THE RICHMAN

The Richman - After a Month



The Richman - After a Month

0Sebulan setelah bulan madu yang gagal, Adrianna dan Richard mulai hidup normal, bahkan kini tanpa pengawal atau keamanan tambahan. Secara mengejutkan Javier Walton menghubungi Aldric Bloom untuk bertemu dengannya dan Adrianna Bloom untuk meminta maaf.     
1

"Aku tahu kau memata-mataiku dan mengorek semua informasi tentangku." Ujar Javier, dan itu tidak dipungkiri oleh Aldric dan Adrianna.     

Javier tertunduk sekilas, "Aku menyesal untuk semua tindakan bodohku saat itu. Aku begitu terbawa emosi, tidak seharusnya aku bertindak demikian pada Adrianna, dan kau." Javier tampak menyesal kala mengatakan semua itu.     

"Aku datang di pernikahan kalian, tapi tak berani mengucapkan selamat kala itu, karena aku pikir kalian pasti akan mengusirku." Ujarnya.     

Aldric masih menatap Javier Walton penuh kecurigaan saat pria itu tiba-tiba memiliki itikad baik untuk bertemu dengan mereka dan meminta maaf, ini sangat bertolak belakang dengan semua fakta kelakuan buruk Javier Walton di masalalunya.     

"Jadi apa yang kau inginkan?" Tanya Aldric, dia tidak ingin beramah-tamah dengan pria yang sebelumnya pernah menyekap isterinya itu, apalagi dia adalah mantan kekasih Adrianna saat SMA, kilatan kecemburuan terlihat jelas di mata Aldric saat menatap Javier.     

"Aku ingin kita berdamai." Ujar Jav sembari menatap ke arah Adrianna.     

"Jika kau ingin kita berdamai, berhenti menatap isteriku seperti itu." Sorot kecemburuan kembali menyala di mata Aldric, dan Jav mengangguk. Setelah mereka sepakat dan berjabat tangan, Javier pergi begitu saja dari hadapan mereka.     

"Kau yakin dia benar-benar ingin berdamai?" Tanya Aldric pada Adrianna dan tidak ada jawaban yang bisa dikeluarkan Adrianna selain hanya mengangkat bahu. "Aku pernah merasa benar-benar mengenalnya, tapi ternyata tidak. Jadi aku juga tidak tahu apa yang sedang dia rencanakan sebenarnya." Jawab Adrianna.     

"Kita tetap harus berhati-hati. Aku tidak yakin dia akan menyerah semudah itu." Aldric bergumam. Kabar baiknya adalah setelah pertemuan itu mereka bisa hidup dengan sedikit lebih tenang, Javier tak pernah lagi berulah di sekitar mereka.     

Aldric yang semula melarang Adrianna untuk pergi keluar rumah kini mulai mengijinkannya untuk pergi keluar rumah bahkan beraktifitas lainnya seperti bekerja. Hari ini Adrianna bahkan kembali beraktifitas di perusahaan ayahnya seperti biasanya.     

Setelah seminggu tidak hadir di kantor, hari ini adalah meeting perdana yang dipimpin oleh Adrianna, top managemeng dan Richard sendiri menghadiri rapat itu dan setelah semua orang keluar dari ruang rapat, menyisakan Adrianna dan ayahnya.     

"Bagaimana liburan kalian?" Tanya Richard, Adrianna dan Aldric sudah sepakat untuk menyembunyikan kekacauan bulan madu mereka dari siapapun agar tidak ada yang merasakan kekhawatiran yang berlebihan.     

"Semua baik-baik saja." Jawab Adrianna diplomatis.     

"Hanya itu?" Alis Richard bertaut dalam, dan Adrianna tampak kikuk. "You wanna hear the details dad?" Tantangnya dan itu membuat Richard terbahak. "Ofcourse not." Dia bangkit dari tempat duduknya dan berniat untuk keluar dari ruangan rapat itu, tapi sebelum benar-benar melangkah keluar ruangan dia berbalik dan menatap puterinya itu. " Oh aku hampir lupa, mommy ingin kau dan Aldric makan malam di rumah malam ini." Ujar Richard.     

"Ok." Angguk Adrianna. "Akan kuhubungi dia sekarang." Adrianna meraih ponselnya untuk menghubungi Aldric.     

"Ok dear, see you tonight."     

"See you dad." Adrianna melambai. Sebenarnya ini baru pukul tujuh malam tapi Richard tidak lagi pulang larut malam setelah Adrianna ikut bergabung untuk mengelola perusahaan, banyak yang sudah dia serahkan pada puterinya itu.     

Adrianna duduk kembali dan mencoba menghubungi suaminya itu. Dua kali mencoba dan tidak diangkat oleh Aldric. "Sesibuk itukah kau Mr. Bloom." Gumam Adrianna, dia melirik ke arlojinya dan memutuskan untuk menghampiri Aldirc di kantornya. Mungkin saja pria itu begitu sibuk sampai tak sempat menerima panggilan isterinya.     

***     

Sesampai di kantor Aldric tidak banyak lagi yang masih tersisa. Beberapa masih sibuk diruangannya, beberapa orang bersiap pulang. Adrianna tidak melihat sekretaris Aldric di mejanya, mungkin wanita itu sudah pulang. Itulah sebabnya Adrianna langsung masuk ke dalam ruangan dan entah mengapa di dalam ruangan Aldric tengah bersama dengan wanita lain dan mereka tampak terkejut dengan kehadiran Adrianna.     

Sang wanita menoleh dan Adrianna melihat jelas wajah wanita itu, dia adalah mantan kekasih Aldric dan posisi mereka saat Adrianna masuk kedalam ruangan itu benar-benar bukan posisi yang ingin dilihat seorang isteri saat masuk keruangan kerja suaminya.     

Adrianna tidak langsung pergi. "Mommy mengundang kita makan malam. Aku datang hanya untuk mengatakan itu." Adrianna menutup kembali pintu ruangan Aldric dan berjalan keluar dari kantor suaminya itu, perasaannya tak menentu, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk menangisi keadaan karena dia tidak ingin orangtuanya tahu bahwa tidak ada yang baik-baik saja dalam rumahtangga mereka. Pertama acara bulan madu yang berantakan karena kemunculan Javier yang mendadak, sekarang bahkan masalah itu belum selesai dan muncul masalah baru lagi. Mantan kekasih Aldric muncul dan berada di ruang kerjanya, meskipun itu menyakitkan tapi Adrianna tidak ingin menjadi bodoh seperti kejadian saat mereka belum menikah.     

Adrianna menyetir kendaraannya menuju rumah orangtuanya untuk menghadiri acara makan malam. Dan setelah menempuh perjalanan cukup lama, Adrianna akhirnya dia tiba di kediaman orang tuanya dan di sambut oleh Christabell.     

"Halo sayang." Christabell yang sudah terdengar excited sejak berjalan dari ruang makan menuju ruang tamu, kini ekspresi wajahnya berubah saat melihat Adrianna berdiri seorang diri. "Em... kau tidak datang dengan suamimu?" Tanya Chrsitabell pada puterinya itu.     

Adrianna jelas berusaha membohongi ibunya dengan tersenyum lebar, "Dia akan menyusul." Adrianna bahkan tak yakin apakah Aldric akan datang atau tidak, setidaknya berpura-pura adalah hal terbaik yang bisa dia lakukan sekarang ini. Dalam hatinya bertanya-tanya, apakaah ini alasan Aldric beberapa waktu tidak pulang cepat, bahkan dia selalu mengatakan bahwa dia tengah sangat sibuk dengan pekerjaannya.     

Richard juga tampak curiga saat Adrianna datang sendiri tanpa kehadiran suaminya, tapi dia berusaha tak banyak bertanya. Mereka sibuk membahas banyak hal termasuk cerita bulan madu yang hampir kesemuanya adalah kebohongan yang dikarang dadakan oleh Adrianna untuk menyenangkan hati orangtuanya.     

Beberapa saat setelah mereka hampir selesai dengan makan malamnya, Aldric datang. "Maaf aku terlambat." Ujarnya begitu bergabung di ruang makan, Christabell menerimanya dengan senang hati, tapi tidak begitu dengan Adrianna, dia tampak mengindari tatapan suaminya itu.     

"Kami masih belum selesai, makanlah." Ujar Christabell.     

"Tidak, terimakasih. Aku sudah makan malam tadi." Tolak Aldric dan itu membuat Richard dan Christabell saling menatap, jika Adrianna mengatakan bahwa suaminya sudah mendapatkan undangan makan malam ini dan akan datang menyusul, lalu mengapa Aldric datang dan mengatakan bahwa dia sudah makan malam?     

"Aku datang untuk menjemput Adrianna." Aldric bahkan tak bergabung duduk di ruang makan keluarga.     

Adrianna tampak ingin menolak, "Aku menyetir sendiri mobilku." Tolak Adrianna, sementara Richard yang mencium ketidak beresan itu memilih untuk menengahi, "Pulanglah bersama suamimu, daddy akan membawa mobilmu ke kantor besok." Ujar Rich, dan Adrianna ingat bahwa yang harus dia lakukan adalah berbohong demi kebaikan semuanya.     

"Ok, aku akan datang lagi besok." Adianna mengalah, dia bangkit dari tempatnya duduknya dan memberikan pelukan pada ayah dan ibunya sebelum akhirnya pergi dari kediaman orang tuanya dan berkendara bersama dengan suaminya.     

"Kau marah padaku?" Tanya Aldric.     

"Tidak." Bohong Adrianna.     

"Lalu mengapa sejak tadi kau tidak menatap mataku saat aku mengajakmu bicara." Tanya Aldric.     

Adrianna menghela nafas dalam, "Aku hanya tidak ingin, itu saja."     

Aldric meraih tangan isterinya itu dan Adrianna menyibakannya. "Jangan menyentuhku." Tolak Adrianna.     

"Aku akan menjelaskan semuanya." Ujar Aldric.     

"Aku tahu apa yang akan kau katakan." Jawab Adrianna, "Dan aku tidak ingin mendengar apapun sekarang."     

"Dia datang ke kantorku tiba-tiba dan tidak ada yang menghalanginya karena Emily sudah pulang, dia masuk keruanganku dan entah mengapa tiba-tiba kau juga berdiri di ambang pintu, seolah memergoki kami. Tapi percayalah aku tidak melakukan apapun dengannya, tidak seperti yang kau pikirkan."     

Adrianna membuang muka, dia melihat keluar jendela, semua pengakuan Aldric dan penyangkalan dirinya tak berarti apapun karena wanita bukan makhluk pemaaf sejatinya. Mereka diciptakan dengan perasaan yang keras namun rapuh bagaikan cermin, yang sekali saja terjatuh akan hancur berkeping-keping dan meski disatukan kembali tak akan pernah utuh lagi bentuknya.     

"Kau tidak percaya padaku?" Tanya Aldric pada isterinya itu.     

"Kau yang membuatku tak percaya." Jawab Adrianna. "Kau menyembunyikan itu dariku."     

Aldric menghela nafas, "Kau juga menyimpan rahasia dariku, kemarin kau bertemu dengan Javier diam-diam bukan?" Adrianna membeku, dia tidak menjawab tuduhan Aldric itu. "Turunkan aku di sini." Ujarnya dan Aldirc menepikan kendaraannya, Adrianna turun dan mobil Aldric melaju meninggalkan isterinya itu. Malam itu Adrianna tidak kembali ke apartment Aldric melainkan bermalam di apartmentnya, meski letaknya hanya bersebelahan dengan apartment milik suaminya itu. Sementara Aldric tampaknya memilih menghabiskan malam dengan sebotol alkohol. Pertengkaran pertama pasca pernikahannya dengan Adrianna ini membuatnya sangat marah.     

Bagaimana tidak, mantan kekasihnya datang padanya dengan membawa sebuah foto dimana Adrianna dan Javier bertemu diam-diam di sebuah kedai kopi, dan di foto itu ada detail kapan dan dimana gambar itu diambil. Kebohongan pertama Adrianna yang membuat Aldric begitu marah. Aldric mungkin bisa memaafkan kesalahan lainnya tapi tidak dengan kebohongan. Dan saat mengetahui isterinya memilih untuk berbohong demi bertemu dengan mantan kekasihnya itu, Aldric tidak bisa menerimanya begitu saja.     

Namun sialnya saat sang mantan datang dengan bukti sedemikian jelas, bukannya menyesal, Adrianna justru menuduhnya yang bukan-bukan. Aldric merasa terluka dua kali, pertama karena kebohongan isterinya dan yang kedua adalah karena tuduhan isterinya.     

"Seseorang yang merasa bersalah dan terpojok biasanya akan mencari kambing hitam." Ujar sang mantan kekasih dan itu benar-benar masuk kedalam otak Aldric hingga membuat kekecewaannya terhadap Adrianna berlipat ganda.     

Sementara itu, Adrianna jelas tidak merasa bersalah sama sekali. Siang itu dia bertemu dengan Javier tidak sengaja dan pria itu memaksa untuk mentraktir kopi, lagipula menurut Adrianna tidak ada yang dia sembunyikan sama sekali, dia juga hanya duduk di tempat itu tak lebih dari lima menit karena setelah itu dia pergi. Tidak ada lagi kata-kata dari mulut Jav yang ingin dia dengar, baginya Aldric adalah satu-satunya pria yang ada di hatinya, sekarang dan sampai kapanpun. Jadi tuduhan Aldric padanya adalah tuduhan yang menurut Adrianna begitu kejam. Tanpa bertanya apapun dia langsung membuat justifikasi yang melukai hati Adrianna.     

Baik Aldric maupun Adrianna sama-sama terluka karena alasan masing-masing dan mereka berada di tempat yang berbeda, namun berdekatan menikmati kekecewaan satu sama lain dengan caranya masing-masing. Aldric yang selama ini tak begitu akrab dengan alkohol memilih berteman dengan minuman itu semalaman, dan Adrianna meringkuk di ranjang dengan linangan air mata yang terus mengalir membasahi luka hatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.