THE RICHMAN

The Richman - Poerto Rico



The Richman - Poerto Rico

0Richard duduk dalam diam, di dalam jet pribadinya yang membawanya menuju Poerto Rico. Rahangnya mengeras tepat saat pilot menginformasikan bahwa mereka akan landing di bandara Rafael Hernandez International Airport. Jet pribadinya mendarat dengan mulus, namun perasaan Richard justru semakin bergejolak.     

Richard turun dari jet pribadinya dan langsung di sambut oleh seorang pria bernama Jared. Dia adalah salah satu orang yang dibayar Richard untuk mencari keberadaan isterinya semenjak fakta tentang Christabell yang dilarikan oleh Gabrielle Zein ke Puerto Rico terungkap.     

"Good Morning Sir." Sapa pria itu ramah.     

"Good morning." Jawab Richard. "Apa kau yakin seseorang pernah melihat isteriku di sekitar sini?" Tanya Richard.     

"Ya, Sir." Jawab Jared. "Isteri anda terlihat memeriksakan diri di rumahsakit beberapa minggu lalu." Ujarnya yakin. "Pertama kita akan mendatangi rumahsakit untuk memastikan hal itu." Ujar Jared. "Tapi sebelum itu, saya akan mengantar anda ke hotel."     

"Aku ingin kita langsung ke rumahsakit." Richard tampak tak ingin membuang waktu.     

"Baik Sir."     

Mereka tiba di rumahsakit dan segera bertanya pada resepsionis tentang data tentang pasien bernama Christabell Anthony, tapi tidak ada wanita bernama Christabell Anthony yang menjadi pasien di rumahsakit itu.     

"Bagaimana ini?" Richard terlihat frustasi menatap Jared.     

"Sebaiknya saya mengantar anda beristirahat di penginapan. Saya berjanji untuk menemukan faktanya malam ini. Saya akan meminta bantuan orang-orang yang saya kenal di rumahsakit untuk mencari tahu fakta tentang isteri anda." Ujar Jared hingga akhirnya Richard melunak dan memilih untuk menuju ke penginapan dan beristirahat, setidaknya malam ini sebelum besok pagi dia kembali mekalukan pencarian.     

"Kerahkan beberapa orang, lebih banyak orang lebih baik. Aku akan membayar dimuka untuk mencarian besok." Ujar Richard sembari menatap keluar jendela mobil.     

"Baik Sir." Jawab Jared.     

Wajah Richard terlihat murung. Dalam hatinya dia sudah tidak sabar untuk bisa segera menemukan isteri dan bayi dalam kandungan isterinya itu. Setetelah menempuh perjalanan sekitar satu jam, mobil mereka masuk ke area penginapan Villa Montana Beach Resort dengan kamar president suite untuk di tinggali Rich selama proses pencairan Bell.     

***     

Sementara itu di rumah Pablo, dia tampak sibuk menyiapkan sarapan untuk Christabell sejak pagi. Hal itu dia lakukan setiap hari sebelum berangkat kerja. Menyiapkan makanan bagi Christabell menjadi rutinitas paginya setelah wanita itu tinggal bersama dengannya.     

Pablo mencicipi masakannya dan tersenyum puas dengan rasa masakan yang dia buat. Christabell pasti menyukainya. Hampir setiap masakan yang dia buat untuk Christabell selalu mendapatkan pujian dari wanita itu dengan mata yang berbinar, dan entah megnapa hal itu membuat Pablo bahagia. Melihat senyumnya, merasakan bahawa wanita itu mengapresiasi hasil masakannya, Pablo merasa bahwa dirinya yang kesepian dan kosong selama ini perlahan mulai terisi dengan kehadiran Christabell dan bayinya.     

Pablo menyiapkan sup kacang merah, susu almond dan daging panggang untuk Christabell ke dalam piring saji dan ditata rapi di atas nampan. Dengan senyum menghiasi wajahnya dia berjalan menuju sebuah kamar yang ditempati Christabell dan puterinya itu. Karena kedua tangannya memegangi nampan, Pablo tak mengetuk pintu dan langsung menerobos masuk ke kamar Christabell, "Aku membuatkanmu sarapan." sapanya sementara matanya tertuju pada Chrsitabell yang sedang duduk sembari menyusui puteri kecilnya dengan kain yang menutup bagian dadanya.     

"Maaf aku tidak tahu..." Pablo mengurungkan niatnya untuk masuk lebih dalam ke kamar.     

"It's OK." Bell tersenyum. Entah mengapa di balik tatapan lembut Pablo pada Christabell, pria itu tampaknya menaruh perhatian lebih pada wanita cantik yang kini tampak sedikit berisi pasca melahirkan puterinya.     

Pablo juga tampaknya mulai jatuh hati pada bayi mungil yang sering kali tertidur di dalam pelukannya saat ibunya sedang mengerjakan berbagai hal di rumah itu.     

"Jika kau mau aku bisa membawakan sarapanmu ke kamar." Ujar Pablo kikuk.     

Christabell tersenyum. "Aku benar-benar lapar sebenarnya, rasanya aku ingin mengunyah segalanya saat ini." Selorohnya disusul tawa renyah, itu membuat si pria berkulit coklat tersenyum lebar dan menunjukan deretan gigi putihnya juga lesung pipi di wajahnya yang membuat pria itu tampak begitu manis, selain perlakuannya pada Christabell yang juga kelewat manis.     

Tak butuh waktu lama bagi Pablo untuk datang pada Bell dengan nampan berisi makanan juga susu.     

"Kau membeli susu?" Tanya Bell bingung.     

Pablo tampak menelan ludah. "Aku sedang berbelanja dan mendengar dua wanita membicarakan tentang susu."     

"Apa yang mereka katakan?" Tatapan ingin tahu jelas terpancar dari wajah Bell.     

Pablo meletakkan nampan itu di meja kecil dekat dengan tempat tidur. "Aku hanya mendengar bahwa salah satu wanita mengatakan ingin membeli susu untuk puterinya yang baru saja melahirkan."     

"Dan kau langsung membeli susu yang sama?"     

Pablo tersenyum malu. "Tidak, aku menungu mereka pergi setelah itu aku mengambil satu untukmu."     

"Entah bagaimana aku harus membalas kebaikanmu." Bell benar-benar melting dengan perlakuan Pablo padanya. "Aku penasaran mengapa kau memilih untuk sendiri sementara semua wanita akan mengatakan ya saat kau meminta mereka menjadi pasanganmu kurasa." Canda Bell, entah mengapa itu membuat Pablo tersenyum sekali lagi.     

"Aku tidak tertarik pada mereka." Jawabnya singkat.     

"Aku merasa Esmeralda menyukaimu."     

"Esmeralda?" Alis Pablo bertaut, "Berikan padaku." Dia meminta bayi mungkil itu sesaat setelah Bell merapikan dirinya karena sang puteri sudah tampak tertidur di pangkuannya setelah puas minum susu dari ibunya.     

"Thanks." Christabell menyerahkan Adrianna pada Pablo sementara dia beralih pada nampan makanan. "Bisakah aku memakannya?"     

"Tentu." Angguk Pablo.     

Christabell menandaskan susu dalam gelas yang masih hangat itu. "Aku suka rasanya." Pujinya.     

"Baguslah." Pablo tampak menikmati memandang Adrianna dan ibunya secara bergantian, mereka benar-benar tampak seperti malaikat dalam paket besar dan kecil. Kecantikan mereka sempurna.     

"Kau tampak menghindar saat aku membahas solah Esmeralda." Christabell berkata ditengah aktifitasnya menyantap sarapan pagi.     

"Tidak." Geleng Pablo. "Aku hanya tidak ingin membahas soal asmara, aku tak punya waktu untuk memikirkan hal demikian." Jawab Pablo.     

Christabell meletakkan gelas almond yang sudah kosong di atas nampan lalu menoleh ke arah Pablo. "Apa kami berdua terlalu merepotkan bagimu sampai kau tak punya waktu untuk memikirkan dirimu sendiri?"     

"Apa yang kau katakan, jangan berpikir yang tidak-tidak." Jawab Pablo. "Ini tidak ada hubungannya dengan kalian." Pablo melanjutkan kalimatnya.     

Christabell menatap dalam pada Pablo, "Dengarkan aku." katanya. "Suamiku juga orang yang sama sepertimu, dia sangat tidak percaya pada romance sebelumnya. Tapi kemudian dia bertemu denganku dan dia mematahkan semua prinsipnya tentang asmara. Dia jatuh cinta dan kami menikah." Senyum Christabell, matanya berbinar mengenang betapa manisnya Richard Anthony.     

Pablo tersenyum, dia menatap Christabell dalam. Hatinya berbisik, "Hidupku menjadi berwarna sejak kedatanganmu, apa itu cinta?"     

"Mengapa menatapku, apa yang kau pikirkan?" Tanya Christabell kikuk.     

"Tidak ada." Bohong Pablo. "Jika kau sudah selesai sarapan, aku akan berangkat kerja sekarang." Pablo benar-benar beniat untuk menyimpan perasaannya itu untuk dirinya sendiri.     

"Ya." Christabell menyudahi sarapannya. "Terimakasih untuk semua yang kau lakukan untuk kami." Ungkap Christabell tulus. "Aku berharap kau bertemu dengan cinta sejatimu, Pablo."     

Pablo tersenyum, sekali lagi dia berbisik dalam hati, "Mungkin itu kau."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.