THE RICHMAN

The Richman - Hot Daddy



The Richman - Hot Daddy

0Christabell tengah sibuk merapikan kamar bayinya saat Richard menghubungi ponselnya hingga membuat panggilannya tak sempat diterima. Rich tampaknya memilih untuk meninggalkan pesan suara di ponsel isterinya itu.     

"Sayang malam ini aku akan pulang sedikit terlambat."     

Kerumintan mengurus bayi membuat Christabell melewatkan banyak hal, termasuk memikirkan ponselnya. Bahkan karena missed call berkali-kali dari Richard hingga membuat ponselnya mati dan tergeletak di sela tumpukan pakaian Adrianna.     

"Where's my phone?" Tanyanya pada dirinya sendiri setelah menyadari bahwa sudah hampir tengah malam dan Rich belum menghubunginya. Akhirnya dia menghubungi Rich dengan telepon rumah.     

"Hi honey." Sahut Rich begitu tahu yang menghubunginya adalah Christabell.     

"Maaf sepertinya ponselku terselip di suatu tempat dan batterynya habis. Aku sudah mencoba mencarinya dan tidak menemukannya dimanapun." Jujur Christabell.     

Richard menaikkan alisnya mendengar alasan isterinya itu. Semakin banyak hal yang dia lewatkan belakangan ini.     

"Sayang, aku tahu mengurus Adrianna bukan perkara mudah, kau butuh orang yang bisa membantumu." Terang Rich.     

Christabell terdiam beberapa saat, merenungkan kalimat Richard ada benarnya, dan hampir selalu benar. "Ya, aku tahu."     

"Kita akan membicarakan ini lebih serius nanti, I'm on my way home." Ujar Richard.     

"Ok, aku menunggumu di rumah."     

Panggilan mereka terputus, Richard kembali mengantongi ponselnya sementara Christabell melanjutkan aktifitasnya. Tengah malam adalah waktu dimana baby Adrianna sering kali terbangun untuk menyusu. Dan benar saja, setelah menata posisi bantal hingga memungkinkannya menyusui baby Adrianna dengan posisi nyaman, setengah terduduk.     

Saat Rich masuk kedalam kamar, Bayi Adriana tertidur pulas di pelukan ibunya sementara sang ibu juga jatuh tertidur dengan posisi setengah terduduk. Posisi baby Adrianna tak lagi menyesap air susu dari ibunya dan dibiarkan terbuka begitu saja.     

Richard menghela nafas dalam, dia menghampiri anak dan isterinya itu. Dengan perlahan dia mengambil baby Adrianna dari pangkuan ibunya dan membaringkannya di box bayi. Setelah itu dia kembali ke sisi ranjang dan duduk, jemarinya terampil membetulkan pakaian yang dikenakan oleh isterinya itu dan menelimutinya setelah menarik satu bantal pengganjal hingga Christabell bisa berbaring sempurna.     

Ini bukan kali pertama dia mendapati isterinya jatuh tertidur karena begitu kelelahan setelah memaksakan diri untuk terus menjaga bayi Adrianna. Malam itu juga Richard menghubungi asisten pribadinya dan memintanya mencarikan babysister untuk baby Adrianna. Seseorang yang benar-benar qualified dan akan di bayar mahal untuk membantu isterinya menjaga baby Adrianna.     

***     

Menjelang pagi baby Adrianna terbangun, dia tampak menangis. Christabell terkesiap, bangun tiba-tiba setelah mendengar tangisan bayi, tapi mengurungkan niatnya saat melihat suaminya itu sudah berdiri dan tengah mengendong baby Adrianna sembari menepuk-nepuknya hingga kembali tenang dan tertidur.     

"Aku sudah memberinya susu." Ujar Richard setelah membaringkan Adriana kembali. Christabell memang menyeriakan lemari pendingin tempatnya membekukan asi jika sewaktu-waktu dia tidak bisa menyusui puterinya itu secara langsung. Nampaknya Richard sering memperhatikan bagaimana cara memberikan asi pada baby Adrianna.     

"Kau mengambil asi dari lemari pendingin?" Tanya Christabell.     

"Ya." Angguk Rich.     

Christabell membulatkan matanya. "Apa kau yakin sudah melakukan semua prosesnya dengan benar?"     

"Aku memperhatikanmu setiap kali kau memberikan asi dari lemari pendingin, bagaiman kau memakai semua peralatan itu." Richard besikukuh.     

Christabell bergelayut di pelukannya. "Hot daddy, Adrianna pasti sangat bersyukur memilikimu."     

Richard tersenyum. "Setidaknya aku merasa sedikit berguna."     

"Kau segalanya bagiku Mr. Anthony." Christabell mengecup bibir suaminya itu sekilas.     

"Jika begitu apakah aku layak mendapatkan imbalan atas perjuanganku menjadi seorang ayah?" Alis Rich bertaut, menunggu reaksi isterinya.     

"Maksud anda?" Goda Christabell.     

"Jika isteriku memiliki cukup tenaga atau setidaknya bersedia dengan sukarela, aku sedang menginginkan imbalan sejujurnya." Ujar Rich tersirat.     

Christabell tersenyum lebar. "Beri aku waktu untuk menyegarkan tubuhku, setidaknya setelah mencuci muka aku akan bisa memberikan imbalan padamu." Goda Christabell sebelum beringsut turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Bagaimanapun juga hasrat seorang pria itu begitu random, terkadan mereka akan kesulitan tidur malam saat menginginkan pemenuhan hasrat, sementara isterinya sudah terlelap karena begitu lelah mengurus anak-anak dan rumah sepanjang hari.     

***     

Pagi ini Christabell tampak masih meringkuk di ranjang setelah kepayahan memberikan kepuasan untuk suaminya. Sementara Richard bangun lebih pagi karena mendengar tangisan baby Adrianna. Dia bahkan memberikan susu pada bayi itu dan sembari menyalakan ponsel untuk menonton video di youtube bagaimana cara memandikan bayi, dia benar-benar memandikan baby Adrianna dengan kemampuan standard yang dia miliki.     

Christabell terbangun setengah tersentak saat mendengar tangis bayi Adrianna. Dia segera berlari ke arah kamar mandi dan melihat Richard tengah memandikan bayinya itu dengan kikuk, sementara ponselnya berada di sisi bak tempat Adrianna biasa dimandikan.     

"Hei...." Senyum Richard tampak lebar meski sejujurnya dia cukup gugup saat mengadapi bayinya.     

Tatapan Christabell melembut. "Kau yakin bisa melakukannya?"     

"Sebagai hot daddy, aku harus mencobanya." Jawab Rich.     

"Tapi kau mungkin akan terlambat untuk meeting pagimu." Christabell menggulung lengan piyama tidurnya dan mengambil alih Adrianna. Dengan terampil dia memandikan bayi mungil itu, yang semula sedikit menderita karena ayahnya tak cukup membuatnya nyaman kini mulai bisa tenang dan bahkan tampak menikmati moment mandi dengan air hangat itu.     

"Pegang dengan cara seperti ini, baru basahi seluruh tubuhnya." Ujar Christabell sembari mempraktekkan apa yang haus Rich pelajari. Setelah itu ambil sabun secukupnya dan balurkan lembut, biarkan dia merasakan sentuhan kita. Melalui sentuhan dia bisa merasakan bahwa dia dicintai." Terang Bell.     

"Tatap matanya dan tersenyum, dia tahu jika aku adalah ibunya dan kau ayahnya." Bell menoleh pada Richard yang tampak begitu serius memperhatikan.     

"Setelah semuanya kita bisa membilas dan membungkusnya dengan handuk." Christabell mengangkat bayi Adrianna dan meletakkannya di atas handuk yang sudah di pengan Richard sejak tadi. Richard membungkusnya dan membawanya masuk kedalam kamar.     

"Dia menatapku." Ujar Rich dengan senyum lebar.     

"Dia mencintaimu, kau ayahnya Mr. Anthony."     

"Yeah... I'm your hotest daddy in the world." Rich tampak bersemangat.     

"Biarkan aku membereskan Adrianna, sekarang waktunya kau bersiap untuk pergi ke kantormu."     

Setelah membaringkan Adrianna, Richard memeluk Christabell yang tengah membungkuk untuk mengganti baju bayinya.     

"Hei...." Christabell menegakkan tubunya dan menoleh ke arah suaminya. "Ada apa bayi besarku?" Tanya Bell.     

"Aku memanggil beberapa orang yang sesuai kualifikasi untuk membantumu mengasuh Adrianna." Ujar Rich, tubuh Bell mendadak menegang.     

"Kau tidak meminta persetujuanku?" Alis Bell berkerut, bibirnya juga berkerut.     

"Seharusnya kita membicarakan ini sebelum kau mengambil keputusan." Christabell tak sepenuhnya senang dengan keputusan yang diambil oleh Richard.     

Richard melepaskan pelukannya. "Aku hanya tidak ingin melihatmu kelelahan dengan semua ini."     

"Tapi dia bayiku Rich!" Nada bicara Bell meninggi.     

"Aku tidak membawa orang untuk merebut bayimu karena secara teknis dia bayi kita, aku hanya tidak ingin isteriku kelelahan. Itu saja." Richard meninggalkan Christabell, dia juga tampak kesal saat berjalan menuju ke kamar mandi.     

Christabell menghela nafas dalam, dia segera mengambil perlengkapan bayi dan mengganti pakaian baby Adrianna. Sementara tangannya terus bergerak, pikirannya juga sibuk mempertimbangkan saran dari Richard.     

***     

Setelah tak saling menegur, bahkan Christabell membiarkan Richard mempersiapkan dirinya sendiri. Pria itu tampak sudah rapi, dia menghampiri baby Adrianna dan mengecup kening malaikat kecil itu sekilas, sebelum menghampiri ibunya.     

"Aku seharusnya meminta pendapatmu lebih dulu." Sesal Richard. Memang dalam rumahtangga tak selalu harus menjadi pemenang meskipun kita merasa bahwa diri kita yang benar. Tapi membuat hubungan tetap harmonis seharusnya menjadi prioritas bagi masing-masing pasangan agar komunikasi tetap lancar.     

Christabell menatap suaminya itu. "Tidak seharusnya aku sekeras itu."     

Richard tersenyum sekilas. "Take your time, think of it."     

"Thanks." Christabell mengangguk.     

Rich mengecup bibir isterinya itu sebelum meninggalkan kamar. Dia bahkan tak sempat menikmati sarapan yang sudah disiapkan chef di ruang makan, waktunya habis terpakai untuk mengurus Adrianna, tapi entah mengapa Richard menikmatinya. Kulit lembut dan aroma Adrianna sering sekali terlintas di benaknya, beberapa kali dia bahkan masih tidak menyangka jika malaikat kecil itu adalah buah hatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.