipun sejenak mempertimbangkan dan sedikit ragu, namun pada akirnya Christabell menyerahkan baby Adrianna pada Zoey dan membiarkannya mencoba menenangkannya.     

Gadis muda itu bersenandung sambil menggendong Adrianna dan menepuk-nepuk ringan bokong bayi itu. Entah mengapa tak butuh waktu lama baginya untuk menenangkan baby Adrianna dan itu membuat Christabell terheran-heran, begitu juga dengan Charlotte. Setelah sepuluh menit berada dalam gendongan Zoey, baby Adrianna bahkan jatuh tertidur.     

"Dari mana kau belajar melakukan semua ini?" Tanya Christabell saat Zoey menyerahkan baby Adrianna kembali padanya.     

"Saya bekerja untuk mantan majikan saya lebih dari dua tahun nyonya." Ungkap Zoey.     

Christabell termenung sejenak, kemudian menatap Charlotte, dan tampaknya Charlotte sependapat dengan dirinya soal pilihan pada Zoey.     

"Kau bisa tinggal di sini jika aku menerimamu bekerja?"     

"Tentu nyonya. Tapi aku harus sesekali mengunjungi ibu biaraku, jika anda mengijinkannya."     

Christabell menjawab cepat. "Tentu saja. Itu tidak masalah."     

"Terimakasih nyonya."     

Charlotte menunjukkan kamar untuk Zoey dan gadis itu mengikutinya.     

"Kau tidak perlu kembali ke biara untuk mengambil barang-barangmu. Sore ini semua akan tersedia di lemarimu, pakaian baru dan juga kebutuhanmu selama tinggal di tempat ini." Terang Charlotte. Dia sudah mendapatkan penjelasan dari Christabell dan juga Richard soal aturan dan apa saja yang mungkin diterima baby sister Adrianna nanti.     

"Terimakasih." Angguk Zoey.     

Charlotte mendekat padanya. "Kau beruntung bisa diterima bekerja di keluarga ini, di tempat lain kau tidak akan mendapatkan apa yang kau dapatkan di tempat ini. Mereka akan menganggapmu seperti keluarga, jadi jangan mengecewakan mereka." Pesan Carlotte begitu dalam mengingat betapa baiknya Richard Anthony dan juga isterinya itu.     

***     

Sepulangnya Richard dia menerima berita tentang kedatangan Zoey di keluarga mereka sebagai pengasuh Adrianna. Meskipun belum sempat beristirahat dia langsung meminta orang kepercayaannya untuk memeriksa latar belakang Zoey dan meminta laporan malam itu juga.     

Berdasarkan pengalaman masalalunya, Rich sangat berhati-hati dalam melibatkan orang luar di dalam rumahtangganya, terutama orang-orang yang bekerja untuknya.     

"Apa kau perlu melakukan semua itu Rich?" Tanya Christabell.     

Richard menghela nafas dalam. "Hai sayang." Dia meletakan semua berkas di tangannya yang tengah dia baca. Semua tentang latar belakang Zoey.     

"Aku tidak ingin siapapun memiliki kesempatan untuk menyakiti isteri atau anak-anakku. Jadi sebelum menerima mereka bekerja di rumah ini, apalagi yang berhubungan dekat denganmu dan baby Adrianna."     

Christabell memutari meja kerja Richard, membuat Rich memutar kursinya hingga memberikan ruang bagi Bell untuk duduk di pangkuannya.     

"Kau terlihat lelah Mr. Anthony." Rayu Bell. "Kau tidak perlu memeriksa semua ini, mandilah biar aku yang memeriksanya." Imbuh wanita itu.     

Richard tersenyum. "Aku tahu apa yang sedang coba kau lakukan Mrs. Anthony."     

Christabell tertunduk."Aku benar-benar menyukainya Rich."     

"Aku sudah membaca sebagian latar belakangnya, dan sejauh ini baik-baik saja. Jadi jangan khawatir. Kembali ke kamar dan istirahatlah, aku akan menyelesaikan ini secepatnya dan menyusulmu." Janji Richard.     

"Oh ya, Charlotte sudah membeli tiket penerbangan untuk besok."     

Richard mengangguk. "Dia menghubungiku tadi, asistenku yang membelikan tiket penerbangannya."     

"Kau yakin Charlotte akan baik-baik saja tinggal di Kanada?"     

"Dia tinggal bersama bibi Rose dan kekasihnya Jack, dia akan sangat baik." Terang Richard.     

Christabell mengangguk setuju.     

"Dia justru akan merasa sangat buruk jika kau selalu menunda kepulangannya, dia sangat merindukan kekasihnya."     

Christabell tersenyum. "Seperti yang selalu terjadi padaku saat kita jauh."     

"Lagi-lagi kau merayuku Mrs. Anthony."     

Bell mengusap wajah suaminya itu. "Entah bagaimana aku harus berterimakasih pada kehidupan yang sudah mempertemukanku denganmu Sir."     

Richard menghela nafas dalam. "Aku juga merasakan hal demikian."     

Christabell mengecup singkat bibir suaminya itu. "I love you." Ungkapnya penuh perasaan.     

"I love you most." Jawab Rich.     

"Oh ya, Charlotte bercerita tentang masa kecilnya padaku. Bagaimana dia bertemu dengan dirimu dan itu menarik bagiku." Ujar Christabell.     

"Lalu?" Richard membaca jalan pikiran isterinya ini. "Kau ingin tahu tentang diriku di masa kecil?"     

Christabell bergidik "Aku tidak pernah mendengar sebaris kalimatpun dari mulutmu soal masa kecilmu Mr. Anthony."     

Richard menghela nafas dalam. "Tidak banyak hal untuk diceritakan." Dia tampak enggan untuk menceritakan masalalunya itu.     

"Tapi aku ingin tahu." Timpal Christabell.     

"Em…. Apa yang harus kukatakan." Richard mempertimbangkan untuk memulai ceritanya.     

"Aku dilahirkan oleh ibuku dan ayahku dua tahun setelah pernikahan mereka. Ayah dan ibuku teman kuliah dan mereka saling jatuh cinta. Meski begitu butuh waktu lebih dari delapan tahun sebelum mereka akhirnya memutuskan untuk menikah." Rich menjeda sementara Christabell tampak asik mendengarkan.     

"Saat usiaku tujuh tahun, ibuku meninggal dunia karena sebuah penyakit yang aku sendiri tidak pernah ingin tahu."     

"Mengapa?" Tanya Christabell.     

"Itu melukaiku, jadi aku memilih tidak tahu apa penyebabnya." Richard tersenyum, meski di balik senyumnya itu sorot matanya tampak kelam.     

Christabell mengusap wajah suaminya itu, "Kau terlahir sebagai pria yang kuat Rich."     

"Ayahku menikah lagi saat usiaku sembilan tahun. Eleonora dan Brandon adalah ibu dan saudara tiriku." Richard menghela nafas dalam lagi. "Aku sempat memusuhi ayahku selama bertahun-tahun setelah itu. Entah mengapa aku sulit sekali menerima keputusannya membawa wanita lain dan anak laki-laki lain kedalam rumah kami, meskipun Eleonora bukanlah wanita jahat seperti yang ada di dongeng."     

"Kau tidak bahagia?"     

"Sampai aku remaja dan tumbuh dewasa aku tidak percaya akan adanya hubungan asmara dan cinta."     

Seolah menemukan jawaban dari sebuah pertanyaan besar yang sempat timbul dan tenggelam di masa lalu. Mengapa Richard Anthony memilih kehidupan tanpa komitmen kala itu. "Kau memilih untuk tidak menikah karena pengalaman masa kecilmu?" Tanya Bell.     

"Mungkin, aku tidak menyadari sepenuhnya. Hanya saja aku tidak menemukan esensi dibalik sebuah pernikahan, karena saat salah satu pergi, perasaan itu akan luntur dan orang lain masuk untuk menggantikannya. Apa bedanya dengan hubungan sepasang kekasih, jadi mengapa harus menikah jika tidak ada bedanya."     

"Dan mengapa kau memutuskan untuk menikah Rich?" Tanya Bell dengan memicingkan mata.     

Richard tersenyum. "Kau pikir aku berubah pikiran begitu saja?"     

"Aku menjadi ragu soal keputusanmu menikahiku." Bell melepaskan pelukannya, tapi Richard justru balik memeluknya.     

"Hari di mana ayahku meninggal, beberapa jam sebelum masa kritisnya. Dia sempat mengatakan padaku sesuatu yang mengubah pandanganku sepenuhnya." Terang Rich.     

"Apa itu?" Chistabell semakin ingin tahu.     

"Dia mengatakan bahwa hingga detik itu, yang ada dihatinya hanyalah ibu dan aku. Tidak pernah ada wanita lain yang dia cintai. Soal Eleonora, itu juga salah satu caranya mencintaiku karena dia sadar bahwa dia tidak muda lagi, dan tidak akan selamanya ada di dunia. Jadi saat dia meninggal, dia beraharap ada orang yang bisa kusebut keluarga, setelah aku tak memiliki ayah dan ibu. Lagipula di usia sembilan tahun hingga dewasa aku tidak mungkin tumbuh sedemikian baik jika Eleonora tidak merawatku."     

"Aku mengerti sekarang." Ujar Christabell. "Dan aku menjadi penyebab kau kehilangan satu-satunya keluargamu yang tersisa." Raut wajah Christabell penuh sesal.     

"Hei…" Richard menarik dagunya hingga mereka saling menatap. "Itu bukan salahmu." Richard membesarkan hati isterinya itu. "Brandong berbuat kelewat batas, dan dia memerlukan perawatan."     

"Tapi ibumu tak lagi menganggapmu anaknya." Ujar Bell dengan tatapan berkaca-kaca.     

"Aku memang tidak pernah dianggap anak olehnya."     

"Rich…" Christabell memeluk suaminya itu, dan Rich tampak mengusap punggung isterinya berkali-kali.     

"Bagiku, kau dan Adrianna adalah keluarga. Aku tidak pernah membutuhkan siapapun lagi selama kalian ada bersamaku."     

Christabell bergeming, dalam hatinya menangis pilu. "Aku berharap hubunganmu dengan ibumu bisa diperbaiki." Ujar Bell kemudian, setelah beberapa saat hening.     

"Waktu yang akan menyembuhkan lukanya."     

"Ya." Angguk Bell setuju.     

Richard melepaskan pelukannya. "Sekarang bisakah kau meninggalkanku sendiri sementara aku memeriksa berkas Zoey. Istirahatlah sayang, aku akan segera menyusul."     

Christabell mengangguk setuju dan meninggalkan suaminya setelah memberikan ciuman selamat malam pada pria itu. Mereka benar-benar selalu saling jatuh hati meski setiap hari bertemu. Perbedaan mencolok diantar mereka justru menjadi daya pikat satu sama lain, bagaikan dua kutub magnet yang berbeda namun terus saling tarik menarik. Penerimaan terhadap pasangan merupakan salah satu kunci langgengnya sebuah hubungan. Entah itu soal masalalu atau masa sekarang, namun itu menjadi bagian yang terpenting bagi pasangan agar mereka bisa saling memahami dalam hubungan.     

Christabell masuk kedalam kamar, setelah memeriksa Adrianna dan menyelimutinya, Bell merangkak naik ke atas ranjang dan jatuh tertidur setelah kelelahan menjaga Adrianna sepanjang hari. Sementara itu Richard benar-benar serius menekuni perihal segala jenis informasi tentang Zoey. Dia tidak ingin sedikitpun keteledorannya dalam memeriksa riwayat Zoey yang mungkin akan berdampak buruk di kemudian hari.     

Rich baru menarik nafas lega setelah memastikan siapa gadis muda itu dan latar belakangnya. Setelah itu dia memutuskan untuk membersihkan diri dan menyusul isterinya tidur. Sebelum tidur, Rich sempat memandangi Christabell yang sudah jatuh tertidur lebih dulu. Bag malaikat tanpa sayap, begitulah Christabell dimatanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.